MENKOP OPTIMIS KREDIT MACET SUSU PERAH TERATASI AKHIR 1990
Jakarta, Antara
Menteri Koperasi Bustanil Arifin menyatakan optimis kemacetan pengembalian kredit sapi perah, yang kini mencapai Rp 40,6 miliar, akan teratasi pada akhir tahun 1990 atau paling lambat Maret 1991.
Kepada wartawan selesai diterima Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta, hari Sabtu, Menkop menjelaskan optimismenya itu didasarkan pada hasil rapat Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) di Kaliurang, Yogyakarta, dua pekan lalu, yang mencapai kata sepakat untuk menanggulangi bersama masalah kemacetan pengembalian kredit sapi perah tersebut.
Menurut Bustanil, para petemak dan KUD yang hadir pada rapat itu menyatakan kesediaan mereka untuk membayar kemacetan itu, bahkan para peternak yang sudah melunasi kreditnya pun menyatakan bersedia ikut membantu membayar dengan menyumbang Rp 15 dari setiap satu liter susu produksi sapi mereka.
“Dengan demikian, kemacetan itu akan selesai akhir tahun 1990 atau paling lambat Maret 1991 kalau potongan yang Rp15 itu berjalan. Saya optimis karena saya ikut hadir dalam rapat, dan mereka yang memutuskan sendiri,” kata Menkop.
Bustanil mencatat, memang ada suara-suara yang menilai keputusan tersebut sebagai tidak adil karena ikut membebankan peternak yang sudah melunasi kredit.
Menkop menyatakan tidak sependapat dengan suara-suara itu dengan mengatakan “Apa salahnya kalau mereka ingin membantu ?”
Diingatkannya bahwa rasa kesetiakawanan seperti yang diungkapkan para peternak itu perlu terus didorong agar berkembang, terutama di lingkungan koperasi yang memang mendasarkan diri pada prinsip kesetiakawanan.
Bibit Kedele
Menkop Bustanil Arifin juga menjelaskan rencana PT. Berdikari untuk menanam bibit kedele atas instruksi Presiden sebagai tindak lanjut hasil sidang kabinet terbatas bidang ekuin Rabu lalu. Kepala Negara dalam sidang itu memberi petunjuk agar produksi kedele ditingkatkan untuk mengurangi impor, antara lain dengan cara mengajak swasta ikut menyediakan bibit bagi para petani.
Bustanil menerangkan pelaksanaan instruksi itu akan dilakukan PT. Berdikari dengan menggunakan lahan milik PT. Kapas lndah Indonesia di Sulawesi Tenggara untuk ditanami bibit kedele.
“Kita sudah merencanakan, tetapi kita cuma mampu menanam pada areal seluas 7.500 hektar karena tanah kita di sana sudah habis ditanami coklat, jambu mete dan kelapa hibrida,” katanya.
Menurut Bustanil, penggarapan area seluas itu akan melibatkan 15.000 KK petani plasma, sedangkan hasilnya diperkirakan hanya mencapai 7.000 ton bibit. “Jumlah itu sedikit dibandingkan kebutuhan bibit kita yang dalam sidang cabinet dilaporkan mencapai 80.000 ton,” demikian Bustanil Arifin.
Sumber : ANTARA (11/11/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 497-498.