PRESIDEN SOEHARTO AKAN KE PULAU MANGOLE, MALUKU
Jakarta, Kompas
Dua anggota Kabinet Pembangunan V, Menteri Perindustrian Hartarto danMenteri Transmigrasi Soegiarto meninjau pabrik kayu milik Barito Pacific Groups di Falabisahaya, Pulau Mangole, Maluku Utara, Rabu (29/8)
Kunjungan yang disertai Dirut Barito Pacific Group itu Prayogo Pangestu (46) adalah untuk meninjau persiapan yang dilakukan menghadapi kunjungan kerja Presiden Soeharto ke daerah itu. Kepala Negara akan meresmikan pabrik berkapasitas 30.000 meter kubik itu perbulan, tanggal 11 September mendatang.
Dalam kunjungan ke IBT (Indonesia Bagian Timur) itu, Presiden Soeharto menurut rencana,juga akan meninjau Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari.
Dalam kunjungan kedua menteri itu pula Gubernur Maluku Sebastian Sukoso dan Gubemur Sulawesi Tenggara Ir. Alala. Kompleks PT Barito Pacific Group diP. Mangoleh tercatat seluas 400 hektar, termasuk 60 hektar areal pabrik kayu lapis itu. Pabrik yang mengekspor sekitar 95 persen dari 360.000 meter kubik kayu lapis yang dihasilkannya per tahun, mempekerjakan 45.000 karyawan, 60 persen terdiri dari wanita. Namun jumlah itu akan mencapai 6.000 orang pada bulan September nanti.
Sekitar 30% dari jumlah karyawan itu berasal dari daerah sekitar lokasi usaha itu. Selebihnya berasal dari Jawa Tengah, kebanyakan dari daerah Wonosobo, Purwokerto, Cilacap dan Jogya. “Setelah diadakan survei, ternyata mereka yang berasal dari daerah-daerah itulah yang cocok untuk pekerjaan itu,” ucap seorang manager.
Di pulau itu, para pekerja mendapatkan pemondokan dan makan tiga kali sehari yang disediakan perusahaan. Disamping pendapatan per bulan yang berkisar antara Rp.120.000-170.000 para pekerja itu setiap tahun berhak mendapat cuti ke daerah asalnya dengan tanggungan perusahaan, mulai dua tahun pertama mereka bekerja. Usia mereka berkisar antara 18-40 tahun, kebanyakan berusia 23 tahun.
Selain para pekerja biasa, terdapat sekitar 100 insinyur muda usia yang bekerjja di pulau berpenduduk 28.000 jiwa itu. “Disini ada fasilitas bank. Hingga mereka menyetorkan uangnya ke bank untuk tabungan,” jelas Prayogo Pangestu.
Ketika usaha perkayuan di daerah itu dimulai awal tahun 1980, penduduk di pulau itu tercatat 17kepala keluarga , Prayogo Pangestu yang menanamkan modal sekitar 200 juta dollar AS untuk di bidang perkayuan diP. Mongole, kemudian membangun lapangan terbang dan pelabuhan. “Sekarang ini pelabuhan di P.Mangole bisa menampung kapal sampai 40.000 ton. Lautnya tenang dan dalam. Mungkin ini satu-satunya pelabuhan yang dekat dengan bahan bakunya”, ucapnya. “Semua prasarana yang ada di sini bukan dibangun oleh pemerintah. Kami yang menyiapkan semua,” sambungnya.
Menteri Hartarto, kepada Gubemur Maluku dan Prayogo Pangestu meminta perhatian agar penataan lingkungan di wilayah itu diperhatikan dengan baik. “Diatur tata kotanya, jangan sampai kita menyesal di kemudian hari. Mungkin ITB bisa diajak untuk ikut merancang, sebab mereka berpengalaman ,” ucap Hartarto (SA)
Sumber : KOMPAS (30/08/1990)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 559-560.