RI SESALKAN SIKAP BEBERAPA NEGARA Yang Terburu-buru Menilai Insiden Dilli

RI SESALKAN SIKAP BEBERAPA NEGARA Yang Terburu-buru Menilai Insiden Dilli

 

 

Caracas, Merdeka

Indonesia menyesalkan sikap beberapa negara yang terlalu terburu-buru memberikan penilaiannya terhadap insiden Dilli, Timor Timur yang mengaitkannya dengan bantuan luar negeri.

Penegasan itu dikemukakan Menteri/Sekretaris Negara Moerdiono kepada wartawan di Caracas, Venezuela, Senin sore waktu setempat atau Selasa pagi Waktu Indonesia Barat Menjelaskan hasil pembicaraan antara Presiden Soeharto dengan Presiden

Venezuela Carlos Andres Perez yang berlangsung satu jam di lstana Miratlores Senin siang, Menteri rnenyatakan bahwa dalam perternuan itu Presiden Perez juga menanyakan perkembangan di Timor Timur.

Menurut Mensesneg, Presiden Soeharto rnenjelaskan kepada Presiden Perez rnengenai perkernbangan di Timor Timur sejak proses integrasi sampai perkembangan terakhir tanggal 12 Nopernber di Dilli.

“Kami sesalkan sejumlah negara yang terlalu terburu-buru memberikan penilaian terhadap insiden 12 Nopernber itu, sehingga ada yang mengaitkannya dengan bantuan luar negeri,” kata Mensesneg.

Ditegaskan, Pemerintah ingin meneliti masalah ini secara rnenyeluruh dengan membentuk suatu Kornisi Penyelidik Nasional yang independen. “Saya jaminko misi ini akan meneliti sernua aspek yang menyangkut insiden itu,” kata Menteri.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Ali Alatas dalarn kesempatan yang sama menjelaskan kepada wartawan bahwa seyogyanya negara yang memberikan penilaian itu menunggu dulu hasil Komisi Penyelidik Nasional sebelum menentukan sikapnya.

“Penentuan sikap hendaknya tidak berdasarkan laporan pers belaka,” katanya. Atas pertanyaan wartawan, Ali Alatas mengatakan, negeri Belanda telah menyatakan sikapnya untuk menangguhkan sementara waktu pemberian bantuan baru kepada Indonesia, namun yang sudah disetujui tetap berjalan terus.

Batas sementara waktu itu, kata Alatas, adalah sampai menunggu hasil laporan Komisi Penyelidik Nasional. “Ini yang disayangkan, mestinya tunggu dulu hasil Komisi Penyelidik,” ujar Alatas.

 

Temui Pangab dan Mendagri

Sementara itu, Komisi Penyelidik Nasional, Selasa, menernui Panglima ABRI Jenderal Try Sutrisno dan menteri Dalam Negeri Rudini. Kedatangan Kornisi Penyelidik Nasional kepada kedua pejabat tinggi negara itu dalam rangka meminta masukan, sebelum berangkat ke Timtim hari Kamis.

Ketua Komisi Penyelidik Nasional Moehammad Djaelani kepada wartawan mengatakan, pertemuan dengan Panglima ABRI berlangsung di ruang kerja Pangab di Jalan Merdeka Barat, Jakarta. Sedangkan pertemuan dengan Mendagri Rudini berlangsung di ruang kerja Menteri di Gedung Lembaga Pemilihan Umum Jalan Imam Bonjol.

Pertemuan dengan Pangab Jenderal Try Sutrisno dimulai pukul 08.00 dan berakhir sekitar pukul 10.00 WIB dan dilanjutkan pertemuan dengan Mendagri yang berakhir pukul 12.00 WIB.

Namun apa yang dibicarakan dalam pertemuan dengan kedua pejabat tinggi negara tersebut, Moehammad Djaelani tidak bersedia mengungkapkan kepada wartawan. “Kami hanya minta masukan saja,” tegasnya.

Menjawab pertanyaan wartawan usai mengadakan pertemuan dengan Mendagri Rudini oleh Moehammad Djaela ni ditegaskan bahwa keberangkatan Komisi Penyelidik Nasional ke Timtim sudah positif pada hari Kamis (28/11).

Diterangkannya, dengan sudah dilaksanakannya pertemuan dengan tiga pejabat tinggi negara, masing-masing, Menhankam/Menlu ad interim LB Moerdani, Mendagri Rudini dan Pangab Jenderal TNI Try Sutrisno, maka Komisi Penyelidik Nasional tidak melakukan acara dengar pendapat lagi di Jakarta.

Anggota Komisi Penyelidik Nasional dari DPR-RI Clementino Dos Reis Amaral mengatakan, tim yang dibentuk Presiden dalam tugas penyelidikan peristiwa di Timtim itu diperkirakan berada di Dilli selama dua minggu.

Amaral mengatakan, komisi yang beranggotakan tujuh personil di Dilli pertama­tama akan mengadakan pertemuan dengan Gubernur Timtim Mario Viegas Carrascalao.

Komisi juga akan mengadakan pertemuan dengan Panglima Komando Pelaksana Operasi Timtim Brigjen Rudolf Warouw dan Uskup Dili felipe Ximenes Bello serta para saksi mata yang dianggap memberikan kejelasan tentang peristiwa tersebut.

Menurut Amaral, tidak tertutup kemungkinan bahwa tim akan mengadakan kunjungannya kedua kali ke Timtim apabila diperlukan sesuai dengan basil perkembangan dan pengamatan di lapangan.

 

Menyayangkan

Dilain pihak Menteri Luar Negeri RI ad interim LB. Moerdani menyayangkan kalau ada diantara negara negara pemberian bantuan kepada Indonesia menghentikan bantuannya sehubungan dengan adanya peristiwa Timtim apalagi fakta hasil penyelidikan belum keluar.

“Tetapi kalau nanti mengambil keputusan demikian menghentikan bantuan maka kita akan menganggap hal itu sebagai hak mereka dan kita tidak akan meminta minta”katanya menjawab pertanyaan wartawan usai penandatanganan persetujuan peningkatan dan perlindungan atas penanaman modal antara pemerintah RI dan Pemerintah Kerajaan Norwegia di Departemen Luar Negeri RI di Jakarta selasa siang.

Ditanya mengenai kemungkinan adanya komisi penyelidik dari PBB, oleh Menlu ditegaskan bahwa pemerintah telah membentuk komisi yang paling tinggi yang terdiri dari unsur unsur Mahkamah Agung, Dewan PertimbanganAgung (DPA) serta DPR.

“Kurang apalagi, kalau nggak percaya, ya, sudah,” katanya lebih lanjut. Sedang mengenai laporan dari Australia yang mengatakan bahwa Partai Buruh yang memerintah di Australia akan merobah pendiriannya terhadap Timor Timur bila ternyata nanti hasil komisi penyelidik yang dibentuk pemerintah tidak memuaskan bagi mereka, Menlu mengatakan: “Tunggu saja apa yang mereka putuskan.”

“Saya yakin pemerintah bisa memberikan jalan terbaik bagi bangsa Indonesia,” tambahnya.

 

Faktor Luar

Sedangkan Menko Polkam Sudomo mcngatakan, peristiwa di Dilli tidak tertutup kemungkinan didorong oleh faktor faktor dari luar, tapi yang lebih banyak disebabkan kondisi dan situasi di dalam negeri sendiri.

Menjawab pertanyaan wartawan. Selasa, selesai berceramah di depan peserta sidang Persekutuan Gereja gereja di Indonesia (PGI) di Jakarta, Sudomo lebih jauh mengemukakan, di Timor Timur masih terdapat orang orang yang pro dan kontra integrasi dengan Indonesia.

“Jangankan di Timtim, wong kita saja yang sudah 46 tahun merdeka masih saja ada orang yang masih senang Belanda,” katanya.

Disamping itu kondisi dan situasi di Timtim sendiri mungkin pula ikut mendorong mendorong. Misalnya karena masih sulitnya memperoleh pekerjaan, atau karena menutut kehidupan lebih baik ketimbang dari apa yang baru bisa dicapai sekarang.

 

Ditunggangi

Dalam kesempatan terpisah, Sekjen DPP PDI Nico Daryanto mengungkapkan, insiden TimorTimur berlatar belakang sangat kompleks, terencana dan ditungganggi berbagai pengelompokan kepentingan yang negatif

“Pengelompokan kepentingan itu, akhimya menimbulkan pengelompokan manusia yang makin lama makin panas, mudah dibakar ke dalam situasi yang beringas,”kata Nico Daryanto di Depansar.Selasa ketika dilanya wartawan mengenai hasil kunjungannya ke Timtim tanggal 22 hingga 24 Nopember lalu.

Dia berada di Dilli diutus DPP PDI untuk menyampaikan keprihatinan dan rasa penyesa lannya kepada Pemda dan rakyat Timtim atas insiden yang mengakibatkan korban jiwa itu.

“Kunjungan saya ke Dilli juga sekaligus untuk menunjukkan kepedulian PDI terhadap masalah nasional,” tuturnya.

Di Dilli Nico Dirjanto mengadakan pembicaraan denan Gubernur Mario Viegas Carrascalao, Panglinm Komando Pelaksana Operasi Timtim Brigadir Jenderal Rudolf Warouw, Usknp Bello, pimpinan PDI, sejumlah pastor serta pernuka masyarakat.

“Setelah karni bicara dengan mereka, kami rnengambil konklusi bahwa kejadian di Timtim itu bukan terjadi begitu saja, karena banyak yang berjalan di bawah arus kemudian meledak menjadi satu kerusuhan,” ungkapnya. Menurutnya, insiden itujuga tidak terlepas dari rasa ketidakpuasan perkembangan di daerah seperti kesenjangan sosial fisik dan mental, sehingga kepincangan sosial itu akhirnya membuahkan ketidak puasan.

“Seharusnya integrasi Timtim ke Indonesia itu harus betul betul disertai upaya integrasi mentalitas, mengup grade mental, sehingga mereka siap menghadapi perubahan,” katanya.

Tetapi, menurutnya, rakyat Timtim kurang dipersiapkan secara mental dalam menerima perubahan. “Sistem atau perubahan itu langsung diterapkan begitu saja, sehingga rakyat Timtim terkejut. Begitu mereka dikenal demokrasi, mereka kaget,” tuturNico.

Dalam kondisi yang demikian tadi, berbagai akumulasi masalah sosial yang akhimya meledak menjadi kerusuhan, di samping kepentingan luar negeri juga ikut menunggang.

“Dari yang saya dengar, saat kejadian sudah ada wartawan asing siap di sana untuk memotret dan mengabadikan dalam rekaman video. Sehingga terlihat sekali ada interest yang menunggangi di situ,” katanya.

Menurut sekjen DPP PDI, tidak benar seorang anggota DPRD Timtim berasal dari PDI terlibat dalam gerakan anti integrasi. Wakil Ketua DPD PDI Timtim inijuga tidak pernah ditahan.

“Menurut pengakuannya, apa yang dilakukannya itu sebagai inisiatif pribadi dalam upaya menyelamatkan anaknya yang ikut berdemontrasi. Dia juga menyatakan tindakannya tidak pernah membawa nama partai dengan menghubungkan keterlibatan PDI,” kata Nico.

Ditegaskan tidak adapikiran PDI di Timtim untuk ikut-ikutan, bahkan oleh Bupati Dilli sebelum peristiwa itu terjadi, mengatak:an, bahwa PDI jangan dianggap musuh karena PDI sebagai pendukung republik juga mengupayak:an integrasi.

 

AS Tetap Mengakui

Sementara Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, John C Monjo mengatak:an sesuai dengan sikappemerintahAmerika Serikat tetap mengakui propinsi Timor timur sebagai bagian dari wilayah kesatuan RI.

Oleh karena itu ketika berkunjung ke Jawa Tengah, Senin, Monjo menyambut positif kebijaksanaan Pemerintah RI untuk mengirimkan tim peneliti ke Timtim menyelidiki kasus Dilli.

Menurutnya, kini tinggal menunggu hasil penyelidikan tim tersebut, agar dapat memperoleh gambaran keadaan sebenarnya yang bisa dipertanggungjawabkan.

Tentang minat pemilik modal dari negaranya, Dubes mengatak:an minat pemilik modal AS untuk menanamkan modalnya di Indonesia tetap besar, karena Indonesia umumnya dan Jawa Tengah khususnya berpeluang untuk menanamkan modal khususnya dalam sektor perminyak:an.

Ketika menerima kunjungan kehormatan Duta Besar AS itu, Gubernur Jateng Ismail mengemukakan, Jawa Tengah memiliki potensi dunia usaha dan pertumbuhan ekonominya cukup tinggi mencapai tujuh persen lebih per tahun.

 

Keterangan Menlu Australia

Dari Canberra dilaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Australia Gareth Evans hari Selasa mengatakan sekitar tanggal 15 Desember, dia akan berkunjung ke Jakarta tatkala Indonesia telah melakukan penyelidikan atas peristiwa Dilli.

Ditambahkan bahwa dia akan menjelaskan kepada Dubes RI untuk Australia Sabam Siagian mengenai resolusi Partai Buruh Australia sepanjang dua halaman mengenai peristiwa tersebut mendesak pemerintah Indonesia supaya memenuhi kebutuhan jangka panjang serta aspirasi rakyat TimorTimur.

Resolusi itu juga menyerukan kepada pemerintah Australia supaya meninjau kembali kebijakannya terhadap Indonesia dan kontak bilateral dengan Jakarta, sekiranya penyelidikannya oleh Komisi Penyelidik Nasional mengenai peristiwa tersebut serta tindakan kelanjutannya tidak memuaskan.

 

 

Sumber : MERDEKA (27/11/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 266-270.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.