KUNJUNGAN DIPERSINGKAT, PRESIDEN SOEHARTO TIBA DI TANAH AIR HARI INI
Dakar, Kompas
Presiden Soeharto mempersingkat kunjungannya di Senegal dalam rangka menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang berakhir hari Karnis (12/12). Presiden dan Ny. Tien Soeharto dan rombongan hari Rabu ini (11/12) akan tiba kembali di Tanah Air pukul 21.30 WIB. Rombongan meninggalkan Dakar, Senegal kemarin pukul 21.00 waktu setempat atau pukul 02.00 hari Rabu dinihari WIB.
Alasannya, menurut Mensesneg Moerdiono, Kepala Negara menilai KTT ke-6 OKI berjalan lancar. Kesepakatan-kesepakatan secara garis besar sudah banyak yang dicapai, sehingga tinggal menunggu keputusan akhir pada tingkat kepala pemerintahan. Sementara permintaan bertemu oleh sejumlah negarawan peserta KTT juga telah dipenuhi, demikian dilaporkan wartawan Kompos Ansel da Lopez dan J. Osdar dari Dakar semalam.
Pertimbangan lain, kata Mensesneg, karena banyak tugas-tugas di Tanah Airy ang harus diselesaikan. Antara lain persiapan penyusunan RAPBN 1992/1993 yang sangat berat, sehingga memerlukan keputusan dari Kepala Negara sendiri.
“Dari pengalaman tahun-tahun lalu, setiap bulan September, Oktober, November atau paling lambat minggu pertama Desember, harus sudah ada gambaran APBN yang biasanya perlu dilaporkan beberapa kali kepada Presiden, sebelum RAPBN merupakan rancangan final,” ujar Moerdiono.
Ditambahkan , saat ini RAPBN itu terns digodok oleh para menteri di Tanah Air, dan selama berkunjung di luar negeri Kepala Negara menerima laporan persiapannya. Sebelum final, rancangan itu biasanya dibahas dulu dalam Sidang Kabinet Paripurna yang dilakukan pada akhir Desember.
Selain itu, setiap 31 Desember, Presiden juga harus menyampaikan pidato akhir tahun sebagai evaluasi perjalanan bangsa selama tahun yang bersangkutan. Dan pada minggu pertama bulan Januari nanti, Kepala Negarajuga harus menyampaikan RAPBN di depan DPR. ”Untuk itu diperlukan perhatian dan pemikiran yang intensif,” kata Moerdiono.
Banyak Permintaan
Seperti biasanya setiap berkunjung ke luar negeri, kali ini pun Presiden Soeharto di tengah-tengah kesibukannya menghadiri KTT OKI, menerima banyak kepala pemerintahan yang ingin bertemu.
Senin petang Presiden menerima PM Bangladesh Begum Khaleda Zia, PM Pakistan M. Muhammad Nawaz Sharif dan Presiden Senegal Abdou Diouf Menurut Moerdiono, semula Presiden Soeharto yang ingin mengadakan kunjungan kehormatan kepada Abdou Diouf, tapi Presiden Senegal itu justru mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di tempat penginapan Kepala Negara, Hotel Meridien.
Presiden Abdou Diouf menyampaikan terima kasih atas kehadiran Presiden Soeharto dalam KTT OKI di Dakar, mengingat ia memahami kesibukan-kesibukan Presiden Soeharto di dalam negeri. Apalagi jarak antara Indonesia dan Senegal cukup jauh.
Permintaan berternu juga diajukan Presiden Palestina Yasser Arafat, Presiden Iran Rafsanjani, Pangeran Mahkota Arab Saudi, Wakil Presiden Uganda, PM Maroko, Sekjen OKI, serta Presiden Kamerun M. Paul Biya, Presiden Afganistan Sibghatullah Al Nojaddedi dan Wakil PM Malaysia.
Percaya Sepenuhnya
Dengan PM Bangladesh, kata Moerdiono, Presiden Soeharto sepakat untuk rneningkatkan kerja sarna di bidang ekonomi kedua negara. PM Bangladesh rnengharapkan Komisi Ekonomi yang dimiliki kedua negara dapat dihidupkan kernbali. Bangladesh juga rnenginginkan pengalaman pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia. Sementara pembicaraan dengan PM Pakistan berkisar pada masalah kerja sarna ekonomi.
Presiden Soeharto mengharapkan sumbangan pemikiran dari negara-negara anggota Gerakan Nonblok (GNB) menghadapi KTT GNB X di Jakarta, September 1992. Menurut Moerdiono, PM Pakistan rnaupun Presiden Senegal mempercayakan sepenuhnya kepada Indonesia untuk rnenjadi tuan rumah KTT GNB itu. Mereka menilai KTT X akan sangat penting karena berlangsung pada saat terjadi perubahan global yang rnendasar.
Soal Timtim
Kepada Presiden Abdou Diouf, Presiden Soeharto juga untuk sekian kalinya rnenjelaskan lagi secara panjang Iebar masalah Timtim. Mulai dari proses integrasi belasan tahun lalu sampai terjadinya insiden 12 November di Dili. “Presiden Senegal mempercayai semua penjelasan Presiden Soeharto,” katanya.
Meskipun demikian, Presiden Soeharto akan tetap mendengarkan dengan sungguh-sungguh laporan Komisi Penyelidik Nasional. Kepada Presiden Senegal juga ditekankan bahwa KPN ini sungguh-sungguh merupakan komisi independen.
Senin pagi, Presiden Soeharto memberi pengarahan kepada para penasihat delegasi Indonesia ke KTT OKI Senegal yang terdiri dari kalangan DPR dan wakil dari MUI. Sebelumnya, pada minggu petang setibanya di Dakar, Kepala Negara terlebih dahulu rnendengarkan laporan lengkap dari Delri yang menghadiri pertemuan tingkat rnenteri yang biasanya dilaksanakan sebelum KIT dimulai.
Sementara itu, kepada KTT 6 OKl, Presiden Soeharto rnengharapkan agar memisahkan Deklarasi Lhokseurnawe sebagai dokumen resmi kerja sama antara negara anggota OKl dalam bidang kependudukan dan keluarga berencana.
Berbicara dalam acara debat umum hari kedua KTT ke-6 Dakar Selasa kemarin, Kepala Negara juga menyatakan dengan senang hati ingin membagi pengalaman Indonesia dalam mengembangkan metode produksi beras kepada sesama anggota OKI lainnya.
Indonesia juga siap menyediakan pusat latihan komunikasi di Bandung sebagai fasilitas latihan bagi personel dari negara anggota OKI sebagai bagian dari kerja sama teknik antar negara berkembang.
Deklarasi Lhokseumawe dihasilkan dalam Kongres Internasional tentang Islam dan Kebijaksanaan Kependudukan di Lhokseumawe 19-24 Februari 1990. Sebagai tindak lanjut dari deklarasi itu, pada akhir 1990 diadakan Lokakarya Internasiona l tentang KB menurut Pendekatan dan Tuntutan Istam. Pertemuan inimenghasilkan Buku Panduan untuk menyelenggarakan KB di lingkungan masyarakat muslim.
Presiden mengharapkan agar KTT dapat memberikan rekomendasi kepada para anggota OKI untuk mempergunakan Buku Panduan tersebut dalam penyelenggaraan program dan kegiatan KB di masing-masing negara anggota OKI.
Memainkan Peranan
Dalam pidatonya 22 menit dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan ke beberapa bahasa asing, Presiden Soeharto mengajak OKI agar dapat memainkan peranan penting dalam penyelesaian masalah Arab-Israel, penghapusan sistem apartheid di Afrika Selatan, serta penyelesaian masalah Siprus.
Ditegaskan, tindakan Israel yang membiarkan kaum imigran Yahudi bermukim di wilayah Palestina yang didudukinya merupakan langkah sombong yang dapat berakibat sangat buruk. Prospek penyelesaian damai konflik Timteng dan masalah Palestina tetap gelap. Dalam hal ini Indonesia menyambut baik Konferensi Perdamaian Madrid yang diparakarsai AS dan Soviet.
Menurut Kepala Negara, perdamaian dapat ditegakkan dengan memberikan hak menentukan nasib sendiri kepada rakyat Palestina dan penarikan tanpa syarat pasukan Isreal dari seluruh wilayah Arab, termasuk Al Quds Al Sharif, daratan tinggi Golan, Lebanon Selatan.
Terhadap sistem apartheid di Afsel , Presiden menekankan perlunya lebih dipercepat perundingan untuk menggantikan kerangka dasar apartheid. Ditegaskan, setiap penghapusan sanksi terhadap Afsel harus ditunda sampai usaha untuk menegakkan suatu Afrika Selatan atas dasar demokrasi sejati, non rasial, dan diakuinya hak pilih yang universal telah mencapai wujud yang nyata.
Mengenai masalah Afganistan, Indonesia yakin bahwa OKI dengan kerja sama dengan PBB dapat segera mengusahakan dicapainya gencatan senjata dan dimulainya suatu dialog antara Afganistan yang menjurus ke arab didirikannya suatu pemerintahan koalisi dengan peran serta semua pihak. Untuk itu bantuan militer asing harus dihentikan.
Indonesia juga mengharapkan segera dimulainya penyelesaian masalah Siprus untuk memberikan masyarakat Siprus Turki perlindungan dan pelestarian hak-hak dasarnya yang dapat dijamin dalam rangka negara federasi yang bersifat bikomunal dan bizonal.
Kepala Negara lebih Janjut mengharapkan kesediaan India dan Pakistan untuk menyelesaikan pertikaian mengenai Jammu dan Kashmir secara damai melalui dialog sesuai resolusi PB danPerjanjian Simla.
Kepada negara anggota OKI, Presiden juga menyerukan untuk bersama-sama menegaskan kebebasan melakukan ibadah, hak sosial dan budaya kaum minoritas Islam yang menetap di negara-negara bukan anggota, serta melindungi tempat-tempat ibadah mereka. Dalam hal ini Indonesia menyambut inisiatif Arab Saudi untuk menyelenggarakan konferensi internasional di Mekkah tentang masyarakat dan minoritas Islam.
Tindakan Konkret
Di bidang ekonomi, Presiden mengharapkan agar 0KI terus mendesak negara maju melakukan tindakan konkret terhadap deklarasi MU PBB pada sidang khusus ke-18 dan pada Strategi Pembangunan Internasional dari Dasawarsa Pembangunan Bangsa-bangsa IV. Antara lain perlunya pengurangan beban utang luar negeri, peningkatan arus dana pembangunan, mempersiapkan akses pasar bebas bagi produk negara berkembang, pemantapan pasar komiditi primer, alih teknologi dan alih ilmu pengetahuan bagi pembangunan.
Dalam kaitan itu, kata Kepala Negara, usulan penyelenggaraan konferensi internasional mengenai pembiayaan pembangunan adalah sangat penting. Namun di pihak lain, negara berkembang sendiri saling membantu baik secara individual maupun kolektif.
Untuk itu, Presiden antara lain menekankan perlunya kerja sama Selatan-Selatan berdasarkan kemandirian dan kenyataan praktis,ditambah perlunya bantuan yang lebih besar dari OKI. Antara lain melalui Bank Pembangunan Islam.
Presiden percaya dengan bekal nilai spiritual Islam yang tinggi dan solidaritas Islam serta kesamaan nasib, tujuan bersama KTT ini dapat sukses. Ditegaskan, di tengah perubahan dinamis dalam hubungan internasional dewasa ini,penting sekali bagi OKI untuk meninjau kembali hasil karyanya dan kemampuan bagian-bagiannya. (SA)
Sumber : KOMPAS (11/12/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 368-372.