RI SEDIA BELl PRODUK JERMAN BAGIAN TIMUR
Jakarta, Suara Karya
Presiden Soeharto menyatakan, Indonesia bersedia membeli produk industri wilayah Jerman bagian Timur jika mendapat bantuan lunak. Kesediaan itu secara langsung akan mendukung usaha perbaikan ekonomi di Jerman bagian Timur, bekas Republik Demokrasi Jerman.
Namun Indonesia tidak mampu melakukan pembelian secara besar-besaran jika tidak mendapat bahtuan lunak, dan bantuan lunak itu terutama diharapkan dari Jerman bagian Barat, dulu Republik Federal Jennan. Presiden menggambarkan pasaran yang cukup besar bagi produk industri itu seperti pembangkit listrik dan kapal keruk, kapal penumpang, peralatan pelabuhan, kontainer, pelabuhan biasa dan peralatan telekomunikasi.
“Dengan cara itu, Jennan bagian Barat dalam mengeluarkan dana dapat sekaligus membantu wilayah Jerman bagian Timur dan Indonesia,”kata Presiden ketika memberi keterangan dalam perjalanan kembali dari lawatan ke Republik Jerman yang sudah bersatu Senin.
Sebagai contoh Presiden menggambarkan akan besamya kebutuhan kapal angkutan penumpang yang diperlukan Indonesia. Sampai saat ini Indonesia telah memesan 10 kapal penumpang dari Jerman. Jumlah itu ternyata masih belum mencukupi, sehingga direncanakan akan membeli 5 kapal penumpang lagi, juga dari Jerman.
Pengalaman kerja sama Indonesia dengan Jerman Barat menurut Presiden cukup memuaskan, seperti dalam alih teknologi. Hal ini terlihat antara lain dalam pembuatan komponen pesawat melalui ketja sama IPTN dengan MBB Jerman, demikian juga di bidang telekomunikasi.
Perdagangan
Presiden selama dalam perabicaraan dengan cara pemimpin Jerman juga menekankan akan pentingnya diusahakan keseimbangan perdagangan dengan Indonesia. Sampai saat ini Indonesia mengalami defisit dalam perdagangan dengan Jerman sekitar 1,5 milyar dolar AS setahun. Untuk memberi keseimbangan itu Presiden menawarkan agar Jerman lebih banyak mengimpor komponen-komponen dari Indonesia. Impor komponen Jerman dari Indonesia itu menurut kepala negara, bisa menekan biaya, sehingga produk Jerman yang unggul mutunya juga bisa bersaing dalam soal harga.
Dalam kaitan itu, Jerman dapat membangun industri komponennya di Indonesia, karena pertimbangan tenaga kerja di sini lebih murah. Paling tidak jika sebagian komponen produk industri dibuat di Indonesia, biaya produksinya akan lebih murah dibanding jika seluruh komponen itu dibuat di Jerman sendiri. “Kerja sama saling menguntungkan itu untuk meningkatkan daya saing Jerman sendiri,” ujar Presiden.
Indonesia diakui Presiden banyak mengharap bantuan dari Jerman, tetapi bantuan itu tidak seluruh dalam bentuk uang. Bantuan lainnya yang layak diberikan kepada Indonesia adalah pengiriman wisatawan Jerman ke Indonesia.
Kerja sama teknologi menurut Presiden akan terus dikembangkan tidak hanya teknologi yang sekarang dibutuhkan Indonesia, tetapi juga pengembangan teknologi. Kerja sama teknologi yang telah dilakukan seperti antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan Universitas Aachen tetap akan diteruskan. Kerja sama itu dilakukan dengan saling menukar guru besar dan diharapkan juga memberi kesempatan kepada mahasiswa Indonesia belajar lebih banyak di Jennan.
Partai Politik
Dalam kunjungannya ke Jerman, Presiden Soeharto berkesempatan bertemu dengan pemimpin partai-partai politik negara itu. Presiden memberi alasan pertemuan itu dengan mengatakan untuk menanamkan lebih banyak pengertian mereka mengenai Indonesia. Dengan demikian, jika terjadi perubahan di dalam pemerintah Jerman
hubungan dengan Indonesia tetap seperti sedia kala.”Jangan sampai ada pemerintahan baru, kita mulai lagi berbadapan seperti menghadapi negara baru,” kata Presiden.
Hubungan dengan para pemimpin Jerman menurut Presiden juga dikembangkan melalui hubungan antara pribadi-pribadi. Jadi hubungan itu tidak terbatas dalam hubungan formal sebagai pemimpin-pemimpin negara. “Hubungan pribadi saya dengan PM Kohl misalnya akan memudahkan pemecahan segala sesuatu, dan bisa berhubungan melalui surat langsung atau melalui telepon,”kata Presiden.
Ini berarti memudahkan segala sesuatu, tetapi bukan berarti lantas menghilangkan tata cara pemerintahan yang sudah lazim dengan tidak melalui jalur diplomatik, tetapi keduanya. Kita melaksanakan tidak hanya dari bawah, tapi dari atas sudah kita cegat sehingga akan terjamin kerja sama yang lebih baik dan menguntungkan kedua belah pihak,”kata Presiden.
Tiba
Presiden Soeharto dan rombongan tiba dari lawatan 5 hari ke Republik Jerman bersatu Senin siang pukul 13.50 WIB di Bandara Halim Perdanakusuma. Rombongan Kepala Negara menggunakan pesawat khusus Garuda DC 10.
Di bandara Presiden dan Ibu Tien dijemput Wapres dan Ibu EN Sudharmono, Menteri Pertahanan Keamanan LB Moerdani, Menko Kesra Supardjo Rustam. Menko Polkam Sudomo dan Pangab Try Sutrisno. (SA)
Sumber: SUARA KARYA(03/07/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 444-446.