LAGI, PENGHARGAAN DUNIA BAGI PRESIDEN SOEHARTO
Jakarta, Suara Karya
Sukses Pemerintah Indonesia meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya memperoleh penghargaan internasional. Prestasi tersebut dinilai Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) sebagai luar biasa, sehingga badan PBB itu merasa perlu memberikan penghargaan khusus. Dirjen WHO, Dr Hiroshi Nakajima, secara khusus datang ke Jakarta untuk menyerahkan “Health for All Golden Medal Award” kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka, Senin. Sesudah menerima penghargaan itu Kepala Negara membuka Rakemas Kesehatan di Istana Negara.
WHO menilai banyak aspek dalam menetapkan Presiden Soeharto layak menerima penghargaan tertinggi di bidang kesehatan itu. Dunia dibuat kagum ketika Presiden Soeharto tanpa sungkan-sungkan menyalami deIapan bekas penyandang penyakit kusta pada salah satu dari rangkaian kegiatan Pekan Olah Raga Penyandang Kusta 1988. Jauh sebelum itu dunia juga menghargai jasa Presiden sebagai pencetus Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) tahun 1972 melalui sebuah Inpres. Apalagi belakangan terbukti bahwa Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan terdepan bagi masyarakat di seluruh penjuru tanah air merupakan terobosan yang mantap untuk memeratakan pelayanan kesehatan.
Kemudian tahun 1984 dicanangkan pula Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang lebih mengarahkan prinsip sadar kesehatan sejak dini. Jika Puskesmas lebih mengutamakan aspek pengobatan (kuratif). Posyandu diarahkan untuk membiasakan masyarakat mencegah penyakit (preventif). Puskesmas umumnya berlokasi di ibukota kecamatan, sementara Posyandu berada di desa-desa. Setiap desa tidak jarang memiliki 3 atau 4 Posyandu dan saat ini di seluruh Indonesia terdapat tidak kurang dari Posyandu.
Aspek preventif terhadap penyakit lainnya yang dicanangkan Presiden Soeharto, khususnya terhadap bayi berusia di bawah lima lahun (Balita) adalah imunisasi. Pak Harto beberapa kali memberi contoh tara cara pemberian imunisasi folio dan bahkan menjelaskan dengan gamblang arti dan manfaat imunisasi. Dampak positifuya temyata benar-benar mengagumkan. WHO sendiri menargetkan cakupan imunisasi lengkap minirnal 80 persen tercapai pada akhir 1990,Indonesia telah menuntaskan sasaran itu tiga bulan lebih cepat, tepatnya pada Oktober 1990.
Yang tidak kalah pentingnya adalah pencanangan minum air susu ibu (ASI) pada Hari Ibu (22 Desember) 1990 yang lalu. ASI sudah terbukti memberikan kekebalan terhadap bayi dari serangan penyakit, di samping meningkatkan kecerdasan. Pencanangan itujuga cukup besar dampak positifuya dengan makin meningkatnya kesadaran kaum ibu menyusukan bayi mereka.
Terus Tingkatkan
Dalam sambutannya ketika membuka Rakemas Kesehatan 1991 Presiden Soeharto mengemukakan ,di satu pihak memang telah banyak kemajuan yang dicapai di bidang pembangunan kesehatan, tapi di pihak lain perjuangan itu harus lerus ditingkatkan. Kepala Negara mengemukakan pula beberapa tantangan baru di bidang ini.
Dewasa ini banyak hal merugikan kesehatan masyarakat, kata Presiden. Misalnya saja akibat dari dinamika kehidupan yang dapat meningkatkan stres, kebiasaan merokok, minurn alkohol, penyalahgunaan obat, pencemaran dan pengrusakan alam yang sukar dikendalikan. Penggunaan alat-alat kedokteran yang canggih pun merupakan tantangan baru karena mengakibatkan tingginya biaya pelayanan kesehatan. Itu semua membuat tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan tidaklah bertambah ringan.
Daerah Terpencil
Presiden mengemukakan, GBHN menekankan pentingnya peningkatan pelayanan kesehatan secara lebih luas dan merata. GBHN juga memberi petunjuk agar pembangunan kesehatan terutama ditujukan pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Untuk melaksanakan petunjuk GBHN, pembangunan kesehatan harus lebih diarahkan pada masyarakat di daerah-daerah terpencil dan daerah kumuh perkotaan yang belum menikmati pelayanan kesehatan yang memadai.
Pemerintah dalam kaitan itu sejak lama telah menempatkan tenaga-tenaga bidan desa-desa dan secara bertahap makin banyak tenaga spesialis yang ditetapkan di daerah.
Keadaan gizi masyarakat pun makin membaik. Berbagai penyakit menular terutama yang menyerang anak-anak berhasil dicegah melalui program imunisasi. Berkat kemajuan kesehatan yahg dicapai itu, angka kematian bayi terus menurun. Umur rata-rata anggota masyarakat bertambah panjang dan angka kesakitan menurun. Atas keberhasi lan yang dicapai itulah, kata Presiden, menarik perhatian Organisasi Kesehatan Dunia, WHO sehingga memberikan penghargaan tinggi.
Kesepakatan
Menteri Kesehatan M. Adhyatma menyebutkan, Rakemas Kesehatan ini bertujuan membahas dan mendapatkan kesekapatan mengenai berbagai kebijaksanaan, dan langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dalam rangka pembangunan kesehatan di tahun mendatang.
Raker berlangsung 18 hingga 22 Februari, diikuti 200 peserta terdiri para pejabat eselon I dan II, Kepala Kanwil dari Dinas, para kepala rumah sakit, pimpinan BUMN di lingkungan Depkes, serta wakil-wakil dari departemen/non Departemen terkait. Selain beberapa menteri dalam rakenas yang dilanjutkan di Ciloto itu akan pula berbicara Ditjen WHO, yang kini tengah berada di Indonesia.
Masalah yang dibahas, pendayagunaan tenaga-tenaga kesehatan, penempatan dokter sebagai pegawai tidak tetap, penyempurnaan rumah sakit umum pemerintah sebagai lembaga swadana, lebih memasyarakat obat generik, pola pelayanan kesehatan di daerah terpencil terutama wilayah Indonesia bagian timur, serta daerah kumuh.
Menkes juga menyampaikan ucapan selamat atas penghargaan “Health for All Gold Medal Award” yang diterirna Presiden Soeharto dari Ditjen WHO Dr. Hiroshi Nakayima. “Penghargaan lersebut sangat membanggakan danjuga sekaligus akan memacu jajaran kesehatan meningkatkan tarafkesehatan masyarakat Indonesia,” katanya.
Sumber : SUARA KARYA (19/02/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 583-586.