PRESIDEN: PEMERATAAN ATASI KESENJANGAN PADA BIDANG EKONOMI

PRESIDEN: PEMERATAAN ATASI KESENJANGAN PADA BIDANG EKONOMI

 

 

Solo, Antara

Presiden Soeharto menegaskan bahwa upaya pemerataan merupakan cara yang paling tepat untuk menanggulangi kesenjangan antara kekuatan yang sudah mampu dan yang belum mampu guna memanfaatkan peluang dalam pengembangan sektor ekonomi.

“Untuk mengatasi kesenjangan itu, maka kita harus mendorong pengembangan kelompok aneka industri,” kata Kepala Negara di Sukoharjo, Jawa Tengah, hari Senin ketika meresmikan 275 pabrik yang tersebar di 21 propinsi.

Pabrik-pabrik itu dibangun dengan investasi Rp 1,4 triliun lebih dan rencana ekspor 1,07 miliar dolar AS per tahun.

Presiden mengatakan, upaya pemerataan itu perlu mendapat perhatian, karena pembangunan ekonomi khususnya bidang industri, selain mempercepat laju pembangunan juga dapat menimbulkan berbagai masalah termasuk kesenjangan di antara berbagai kekuatan ekonomi.

Kerjasama antara industri besar dan menengah perlu dikembangkan atas dasarĀ­dasar yang sehat agar langgeng, sedang kerjasama industri besar dan kecil bukan atas dasar belas kasi han dan bersifat sementara, tetapi hams benar-benar atas dasar keperluan yang nyata, tegas Presiden.

Karena itu, pada peresmian ratusan pabrik secara simbolis ini, Kepala Negara kembali menyampaikan himbauannya agar perusahaan-perusahaan swasta yang besar serta BUMN mau menjadi bapak angkat bagi industri kecil. Presiden juga minta agar penjualan saham perusahaan swasta kepada koperasi terus ditingkatkan.

“Saya minta agar kegiatan ini dijadikan gerakan nasional yang dilaksanakan di seluruh Indonesia di semua sektor dan dunia usaha. Hal ini merupakan tanggungjawab dan kepedulian kita terhadap upaya pemerataan dalam arti yang luas,” kata Presiden.

 

Lepaskan Ketergantungan

Berbicara tentang arti penting dari pembangunan pabrik-pabrik itu, Presiden Soeharto mengatakan, berdirinya industri ini akan mendorong Indonesia untuk melepaskan diri dari ketergantungan barang impor. Pembangunan pabrik juga berarti masyarakat mampu memperoleh nilai tambah dari barang yang dihasilkan.

“Majunya sektor industri telah menambah pengetahuan dan ketrampilan kita di bidang produksi, sehingga barang yang kita hasilkan semakin bermutu dan mampu bersaing di pasaran dunia. Kita memiliki beberapa keunggulan yang tidak semuanya dimiliki bangsa-bangsa lain,” demikian Kepala Negara.

Pada kesepatan itu, Presiden Soeharto juga mengemukakan bahwa pembentukan kelompok-kelompok ekonomi bisa menjadi awal bencanajika anggota-anggota kelompok itu menutup diri. Namun jika mereka membuka diri terhadap produk dari negara membangun maka dampaknya akan sangat positif.

“Di tingkat nasional, perjuangan kita berada pada saat menentukan. Bila kita berhasil melampauinya dengan sukses maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang maju,” kata Presiden. Sebaliknyajika sampai gagal, kehidupan bangsa kita akan merosot dan tidak mustahil kita akan mengalami gejolak yang berkepanjangan, tambah Presiden ketika menekankan arti penting tahap lepas landas.

 

 

Sumber : ANTARA (02/03/1992)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 93-94.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.