PRESIDEN SOEHARTO TERIMA UTUSAN EMIR KUWAIT
Jenewa, Suara Pembaruan
Presiden Soeharto dan rombongan Selasa pagi pukul 09.00 waktu Jenewa (Selasa siang WIB) bertolak dari Bandara Chointrin, menuju New York AS, setelah menginap semalam untuk menyesuaikan waktu dan cuaca.
Kepala Negara dan rombongan yang tiba dengan pesawat Garuda MD 11 di Jenewa, Swiss, setelah terbang sekitar 14 jam 55 menit dan istirahat kurang lebih tiga jam di Hotel La Reserve, langsung melakukan tugas kenegaraan dengan menerima utusan khusus Emir Kuwait, Abdulrahman Al-tiqi kurang lebih tiga puluh menit.
Seikh Jaber Al-Ahmad Al-JabeAl Sabah, Emir Kuwait dalam pesannya menurut Menteri Sekretaris Negara Moerdiona yang juga turut dalam pertemuan bersama Menlu Ali Alatas itu mengemukakan penghargaannya yang amat tinggi atas pekerjaan Prof Dr. Mochtar Kusumaatmadja yang dipercayakan memimpin sebuah komisi PBB untuk menyelesaikan masalah perbatasan Kuwait dengan negara-negara tetangganya terutama dengan Irak.
Emir Kuwait melalui penasihatnya Abdulrahman Al-tiqi amat menghargai prestasi Prof Mochtar yang telah merampungkan tugas-tugas yang dipimpinnya itu. Selain itu Emir Kuwait juga mengharapkan agar Presiden Soeharto memberi petunjuk kepada Prof Mochtar untuk merampungkan tugas yang lain yaitu, menyelesaikan perbatasan laut antara negara kaya minyak itu dengan negara-negara tetangganya
Emir Kuwait itu mengatakan, Prof Mochtar sangat cakap untuk melakukan tugasĀ tugas tersebut serta ia bersikap netral dan berasal dari negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam.
Menanggapi permintaan Emir Kuwait itu, Presiden Soeharto langsung menginstruksikan Mensesneg untuk segera meminta kesediaan Prof Dr. Mochtar Kusumaatmadja melaksanakan tugas barn itu, dan jawabannya supaya disampaikan kepada Perutusan Tetap di New York.
Sebenarnya,menurut Moerdiono, Utusan Khusus Emir Kuwait itu sebelumnya meminta waktu di Jakarta, tetapi karena kesibukan Presiden, maka disarankan supaya bertemu di Jenewa saja.
Sementara itu, Abdulrahman Al-tiqi yang ditanya wartawan seusai pertemuan tidak bersedia memberitahukan hasil pembicaraan dengan Presiden Soeharto. “Saya hanya utusan khusus Emir untuk meneruskan suratnya kepada Presiden Soeharto.”
Tidak Berupaya
Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara Moerdiono mengatakan, sampai sekarang tidak ada upaya untuk mengadakan pertemuan antara Presiden Soeharto dengan Presiden AS George Bush. Kalau mereka yang mengajukan agar ada pertemuan, kita akan sambut baik, tetapi kalau kita tidak ada. Sebab Bush sangat sibuk dengan kegiatan kampanye , di mana iajuga sebagai calon, ujar Mensesneg.
Ditambahkan, memang ada pemikiran untuk suatu pertemuan. Namun, melihat kesibukan yang amat banyak itu, KBRI kita di AS menyarankan agar, tidak diadakan penjajakan dan kita pun berpendapat sama, tambahnya.
Presiden George Bush sendiri katanya telah mengirimkan ucapan selamat atas terpilihnya Presiden Soeharto sebagai Ketua Gerakan Non Blok (GNB), dan atas suksesnya KTT ke-10 GNB. Pesan kawat itu diterima setelah KTT selesai. Dalam pesan kawat itu, Bush menyatakan mendukung KTT GNB dan akan mengadakan kerja sama untuk meningkatkan taraf hidup penduduk dunia. Selain Presiden Bush, negarawan lainnya seperti PM Jepang Kiichi Miyazawa dan Presiden Rusia Boris Yeltsin telah mengirim kawat yang sama.
Beberapa Presiden
Setibanya di New York, Presiden Soeharto akan menghadiri jamuan makan siang yang diselenggar akan Sekretaris Jenderal PBB Boutros Boutros-Ghali untuk menghormati para kepala negara/pemerintahan yang ikut dalam perdebatan umum (debate generale) tahun ini. Selain Mensesneg dan Menlu RI, dalam rombongan resmi ikut juga Prof. Dr. Widjojo Nitisastro, penasihat ekonomi pemerintah.
Sumber : SUARA PEMBARUAN (22/09/1992)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 226-227.