Tajuk Rencana: KEHADIRAN PRESIDEN SOEHARTO DI SU PBB

Tajuk Rencana: KEHADIRAN PRESIDEN SOEHARTO DI SU PBB

 

 

Jakarta, Suara Pembaruan

KEHADIRAN Presiden Soeharto RI untuk menyampaikan amanatnya di Sidang Umum ke-47 Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York Kamis malam selaku Ketua Gerakan Non-blok (GNB), oleh sejumlah kalangan pengamat dinilai mempunyai makna yang amat penting artinya bagi perjuangan negara-negara berkembang.

Hal ini dilihat bukan saja dalam konteks peranan GNB dalam partisipasinya untuk membentuk suatu tatanan dunia baru, tapi juga dalam rangka peningkatan peranan Non Blok di PBB melalui berbagai dialog pada forum internasional itu. Khusus bagi rakyat Indonesia, pemunculan Presiden Soeharto pada mimbar PBB itu selaku figur yang mewakili dan menyuarakan aspirasi dan kepentingan mayoritas umat manusia dari Dunia Ketiga, tidak berlebihan kalau dikatakan sebagai suatu kebanggaan tersendiri.

Siaran TVRI tentang acara pidato Kepala Negara di depan Sidang Umum PBB Kamis (24/9) malam sekitar pukul 21.00 WIB atau lewat pukul 10.00 Kamis pagi waktu New York secara langsung dapat diikuti di Indonesia.

Kembali teknologi komunikasi yang canggih melalui sistem satelit, penayangan langsung pidato pertama Kepala Negara di depan SU PBB itu dapat dimungkinkan, sekaligus mengingatkan kita betapa jauh kita telah terlibat dalarn era globalisasi ini.

PRESIDEN Soeharto atas nama 180 juta rakyat Indonesia dan selaku Ketua KTT X Gerakan Non Blok dalam pidatonya itu pada intinya kembali menekankan pada hasil-hasil “Pesan Jakarta” yang merupakan keputusan bersarna KTT X GNB di Jakarta awal September lalu.

Kepala Negara RI itu mengingatkan persoalan besar yang harus diupayakan PBB adalah menjaga perdamaian dunia. Dikemukakan, GNB mendambakan gerakan darnai, namun sebelum hal itu tercapai ancaman terhadap kelangsungan hidup umat manusia akan terus membayangi upaya-upaya dan aspirasi-aspirasi kita lainnya. “Kami telah pula mendesak ditingkatkannya upaya penyelesaian berbagai masalah prioritas dalam perlucutan senjata, terutarna larangan semua senjata pemusnah massal.”

Di samping merupakan ancaman nyata terhadap perdamaian dan keamanan dunia, pacuan senjata secara global dan pembelanjaan militer yang tak terkendalikan juga merupakan pemborosan berlarut bagi ekonomi nasional dan ekonomi dunia. Gerakan kami senantiasa berpendapat bahwa sumber daya disisihkan dari proses perlucutan dan pengurangan persenjataan, hendaknya dialihkan kepada upaya pembangunan sosial-ekonorni semua negara, terutama negara-negara berkembang.

Dengan adanya kaitan yang produktif antara perlucutan senjata dan pembangunan, akan lebih memungkinkan tercapainya kearnanan pada tingkat persenjataan yang telah dilucuti. Perlu kita sadari bersama, kini perdamaian dan pengamanan banyak juga tergantung pada faktor-faktor sosio-ekonomi di samping faktor militer.

Demikian beberapa cuplikan dari pidato Presiden Soeharto di Sidang Umum PBB dalam kapasitasnya bukan saja sebagai Kepala Negara RI, tapi juga menyuarakan dua per tiga penduduk dunia dari 108 negara GNB.

PENYAMPAIAN “Pesan Jakarta” oleh Presiden Soeharto pada acara debat umum Sidang Majelis Umum PBB itu secara strategis dianggap tepat dan dapat meningkatkan peluang pencapaian sasaran GNB. Sekaligus pidato Presiden Soeharto itu telah menempatkan perjuangan GNB pada jalur strategi yang baru dan menunjukkan kepada masyarakat dunia bahwa perjuangan GNB masih tetap relevan.

Sebagaimana sering diungkapkan pada KTT X Non Blok di Jakarta belum lama ini, Indonesia diharapkan mampu memimpin GNB dalam memperjuangkan tatanan dunia baru yang lebih adil dan lebih demokratis. Penampilan Kepala Negara itu pada mimbar debat umum Majelis Umum PBB mencerminkan harapan itu.

Untuk menarik perhatian dunia terhadap negara-negara Dunia Ketiga yang terbelunggu dalam ketidakadilan, keterkebelakangan dan kemiskinan sehingga perlu diciptakan keseimbangan yang lebih baik antara negara-negara maju dan berkembang, maka memang mimbar Sidang Umum PBB adalah tempat yang paling tepat dan efektif.

 

 

Sumber : SUARA PEMBARUAN (26/09/1992)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 321-323.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.