PRESIDEN RESMIKAN 62 PROYEK SENILAI RP.100,22 MILYAR [1]
Mataram, Bisnis Indonesia
Presiden Soeharto meresmikan 62 proyek di Nusatenggara Barat (NTB) yang menelan biaya Rp 100,22 milyar, Sabtu. Menurut keterangan, sumber dana bagi pembangunan proyek-proyek tersebut, antara lain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), bantuan luar negeri, Banpres, Proyek Bangun Nusa (NTASP), PMA, PMDN dan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (YAMP).
Pada acara peresmian itu Presiden mengingatkan bahwa pelaksanaan pembangunan tidak boleh terperosok dalam sikap mengeruk keuntungan jangka pendek, sehingga terpaksa harus membayar sangat mahal di kemudian hari.
“Sebab tanggung jawab memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup terletak di atas pundak kita semua,” katanya pada upacara di Bendungan Mamak, desa Brora, Kab. Sumbawa.
Karena itu, Kepala Negara menegaskan, segenap, lapisan dan golongan masyarakat hendaknya merasa terpanggil untuk memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup.
“Bukan hanya untuk kepentingan bendungan ini, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat sendiri.”
Sebelumnya, Kepala Negara menyerahkan sertifikat tanah/sawah sebanyak 713 persil kepada tiga petani mewakili teman-temannya, serta menyerahkan 63 sertifikat KUD Mandiri se-NTB yang diterimakan secara simbolis kepada dua orang pengurus KUD Mandiri.
Presiden didampingi Gubemur NTB Warsito juga menaburkan 500.000 ekor benih ikan ke dalam Waduk Mamak. Seusai penebaran benih ikan, Presiden melakukan temu wicara dengan para nelayan, petani tanaman pangan, petani ikan, petani temak, pengurus/anggota KUD, transmigran, pemuka masyarakat dan alim ulama.
Hutan Tanaman Industri
Proyek yang diresmikan Presiden itu di antaranya adalah penanaman Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas 1.000 Ha di Kabupaten Sumbawa dengan dana Rp.1,35 milyar, penebaran 10.000 bibit jambu mete bernilai Rp 42 juta untuk Penghijauan di sekitar Waduk Mamak.
Proyek lainnya mencakup peningkatan jalan di Pulau Lombok dan Sumbawa sepanjang 255,30 Km, pemeliharaan jalan 17,10 Km dan penggantian jembatan di Sumbawa sepanjang 70 meter dengan biaya keseluruhan Rp 5,68 milyar. Selain itu juga penyediaan prasarana dan sarana air bersih pada 51 desa di Lombok dan Sumbawa dengan sarana perpipaan sepanjang 7.247 meter, serta perbaikan pemukiman lingkungan dengan dana Rp 2,98 milyar.
Usaha Patungan
Kepala Negara juga meresmikan usaha patungan antara PT. Budaya Mutiara (PMDN) dalam pemeliharaan 66.000 ekor siput mutiara dengan PT. Lombok Island Pearl (PMA) berlokasi di Pelangan dan Gili Air, Lombok Barat, dengan investasi Rp 4,97 milyar.
Proyek lainnya mencakup pengembangan pelabuhan Lembar dengan dana Rp 2,94 milyar, pengembangan fasilitas Bandara Selaparang Mataram, Lombok Barat, Bandara Salahuddin, Bima, dan Bandara Brangbiji, Sumbawa dengan biaya Rp 2,13 milyar serta pengembangan air tanah untuk irigasi se-NTB dengan biaya Rp 3,05 milyar.
Penempatan dan pembinaan 600 KK transmigran lokal berasal dari Pulau Lombok di Labangka, Kabupaten Sumbawa menghabiskan dana Rp 3,68 milyar, pembangunan sepuluh unit gedung baru SMP Negeri di Lombok Barat, Lombok Timur, Sumbawa dan Pompungan dana Rp 1,48 milyar.
Proyek lainnya yang diresmikan. Presiden adalah peningkatan prasarana/sarana kesehatan di Lombok Barat dengan biaya Rp 465,41 juta dan peningkatan prasarana dari sarana keagamaan termasuk pembangunan masjid dengan dana Rp 827 juta.
Presiden mengingatkan kegunaan Bendungan Mamak Juga sangat tergantung pada kelestarian sumber-sumber daya alam di sekitamya. Diharapkan dengan berfungsinya bendungan itu, daerah sekitarnya dapat maju lebih pesat lagi.
Pembangunan, katanya, memang merupakan perjuangan berjangka panjang, namun bukan hanya untuk kepentingan yang hidup sekarang, melainkan juga untuk generasi-generasi mendatang.
Karena itu, menurut Kepala Negara, walaupun telah hampir seperempat abad membangun, pembangunan Indonesia masih jauh dari selesai. Bahkan dewasa ini masih berada dalam tahap-tahap awal dari pembangunan. Baru pada Repelita VI nanti, bangsa Indonesia akan mulai memasuki Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua, tahap tinggal landas. Karena itu masih banyak yang harus dilakukan, sebelum semua dapat menikmati kehidupan yang maju, makmur dan sejahtera.
Diingatkan, sumber daya alam di Indonesia bagian Timur, termasuk Sumbawa, sangat besar a.l. dengan potensi perikanan, pariwisata, peternakan, kehutanan dan pertambangan. Dengan memanfaatkan potensi itu diyakini daerah ini akan menjadi maju dan makmur.
Pada kesempatan ini Kepala Negara memuji rakyat NTB yang telah merubah nasibnya sendiri. Dari daerah miskin yang kekurangan pangan menjadi daerah yang mampu membantu kebutuhan beras daerah-daerah lain di Indonesia. (ta)
Sumber: BISNIS INDONESIA (12/04/1992)
________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 511-513.