PRESIDEN: NEGARA MAJU KURANGI PROTEKSI DALAM PERDAGANGAN [1]
Jakarta, Suara Pembaruan
Untuk mengatasi masalah lingkungan di negara-negara berkembang, Presiden Soeharto mengusulkan agar negara maju perlu membuka pasamya bagi produk produk negara berkembang, karena dengan demikian negara berkembang akan mampu meningkatkan perdagangannya.
Hal itu dikemukakan Kepala Negara ketika menerima Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH) Emil Salim yang melaporkan tentang tidak berhasilnya pertemuan mengenai lingkungan yang diselenggarakan PBB di Amerika Serikat baru-baru inidi Bina Graha Senin pagi
Menurut Emil Salim, usul agar negara-negara maju mengurangi proteksi dalam perdagangan merupakan salah satu usul Kepala Negara agar negara-negara berkembang mampu melaksanakan pembangunan tanpa merusak lingkungan. Usul lainnya, investasi khususnya dalam meningkatkan ekspor dan wisatawan ke negara negara berkembang perlu ditingkatkan agar perolehan dari negara tersebut tidak merusak lingkungan. Juga diusulkan agar transfer teknologi dari Utara ke Selatan benar-benar dilaksanakan dan seterusnya penjajakan mengenai utang luar negeri supaya bisa dilunasi oleh negara-negara berkembang yang jumlahnya saat ini mencapai 1,3 triliun dolar Amerika.
Bantuan
Demikian juga bantuan yang bersyarat ringan untuk perbaikan lingkungan dan mencegah pembangunan merusak lingkungan yang saat ini berjumlah 55 miliar dolar Amerika pertahun masih sangat kurang dan harus ditingkatkan menjadi 125 miliar dolar per tahun. Sebagai contoh Presiden Soeharto mengemukakan , Indonesia menolak bantuan dari Belanda namun apabila perdagangan dan investasi bisa ditingkatkan pengaruhnya akan lebih baik dari pemberian bantuan itu sendiri. (M-5)
Sumber: SUARA PEMBARUAN (13/04/ 1992)
______________________________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 508.