PRESIDEN SOEHARTO: PEMBANGUNAN BUKAN SEKALI JADI DAN TAK SELALU BERJALAN MULUS

PRESIDEN SOEHARTO: PEMBANGUNAN BUKAN SEKALI JADI DAN TAK SELALU BERJALAN MULUS [1]

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto menegaskan kembali, pembangunan bukanlah kegiatan sekali jadi dan tidak selalu berjalan mulus, tapi selalu ada tantangan, hambatan serta gangguan. “Pembangunan adalah rangkaian kegiatan bertahap, terpadu dan kita lakukan terus­ menerus tanpa mengenal henti. Sebab itu, dalam melaksanakan pembangunan kita harus selalu memelihara semangat membangun.

“Pernyataan ulang Kepala Negara ini disampaikan dalam sambutannya ketika meresmikan proyek-proyek pembangunan di Propinsi Sulawesi Selatan, di halaman kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Ujungpandang, hari Kamis (16/ 7). Kelima proyek tersebut adalah Kantor Gubernur/Kepala Daerah Sulsel, Gedung Juang 45 Sulsel, Pabrik Kelapa Sawit di Luwu, Rumah Sakit Haji Ujungpandang, serta kapallatih Politeknik pertanian Universitas Hasanuddin.

Menurut Presiden, pembangunan bukan hanya masa kini saja sebab pandangan semacam ini akan meninggalkan keadaan yang buruk-buruk bagi generasi mendatang. “Kita tidak hanya memandang pembangunan untuk masa depan yang dapat membuat kita melupakan masa kini dan masa lalu, sehingga kita kehilangan kepribadian dan kekuatan kita sendiri. Sebaliknya kita juga tidak boleh melihat kebesaran masa lalu saja yang mengakibatkan kita hidup dalam lamunan.

“Kepala Negara menunjukkan petjuangan bangsa adalah proses bersambung tidak terputus-putus “Suatu proses perjuangan dengan landasan masa lampau untuk membangun hari ini dan Hari esok untuk generasi sekarang dan yang akan datang,” ujar Presiden.

Dengan proses demikian, lanjut  Presiden, maka jalannya pembangunan bertambah kuat dan mantap, tidak akan kehilangan semangat dan arahnya semula “Semangat dan arah pembangunan adalah pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat sebagaimana perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan yang juga dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.”

Pelayan Masyarakat

Mengomentari peresmian kantor gubernur, Presiden mengharapkan agar pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan ,pembangunan dan pelayanan masyarakat akan Jebih meningkat. Para karyawan diharapkannya supaya lebih menyegarkan semangat pengabdiannya kepada bangsa dan negara . “Pegawai negeri harus melayani masyarakat, bukan sebaliknya,masyarakat yang melayani pegawai negeri,” tegasnya.

Sedang, mengenai Gedung Juang 45 Sulsel, Kepala Negara menilainya punya makna tersendiri. “Kehadiran gedung ini saya harapkan dapat mengingatkan para pengunjungnya betapa panjang dan beratnya jalan yang ditempuh bangsa kita mengejar keluhuran martabat dan perbaikan kehidupan. Kita perlu melihat perjuangan bangsa sebagai proses sejarah, sehingga kita semakin dewasa dan matang, “tutur Presiden.

Tentang pabrik kelapa sawit di Luwu milik PTP XXVIII, Presiden mengingatkan, kelapa sawit merupakan komoditi yang mempunyai harapan besar di masa datang. Dikemukakan, kebutuhan dalam negeri semakin meningkat, karena kelapa sawit telah dapat diolah menjadi minyak goreng. Kebutuhan minyak goreng bertambah besar sebagai kebutuhan pokok karena meningkatnya jumlah penduduk dan panghasilan mereka.

Kepala Negara minta dijalin kerja sama dan saling menghargai antara pimpinan pabrik, karyawan dan para petani. Selain itu, Presiden menginginkan pula diselenggarakannya koperasi di lingkungan pabrik dan masyarakat sekitarnya .

Peresmian Rumah Sakit Haji Ujungpandang dinilai sangat tepat waktunya oleh Presiden, karena baru beberapa hari usainya pemulangan jemaah haji 1992. Rumah Sakit Haji dibangun pada empat kota tempat embarkasi/debarkasi di Indonesia, yaitu Jakarta, Medan, Surabaya dan Ujungpandang. Yang terakhir iniyang pertama selesai sejak dibangun setahun lalu.

Kehadiran sebuah kapallatih bagi mahasiswa perikanan, ditanggapi Kepala Negara sebagai hal yang perlu untuk sebuah negara maritim dalam kegiatan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan bangsa.

“Tersedianya tenaga-tenaga terdidik dan terlatih dalam bidang perikanan sangat kita harapkan,” harapnya. Sementara itu Mendagri Rudini yang berbicara atas nama Mendagri, Menag, Mentan, Mendikbud , dan Menkes mengatakan , “Kita jangan terpaku pada kemegahan fisik sesuatu proyek, melainkan kitajuga harus menatapnya dari sudutjiwa dan wawasan memandang proyek sebagai hasil pembangunan .”

Mengomentari usainya pembangunan Kantor Gubernur Sulsel, Mendagri mengharapkan terjadinya peningkatan kemampuan pelayanan. “Pelayanan aparat Pemda Sulsel harus lebih cepat, lebih berkualitas dan profesional, “pintanya. Kondisi proyek luas gedung Kantor Gubernur Sulsel adalah 27.000 meter persegi yang dibangun mulai 19Juni 1989, menelan biaya Rp 21 milyar. Sedang Gedung Juang-45 dibangun berlantai tiga dengan luas setiap lantai 840 meter persegi di atas tanah seluas 5.400 meter persegi. Biaya pembangunan strukturnya Rp 815 juta. Sedang biaya pengisian lantai II untuk peragaan lintasan sejarah perjuangan dan pengisian lantai III untuk perpustakaan dan museum, seluruhnya Rp 1,4 milyar.

Rumah Sakit Haji Ujungpandang, luas bangunannya 3.000 meter persegi di tanah seluas 2 hektar yang dapat dikembangkan menjadi 7,1 hektar. Pembangunan tahap pertama selesai dengan biaya Rp 4,6 milyar. Seorang dokter spesialis bedah,Farid Husain menjelaskan kepada Kompas, bahwa peralatan rumah sakit ini adalah yang termodern di IBT untuk saat ini.

Pabrik Kelapa Sawit Luwu yang  mulai dibangun tahun 1988, mempunyai kapasitas olah 30-60 TBS (Tandan Buah Segar) perjam. Biaya pembangunannya Rp 13 milyar bersumber dari  Bank Dunia  54 persen dan selebihnya dari pemerintah.

Kapal Latih untuk Politeknik Pertanian Unhas, juga dapat digunakan oleh para dosen dalam kegiatan penelitian maritim untuk pemanfaatan sumber daya alam kelautan. Kapal dilengkapi alat navigasi yang canggih dengan nilai kontrak pembuatannya total1.174.036 dollar AS. Panjang kapa l23,75 meter, sedang lebarnya 6,70 meter, dan tinggi 3.10meter. (fin)

Surnber: KOMPAS (17/07/ 1992)

______________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 579-581.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.