PRESIDEN SOEHARTO: KITA TIDAK BOLEH MENYIMPANG DARI CITA-CITA SEMULA

PRESIDEN SOEHARTO: KITA TIDAK BOLEH MENYIMPANG DARI CITA-CITA SEMULA [1]

Jakarta, Suara Pembaruan

Presiden Soeharto mengatakan, tidak lama lagi pembangunan kita akan memasuki tahap baru, yaitu Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua (PJPT II). Tahap Pembangunan yang baru itu akan kita masuki dalam situasi dunia yang sedang berubah dengan cepat dan mendasar.

Perubahan-perubahan itu tidak saja meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, militer dan sosial budaya hubungan antar-negara pun mengalami perubahan-perubahan yang sedang mencari bentuknya yang baru. Perkembangan dunia Internasional itu secara langsung atau tidak mempengaruhi pembangunan nasional. Juga terhadap arab yang akan kita tempuh pada masa mendatang. Dalam tatanan dunia bam yang sedang mencari bentuknya ini terkandung berbagai tantangan dan peluang, yang perlu dimanfaatkan untuk mendorong kemajuan bangsa kita.

Kepala Negara mengemukakan itu dalam sambutannya ketika membuka Musyawarah Nasional VII Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), Selasa pagi, di Istana Negara Jakarta. Kita tidak boleh tertinggal dalam gerak perubahan dan kemajuan yang sangat dinamis. Kita juga tidak boleh menyimpang dari cita-cita kita semula, yaitu membangun masyarakat yang maju, sejahtera, adil, makmur dan lestari berdasarkan Pancasila. Karena itu, persiapan kita harus benar-benar mantap. Kita harus mempersiapkan semua lapisan, golongan dan kalangan masyarakat kita agar dapat menghadapi perubahan -perubahan yang akan terjadi dan mampu memasuki tahap baru pembangunan, demikian Kepala Negara.

Penyesuaian

Menurut Presiden, situasi dunia dan tahapan pembangunan mengharuskan kita untuk mengadakan berbagai penyesuaian dan perubahan agar kita dapat terus hidup, terus membangun dan terus maju dalam situasi yang berubah itu.

Radio sebagai salah satu media massa mempunyai peranan penting. Dalam situasi yang demikian itu, diperlukan media komunikasi massa yang mampu menyampaikan informasi secara tepat dan merata. Peranan radio terasa makin penting, karena kegiatan membaca belum membudayakan dalam masyarakat.

Sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia masih lebih suka mendengar dari pada membaca. Lagi pula, biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan informasi dan hiburan, melalui radio jauh lebih rendah daripada biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan informasi dan hiburan dari media lainnya.

Kita yang sedang berjuang untuk meningkatkan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pembangunan, mengharapkan agar informasi yang disampaikan melalui media komunikasi massa berisi pesan-pesan yang lebih memperluas wawasan dan lebih menambah pengetahuan masyarakat. Hal ini terasa makin penting lagi karena disadari atau tidak disadari masyarakat telah menjadi bagian dunia yang tengah memasuki era informasi, demikian dikemukakan Kepala Negara.

Paling Banyak

Sementara itu, Menpen Harmoko mengatakan. jumlah stasiun radio di Indonesia paling banyak dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Ia memberi contoh di Australia hanya tercatat 140 stasiun radio, di Jepang 150, sementara di Indonesia lebih dari 600 stasiun. “Ini berarti demokrasi lebih berkembang di Indonesia,” kata Menteri Penerangan.

Sebelumnya, Ketua PRSSNI Nyonya Siti Hardianti Rukmana melaporkan, jumlah peserta Munas ke-7 PRSSNI adalah 568 anggota yang berasal dari 23 propinsi. Mereka akan mengikuti Munas, di Jakarta selama empat hari. Diharapkan beberapa menteri beserta Pangab akan memberikan pengarahan dalam Munas tersebut. (B-7/M-5)

Sumber: SUARA PEMBAHARUAN (1/ 12/1992)

__________________________________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 683-684.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.