KETELADANAN IBU TIEN DIMONUMENKAN

KETELADANAN IBU TIEN DIMONUMENKAN[1]

Surakarta, Suara Karya

Presiden Soeharto meresmikan Monumen Jaten dan Mesjid “Al-Fatimah” bantuan YAMP (YayasanAmalbhakti Muslim Pancasila) yang terletak di Desa Jaten, Kabupaten Karanganyar, sekitar 10 km dari Surakarta. Peresmian ditandai dengan pembukaan selubung prasasti, hari Minggu siang (V4).

Kedua bangunan tersebut terletak dalam satu kompleks. Seusai peresmian, Presiden yang didampingi Ibu Tien Soeharto melakukan peninjauan keliling, yang diawali dengan penyerahan penghargaan kepada mereka yang ikut membantu pembangunan monumen tersebut.

Presiden selaku Ketua YAMP menyerahkan pengelolaan Mesjid “AI-Fatimah” kepada Bupati Kdh Dati Karanganyar Soejono, ditandai dengan penyerahan sajadah dan AI Qur’an.

Selain mesjid, bangunan lain yang menunjang Monumen Jaten terdiri dari sebuah pendopo yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan masyarakat, ruang perpustakaan yang dilengkapi dengan arena baca serta kantor.

Menurut laporan Ketua Penanggungjawab Proyek Monumen Jaten, dr. Abdul Gafur (mantan, Menpora), Desa Jaten adalah desa kelahiran Ibu Tien Soeharto 69 tahun lalu. Pembangunan monumen tersebut untuk menghargai keteladanan Ibu Tien dalam pengabdiannya. Dalam masa revolusi, Ibu Tien pernah sebagai anggota PMI dan Laskar Putri Indonesia. Selain itu, monumen tersebut juga berfungsi sebagai tonggak seni budaya bangsa.

Kompleks monumen yang diresmikan Kepala Negara tersebut terletak di atas areal tanah 1.800 m2, di tepi jalan raya yang menghubungkan Surakarta-Karanganyar.

Prasasti yang terbuat dari batu alam seberat 20 ton dengan tinggi 3,5 meter terlihat cukup jelas dari jalan raya. Prasasti tersebut dilindungi dengan bangunan joglo, dan tempat itu dulu terdapat bangunan rumah ternpat Ibu Tien Soeharto dilahirkan.

Pembangunan Monumen Jaten hanya memakan waktu sekitar 6 bulan. Peletakan batu pertama proyek ini dilakukan oleh Dr. Ibnu Hartomo 14 Agustus 1991. Hadir dalam upacara peresmian Monumen Jaten antara lain Menpen Harmoko, Menpora Akbar Tandjung, Gubernur Jateng Ismail dan undangan lainnya. (S-05)

Sumber: SUARA KARYA (2/03/1992)

____________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 772-773.

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.