TAJUK RENCANA: HASIL PERTEMUAN SOEHARTO­ MAHATHIR

TAJUK RENCANA: HASIL PERTEMUAN SOEHARTO­ MAHATHIR [1]

Jakarta, Suara Karya

PERTEMUAN Presiden Soeharto dengan PM Malaysia, Mahathir Muhammad, di Pulau Langkawi, Negara Bagian Kedah, Malaysia, di penghujung pekan lalu, menghasilkan prinsip-prinsip kesepakatan mengenai pelbagai permasalahan yang secara substantif cukup luas dan mendalam. Dalam pertemuan antara kedua kepala pemerintahan-yang diikuti secara paralel oleh para menteri sesuai dengan bidangnya masing-masing-dicapai kesepakatan mengenai banyak bidang yang menyangkut kepentingan kedua negara.

Mengenal Pulau Sipadan dan Ligitan, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan melalui meja perundingan yang dilandasi oleh hubungan penuh persahabatan. Diharapkan permasalahan ini dapat diselesaikan sabelum tahun 1993 berakhir. Kalau toh nanti belum juga terselesaikan, permasalahan ini akan tetap dicarikan pemecahannya melalui meja perundingan tanpa campur tangan pihak luar.

Menurut hemat kita, kesepakatan di antara kedua kepala pemerintahan itu memang pilihan paling bijak. Sebab, ditinjau dari kepentingan bilateral yang lebih luas, begitu pula kepentingan bersama dalam rangka ASEAN, penyelesaian sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan melalui perundingan diharapkan akan makin memperkuat kerja sama bilateral dan multilateral di wilayah ASEAN.

SELAIN itu, kunjungan ketja Presiden Soeharto ke Malaysia juga menghasilkan kesepakatan untuk meningkatkan kerja sama di bidang perbankan, pertanian, industri, pariwisata dan ketenagakerjaan. Mengenai bidang perbankan, disepakati untuk mendirikan bank Indonesia- Malaysia dalam bentuk patungan Goint venture) paling lambat pada akhir tahun 1993 ini.

Di samping itu, dicapai pula kata sepakat untuk sating mengimpor produk industri. Indonesia akan mengimpor mobil Proton Sagajenis Wira buatan Malaysia, sedangkan Malaysia akan mengimpor pesawat terbang buatan IPTN (Indonesia).

Di bidang pertanian, disepakati untuk memperluas ketja sama. Antara lain, impor sayuran Malaysia dari Indonesia-tercatat sekitar 200 juta dolar AS per tahun akan diperluas dengan apa yang diusulkan oleh Malaysia agar Indonesia menyediakan diri untuk mengembangkan petemakan domba, karena tidak kurang dari tiga juta ekor domba dibutuhkan oleh Arab Saudi per tahun.

Di bidang pariwisata, kerja sama antara kedua negara yang sudah cukup maju­ sebanyak 330.000 wisatawan Malaysia datang ke Indonesia pada tahun 1992- akan diusahakan untuk meningkatannya. Sedangkan, di bidang ketenagakerjaan, kedua belah pihak sepakat untuk membentuk komite di pihak masing-masing guna meningkatkan dan memperlancar pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Malaysia.

DARI pelbagai kesepakatan yang disinggung itu dapat dilihat bahwa pertemuan kerja Presiden Soeharto dan PM Mahathir Muhammad telah menghasilkan kesepakatan yang secara kuantitatif dan kualitatif diharapkan tidak hanya dapat lebih meningkatkan kerja sama bilateral. Tapi, sekaligus diharapkan pula akan dapat dijadikan acuan dalam kerja sama multilateral dalam kerangka ASEAN.

Tidak hanya itu. Kesepakatan bilateral Indonesia- Malaysia di Pulau Langkawi, barangkali dapat dijadikan acuan yang lebih konkret dalam mengembangkan kerjasama antar sesama negara berkembang yang tergabung dalam Gerakan Non Blok, atau Selatan-Selatan.

KITA ingin menggarisbawahi hal ini. Karena dengan tetap mengupayakan terbukanya kemungkinan mengembangkan kerja sama Utara – Selatan – sesuai dengan konsepsi yang disampaikan Ketua GNB Soeharto kepada G-7 beberapa waktu Ialu- agaknya pertemuan keija di Pulau Langkawi dapat dijadikan salah satu alternatif peningkatan kerja sama Selatan- Selatan.

Sumber: SUARA KARYA(20 /07/1993)

____________________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 165-167.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.