PRESIDEN: IMPOR PANGAN BUKAN BERARTI SWASEMBADA GAGAL[1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengatakan sulitnya angkutan antar daerah bisa saja mengakibatkan Indonesia mengimpor pangan, dan jika hal itu terjadi maka tidak usah timbul pandangan bahwa swasembada tak terwujud.
“Bila kita terpaksa melakukan impor maka bukan berarti swasembada tidak terwujud ” kata Mensesneg Moerdiono kepada pers ketika menjelaskan basil pertemuan Kepala Negara dengan delapan menteri di Bina Graha, Sabtu.
Kedelapan menteri yang dipanggil Presiden adalah Moerdiono, Menteri Negara/ Sekkab Saadilah Mursjid, Menteri Negara Urusan Pangan/Kabulog Ibrahim Hasan, Menteri Negara Koperasi/Pembinaan Pengusaha Kecil Subiakto Tjakrawerdaya, Mentan Syarifudin Baharsyah, Menkeu Mar ‘ie Muhammad, Menhub Haryanto Dhanutirto, serta Mendag Satrio Budihardjo Joedono.
Pada pertemuan itu, Kepala Negara minta para menteri untuk menyusun konsepsi mengenai peningkatan produksi pangan sekaligus dengan penyaluran/ distribusinya.
Kepala Negara memberi contoh jika sebuah daerah kekurangan beras maka bisa saja pemda setempat mendatangkan dari daerah lain. Namun mereka hams membayar mahal karena sulitnya angkutan. Karena itu, sebuah daerah bisa saja membeli beras atau pangan lainnya dari negara lain. jika impor itu sampai teijadi, maka yang penting adalah angka rata-rata produksiI net produksi tetap terwujud sehingga swasembada beras tetap tercapai.
Ketika ditanya wartawan mengapa masalah peningkatan produksi serta distribusi pangan ini tetap menjadi perhatian Kepala Negara, Moerdiono mengatakan hal itu terjadi antara lain karena bertambahnya jumlah penduduk Indonesia.
Ia juga mengatakan peningkatan produksi pangan diperlukan untuk mewujudkan penganekaragaman pangan sehingga masyarakat tidak hanya mengkonsumsikan beras. “Tersedianya beras dan sumber pangan lainnya akan menimbulkan rasa aman masyarakat,”kata Moerdiono mengutip ucapan Presiden kepada ke delapan menteri itu.
Perubahan Pola
Presiden Soeharto mengatakan, dalam upaya mewujudkan tersedianya pangan yang cukup maka diperlukan perubahan pola makan rakyat sehingga tidak hanya mengandalkan diri pada beras.
“Presiden menekankan bahwa swasembada perlu dipaharni dalam arti yang lebih luas karena tidak hanya menyangkut masalah beras, “kata Moerdiono mengutip ucapan Presiden.
Kepala Negara kemudian memberi contoh bahwa Indonesia setiap tahun masih mengimpor ratusan ribu ton kedele, padahal petani bisa meningkatkan produksinya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Ketika menjelaskan peningkatan produksi pangan, Presiden menunjuk pada bahan yang termasuk ke dalam sembilan bahan pokok. Moerdiono mengatakan karena luasnya daerah di tanah air maka Presiden memerintahkan Menhub Haryanto untuk memikirkan berbagai langkah untuk memperlancar distribusi pangan antar daerah. (T.EU02/EU07/ 1/05/9313:35)
Sumber: ANTARA (01/05/1993)
___________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 422-423.