“BETIK GAWI” KPN UNTUK SEJAHTERAKAN GURU SD[1]
Oleh M. Tohamaksum Bandar Lampung, Antara
Setelah membenahi diri dan kerja keras bertahun-tahun, Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Betik Gawi yang dikelola para guru SD dan karyawan Dinas P dan K Kodya Bandar Lampung, akhirnya terpilih sebagai koperasi fungsional terbaik tingkat nasional 1993.
Koperasi itu pernah meraih juara harapan tingkat nasional pada 1988, namun sesudah itu tidak lagi mengikuti lomba.”Betik Gawi” terus membenahi kekurangan dan kelemahan yang ada, dan tidak jarang melakukan studi banding ke koperasi lain yang lebih maju.
Atas prestasi yang diraihnya tahun ini, ketuanya, YusufHasan, SH mendapat kesempatan mengikuti temu wicara dengan Presiden Soeharto di Tapas Bogar 27 Juni 1993.
Hadiah, piala dan piagam kepada Koperasi Betik Gawi dan pemenang lainnya dalam rangka kegiatan Hari Pertanian, Koperasi dan Keluarga Berencana (Pertasikencana) VI/93 menurut rencana akan diserahkan oleh Kepala Negara pada puncak kegiatan tersebut di Bandar Lampung, 29 Juni 1993.
Dengan modal pokok Rp 170 ribu, koperasi guru SD itu berdiri tahun 1974/75 dengan anggota 68 orang, dan semula bernama ‘Kerukunan Antar guru SD’. Pada 28 Maret 1977 koperasi itu niendapat badan hukum dan berganti nama menjadi Koperasi Kesatuan Guru dan Karyawan (KKGK). Baru pada tanggal 28 Maret 1989 namanya diubah menjadi KPN Betik Gawi.
Sampai akhir 1992, Sisa Hasil Usaha (SHU)-nya mencapai Rp 242,8 juta, dan selama Januari-April 1993 mencapai Rp lOO juta atau rata-rata Rp 25 juta per bulan. Jumlah anggotanya menjadi 3.377 orang, dan modalnya kini mencapai Rp 1.052.927.537.
Sebelum berprestasi tingkat nasional, Betik Gawi telah beberapa kali menjadi juara tingkat Provinsi Lampung, memiliki klasifikasi ‘A’ mantap dan ketentuan minimal tiga tahun berturut -turut melakukan RapatAnggota Tahunan (RAT) setelah tutup tahun buku dijalani dengan mulus.
Kesejahteraan
Ketua KPN Betik Gawi, Yusuf Hasan, SH mengemukakan, ada lima bidang usaha yang dikembangkan koperasi binaanya, dan semuanya terkait erat dengan kepentingan anggota yang mayoritas guru SD itu.
Kelima bidang itu adalah simpan pinjam, usaha pertokoan terutama barang konsumsi dan sandang, kredit pemilikan motor anggota, pembangunan rumah tumbuh dan pengelolaan beras pegawai. Mengingat SHU-nya cukup umayan, KPN yang berkantor pusat di Jl. Woltermonginsidi itu menurut dia bisa terus mengembangkan usahanya. Menurut rencana, akan dibuka cabang koperasi itu di sembilan kecamatan yang ada di Bandar Lampung.
“Sementara ini akan segera dibuka cabang di tiga kecamatan. Dengan pembukaan cabang-cabang itu, anggota tidak lagi harus ke kantor induk kalau mau berurusan dengan koperasi,” katanya.
Selama beberapa tahun terakhir, Betik Gawi juga mampu memberikan tambahan kesejahteraan kepada anggotanya berupa pemberian dana belajar putra-putri mereka yang berprestasi dan santunan kematian.
Dana belajar, setiap tahunnya diberikan kepada 20 anak SD serta masing-masing 10 siswa SLTP dan SLTA. Selama ini, dana belajar siswa SD Rp 30.000, SLTP Rp 37.500 dan SLTAR p45.000Itahun.
Pada 1993/94, dana belajar itu akan ditingkatkan masing-masing menjadi Rp 35.000, SLTP Rp 40.000 dan SLTA Rp 60.000. Hal itu dimaksudkan untuk merangsang putra-putri anggota yang berprestasi melanjutkan studinya.
Untuk santunan kematian, koperasi menganggarkan satu juta rupiah bila ada anggotanya yang meninggal, bila yang meninggal suami atau istri Rp 200 ribu dan anak Rp 100 ribu.
Satu terobosan baru KPN Betik Gawi untuk mensejahterakan anggotanya, yakni pembangunan ‘rumah tumbuh’, mulai digarap. Berdasarkan sistem tersebut, kata Yusuf Hasan, rumah diperuntukkan bagi anggota yang belum punya tempat tinggal layak. Pemilikannya dimulai secara bertahap mulai dari tanahnya dengan sistem kredit.
Pada tahap awal koperasi telah menghabiskan dua hektar tanah yang dikredit anggota. Setelah kredit tanah rampung, koperasi memikirkan kelanjutan pembangunan rumahnya, dengan mencarikan dana untuk membangun rumah ukuran standar, dan kemudian anggota mengembangkannya sesuai dengan kemampuan dan selera masing masing.
“Program rumah tumbuh itu diharapkan berjalan baik pada 1994/95, sehingga anggota yang belum memiliki rumah layak secara bertahap bisa tertolong, ” tambahnya. Dalam proyek ini, koperasi tidak kerja sendirian, tetapi juga mengikutsertakan pemilik Beberapa anggota yang dimintai pendapatnya menyatakan banyak manfaatnya menjadi anggota koperasi, khususnya Betik Gawi.
Koperasi
Betik Gawi tentu bukan satu-satunya koperasi di Lampung. Menurut Kakanwil Depkop Lampung Drs. J. Rahardjo lstijono, perkembangan koperasi di daerah ini akhir-akhir ini memang cukup menggembirakan. Pada awal Pelita V di Lampung hanya ada 534 tetapi pada tahun keempat menjadi 734 termasuk 283 KUD Mandiri, atau meningkat sekitar 37 persen.
Sementara itu jumlah anggotanya pada periode yang sama meningkat dari 246.000 menjadi 447.000 orang (82 persen), modal dari Rp 24,13 miliar menjadi Rp 59,21 miliar(145 persen), volume usaha Rp 5 ,773 miliar menjadi Rp198,014 miliar (225 persen).
“Selain itu terdapat kemajuan keterkaitan usaha antara koperasi dengan BUMN dan swasta yakni kemampuan koperasi membeli saham BUMN/swasta mencapai nilai Rp1,1 miliar oleh 37 koperasi/ KUD dari 16 perusahaan,” katanya.
Gubernur Lampung Poedjono Pranyoto menegaskan bahwa pembangunan koperasi terus diarahkan demi tercapainya koperasi yang mandiri dan tangguh serta mampu berperan dalam kehidupan ekonomi rakyat.
Koperasi Betik Gawi bagaimanapun merupakan satu sukses koperasi dan sekaligus keberhasilan pembangunan Lampung yang menjadi ajang kegiatan Pertasikencana tahun ini. Di samping koperasi, daerah inijuga mencatat kemajuan yang berarti di bidang KB dan pertanian.
“Dipilihnya Lampung menjadi tempat puncak Pertasikencana 1993 merupakan penghormatan dan peristiwa besar dan berdampak positif bagi pembangunan daerah Lampung,” demikian Kepala BKKBN Lampung Tamadi.
DL-003/BDL-001/SP04 /SP03/18.00)
Sumber: Antara (28/06/1993)
____________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 482-484