PRESIDEN SOEHARTO: PEREKONOMIAN TERBUKA HARUS DIDUKUNG EFISIENSI PRODUKSI

PRESIDEN SOEHARTO: PEREKONOMIAN TERBUKA HARUS DIDUKUNG EFISIENSI PRODUKSI[1]

 

Bandung, Kompas

Presiden Soeharto menegaskan, di masa mendatang bangsa Indonesia akan hidup dalam suasana ekonomi yang makin terbuka. Dalam hal ini perekonomian terbuka akan berkembang jika didukung oleh efisiensi produksi. Untuk itu Presiden meminta agar industri meningkatkan efisiensinya, supaya hasil produksinya mampu bersaing di pasaran dunia.

Kepala Negara mengamanatkan itu pada pembukaan Pameran Industrial Development Bandung 1993, di Lanud Husein Sastranegara, hari Senin (2/8). Hadir antara lain, Menteri Perindustrian Ir.Tunky Ariwibowo, Gubernur Jabar R Nuriana, dan pemrakarsa pameran, Sudwikatmono.

Pameran yang diselenggarakan oleh PT. Napindo Media Pratama bekerjasama dengan Pemda Jabar dan Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) itu diikuti oleh 134 industri. Acara ini dijadwalkan berlangsung sampai 8 Agustus 1993.

Lebih lanjut Presiden menegaskan, tekad pemerintah adalah akan terns melindungi produksi dalam negeri. Namun, perlindungan ini bukan berarti memberi kemanjaan. Industri dalam negeri tetap harus berkembang, tumbuh dan membuktikan dirinya bahwa mereka itu sanggup menghasilkan barang-barang yang bermutu dengan harga pantas.

Di sisi lain, Kepala Negara mengajak masyarakat untuk meningkatkan kecintaan terhadap produksi dalam negeri. Ini harus lebih digencarkan, karena Indonesia telah mampu memproduksi barang-barang yang jenis dan mutunya tidak kalah dari barang produksi luar negeri. Dengan menggunakan produksi dalam negeri, pertumbuhan ekonomi akan semakin terdorong dan kesempatan kerja juga dapat diperluas.

Dalam kesempatan itu pula Presiden Soeharto mengingatkan agar dunia industri dan dunia usaha menyadari bahwa mereka adalah bagian dari milik nasional. Kemajuannya juga diharapkan dapat disumbangkan bagi kemajuan pembangunan nasional, untuk kesejahteraan masyarakat luas.

Pusat Industri

Selanjutnya Kepala Negara menyebutkan, letak geografis, sejarah perkembangan, keadaan penduduk dan kekayaan alamnya menjadikan Jabar sebagai salah satu daerah pusat industri. Di daerah ini berdiri pabrik berteknologi sederhana, sampai yang berteknologi amat canggih. Semua ini merupakan tanda, kelak propinsi ini akan menjadi salah satu pusat industri yang penting di Indonesia.

Menurut Presiden, proses industrialisasi yang sedang berkembang perlu terus ditunjang agar berjalan semakin cepat. Sebab, dunia juga tengah mengalami perkembangan industri yang san gat pesat. Jika sampai tertinggal dalam mengembangkan industri, maka akan sangat sulit mengejar ketinggalan ini dari bangsa yang telah maju.

Presiden menyebutkan, untuk mempercepat proses industrialisasi itu serta untuk menciptakan iklim yang mendukung perkembangannya, pemerintab akan terus mengadakan deregulasi dan debirokratisasi. Dengan cara ini akan terus dibangkitkan prakarsa, kreatifitas dan partisipasi masyarakat Menyinggung pameran tersebut, Kepala Negara mengharapkan itu dapat memperluas pemasaran dan memperbesar investasi. Dengan meningkatnya pemasaran, maka perdagangan dalam negeri akan berkembang, ekspor nonmigas bertambab besar dan penanaman modal juga meningkat.

 

Industri Jabar

Pada kesempatan itu pula Menperin Tunky Ariwibowo secara singkat menggambarkan perkembangan industri Jabar yang sangat impresif dalam lima tahun terakhir ini. Ekspor hasil industri Jabar tabun 1992, mencapai 5 milyar dolar AS, atau lebih dari 25 persen angka ekspor nonmigas nasional yang besamya 19 milyar dolar AS. Nilai tambah basil industri Jabar mencapai hampir Rp 5 trilyun. Ini berarti sekitar 19 persen dari nilai tambah basil industri nasional. Pendapatan domestik bruto tahun 1992, tercatat sekitar Rp 20 trilyun atau sekitar 15 persen dari pendapatan domestik bruto nasional.

Ekspor basil industri Jabar didominasi oleh tekstil dan produk tekstil, dengan jumlah pendapatan sekitar 3,6 milyar dollar AS. Ini berarti sekitar 60 persen dari ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia berasal dari Jabar.

Sedang Gubernur Jabar R Nuriana melaporkan, laju pertumbuhan industri di Jabar saat ini mencapai 13,31 persen. Sementara kontribusinya terhadap laju pertumbuban ekonomi Jabar mencapai 23,65 persen. Menyinggung kendala pengembangan industri di Jabar, Nuriana mengikui terutama terletak pada kurangnya sarana dan prasarana. Sehingga target 212.804 unit usaha industri berdiri sampai tahun 1991, baru tercapai 188.998 unit. (hers/gus/vik)

Sumber: KOMPAS (03/08/1993)

____________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 520-521.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.