BANGSA INDONESIA SANGAT PEKA TERHADAP HAK ASASI[1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengatakan bahwa bangsa Indonesia sangat peka terhadap masalah hak asasi manusia karena bangsa Indonesia pemah mengalami penindasan dan penjajahan selama 350 tahun.
Presiden dalam pesawat dari Tokyo ke Jakarta , Rabu kepada wartawan mengatakan bahwa dalam pertemuan dengan Presiden AS di kediaman resmi Dubes AS di Jepang, Clinton mempertanyakan masalah hak asasi itu.
“Saya terpaksa menjawab dan mengatakan bahwa justru karena kita pemah ditindas itu kita tidak akan melanggar hak asasi,” katanya. Bahkan pembukaan UUD 1945, hak asasi manusia juga jelas dijamin. Selain itu, Pancasila memberikan jaminan tegas mengenai hak asasi itu.
“Bagi Indonesia,” kata Soeharto menjawab pertanyaan Bill Clinton itu,” hak asasi bukan merupakan hal yang baru.” Namun, di sini pelaksanaannya yang berbeda. Itulah letak persoalannya, tegas Kepala Negara.
Hak asasi manusia Indonesia ditafsirkan sesuai dengan sejarah bangsa Indonesia yang pernah dijajah, katanya. Menurut Kepala Negara, integrasi Timor Timur juga dilakukan berdasarkan hak asasi manusia itu. Mayoritas Timtim menginginkan bergabung dengan Indonesia, kata Soeharto.
“Indonesia wilayahnya sudah luas dan mengalami juga masalah ekonominya sendiri yang berat. Terus kita dihadapi lagi dengan beban Timtim,” katanya.
Bagi Indonesia, integrasi Tnntim itu didasarkan semata atas kepentingan hak asasi manusia dan masyarakat Timtim yang ingin bergabung dengan Indonesia, tegas Presiden Soeharto.
November
Mengenai kasus 12 November di Dili, Kepala Negara menjelaskan bahwa mereka melanggar hukum dan tentu saja mereka juga hams mempertanggungjawabkannya.
Indonesia memberikan kebebasan namun tetap dalam kerangka yang bertanggungjawab dan semua itu diatur oleh UU yang dibuat para wakil rakyat bersama dengan pemerintah, kata Soeharto menegaskan. Presiden dalam pertemuan di kediaman resmi Dubes AS untuk Tokyo Michael Aenacost itu didampingi antara lain Menlu Ali Alatas dan Mensesneg Moerdiono. Sedangkan Clinton antara lain didampingi Menlu Warren Christopher.
Kepala Negara juga menyatakan bahwa dalam pertemuan itu, Clinton mendukung GNB dan langkah yang ditempuh Ketua GNB bertemu dengan Ketua G7.
Clinton menjelaskan dalam pertemuan itu bahwa formula pertemuan lengkap semua pemimpin G7 dengan Ketua GNB merupakan hasil konsensus pimpinan G7, kata Kepala Negara.
Clinton juga menyinggung pentingnya peran APEC (Keijasama Ekonomi Asia Pasifik), suatu forum tidak mengikat yang akan mengadakan pertemuan di AS beberapa waktu mendatang. Presiden Soeharto mengatakan, APEC itu harus dikembangkan mengingat kawasan Asia-Pasifik merupakan kawasan pusat ekonomi dunia saat ini.
(FAC-T.EU03/SU05/11:20AM!DN06/7/07/9317:12)
Sumber:ANTARA (07/07/1993)
___________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 665-666.