TAHUN BARU 1414 H DAN PENGHARGAAN UNESCO[1]
Jakarta , Suara Karya
SENIN kemarin, 1 Muharram 1414 Hijriah- bertepatan dengan 21 Juni 1993 kita memasuki Tahun Baru 1414 Hijriah. Tahun Hijriah ditetapkan dengan mengambil hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Mekkah ke Madinah 1414 tahun lalu sebagai patokan. Dan, dari Madinah Nabi menyusun strategi baru untuk mengembangkan ajaran Islam. Menyimak perkembangan di Mekkah menjelang hijrahnya Nabi ke Madinah, dari peristiwa itu macam-macam kearifan dapat dipetik. Tapi, jika peringatan Tahun Baru 1414 Hijrah kita proyeksikan ke dalam perkembangan bangsa Indonesia yang pada tahun terakhir Pelita V ini menyiapkan diri memasuki pembangunan jangka panjang kedua (PJPII) – agaknya kearifan yang dapat dipetik dari peringatan itu antara lain, perlunya strategi baru, atau penyempumaan strategi, dalam melanjutkan pembangunan nasional. Karena untuk menghadapi tantangan-tantangan pembangunan selanjutnya, internal dan ekstemal, diperlukan peningkatan kualitas manusia.
Kalau kita kaji lebih teliti, penyempumaan strategi itulah yang kita sepakati dan dituangkan dalam GBHN 1993 yang berintisarikan peningkatan kualitas manusia Indonesia.
BERBICARA mengenai peningkatan kualitas manusia, bagi bangsa Indonesia, salah satu aspeknya yang terpenting adalah pendidikan. Dalam konteks itu penghargaan UNESCO kepada Presiden Soeharto benar-benar membanggakan kita. Mungkin pemberian penghargaan UNESCO dalam bentuk medali “Avicenna” atas jasa Presiden mengembangkan pendidikan formal dan nonformal di Indonesia yang diserahkan oleh Dirjen UNESCO Federico Mayor, Sabtu pekan lalu, suatu kebetulan menjelang masuk Tahun Baru 1414 Hijriah.
Namun, menurut Federico Mayor, UNESCO telah bertahun-tahun mengamati pelaksanaan komitmen Presiden Soeharto terhadap pendidikan, terutama pendidikan dasar dan nonformal. Menurut Dirjen UNESCO, “Presiden Soeharto berhasil memeratakan pendidikan di seluruh Indonesia termasuk didaerah terpencil. Bahkan, Indonesia dapat dijadikan model karena telah mengembangkan berbagai kebijakan pendidikan yang tepat untuk negara berkembang denganjumlah penduduk yang besar”.
BAGI bangsa Indonesia, pemberian penghargaan “Avicenna” diambil dari nama lbnu Sina, seorang ilmuwan Islam- oleh UNESCO, dua hari menjelang Tahun Baru 1414 Hijriah kepada Presiden, mestinya makin memperkokoh komitmen kita untuk meningkatkan kualitas manusia sesuai dengan amanat GBHN 1993. Maka dalam kaitan itu, bersamaan dengan upaya untuk terns memacu pembangunan bidang pendidikan, khusus bagi penduduk yang masih di bawah garis kemiskinan seyogianya dikembangkan suatu strategi pengentasan yang tidak hanya sekedar memberi bantuan. Tapi, lebih-lebih lagi strategi yang secara substantif bertujuan mendidik dan mengembangkan daya mampu serta kreativitas saudara-saudara kita yang masih di bawah garis kemiskinan untuk mengentaskan diri. Apa dan bagaimana strategi yang tepat dan efektif untuk itu, tentu para ahli yang lebih tabu.
NAMUN, dengan mengambil hikmah peringatan Tahun Baru 1414 Hijriah, maka dalam konteks penyempumaan strategi peningkatan kualitas manusia Indonesia, penghargaan UNESCO kepada Presiden Soeharto seyogianya menjadi dorongan terntama bagi umat Islam Indonesia, untuk memberikan perhatian yang makin besar terhadap pembangunan bidang pendidikan.
Khusus dalam konteks pengentasan kemiskinan yang seyogianya juga menggunakan pendekatan pendidikan bersamaan dengan pemberian bantuan ,Tahun Baru 1414 Hijriah patut dijadikan momentum terntama oleh umat Islam Indonesia untuk menyusun program-program yang secara operasional benar-benar dapat memecahkan akar masalah. Jadi tidak hanya kulitnya.
Sumber :SUARAKARYA(22 /06/1993)
______________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 705-706.