TUNISIA INGIN TINGKATKAN HUBUNGAN DAGANG DENGAN RI[1]
Jakarta, Antara
Tunisia ingin meningkatkan kerjasama terutama di bidang ekonomi dan perdagangan dengan Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara lainnya, demikian siaran pers Kedutaan Tunisia di Jakarta yang diterima ANTARA, Kamis.
“Tunisia sedang mengerahkan upaya untuk memperkokoh kehadirannya di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia,” kata siaran pers yang dikeluarkan dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan Tunisia ke-38 tanggal 20 Maret 1994.
Nilai ekspor antara kedua negara mencapai 30 juta dolar AS dengan surplus bagi Tunisia. Indonesia banyak membeli fosfat dari Tunisia, sementara expornya antara lain tembakau, bahan tekstil, hasil kayu dan kopi. Tunisia, yang mempunyai akses pasar cukup besar ke negara-negara Eropa dan belum memanfaatkan quota tekstilnya secara maksimum ke beberapa negara Eropa,
menawarkan jasanya untuk mengekspor kembali tekstil lndonesia ke pasar Eropa. Kunjungan Presiden Soeharto ke Tunisia bulan November 1993 memberikan dorongan baru bagi peningkatan hubungan kerjasama kedua negara, tambahnya. Lawatan tersebut juga merupakan contoh nyata kerjasama Selatan-Selatan di bidang politik dan ekonomi. Presiden Soeharto, yang juga ketua Gerakan Non-Blok (GNB), dan Presiden Zine al-Abidine bin Ali, Ketua Persatuan Negara-Negara Arab Magribi (UMA), dalam pertemuannya di Tunis menekankan perlunya memperat kerjasama antar kelompok regional di masa mendatang, khususnya antara ASEAN dan UMA. Pendapatan per kapita negara berpenduduk sekitar 8,5 juta ini sebesar 1.700 dolar AS dan dalam dua tahun terakhir mencatat pertumbuhan ekonomi delapan persen. (Tx-Rl4/EU04/18/03/9415:59/SR1
Sumber:ANTARA (18/03/1994)
_____________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 227-227.