MAR’IE: PEMERINTAH TAK AKAN TEMPUH KEBIJAKSANAAN MENDADAK

MAR’IE: PEMERINTAH TAK AKAN TEMPUH KEBIJAKSANAAN MENDADAK [1]

 

Jakarta, Antara

Menkeu Mar’ie Muhammad memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa pemerintah akan menghindari kebijaksanaan mendadak di bidang fiskal dan moneter akibat terus anjlognya harga minyak mentah.

“Pemerintah akan menghindari kebijaksanaan mendadak misalnya menurunkan nilai rupiah secara drastis,” kata Mar’ie kepada kepada pers setelah menemui Presiden Soeharto di Bina Graha, Senin.

Ia mengatakan, pemerintah telah menyiapkan berbagai kemungkinan/skenario bagi pelaksanaan APBN di masa-masa mendatang bila harga minyak masih tetap rendah.

“Pemerintah akan melakukan sikap moderat,” tegas Mar’ie. Ia menyebutkan langkah yang harus ditempuh pemerintah antara lain mempertajam prioritas pembangunan dan melanjutkan penghematan.

Sekalipun penghematan pengeluaran dan penajaman prioritas akan diteruskan, Mar’ie memberikan jaminan bahwa momentum pembangunan akan terus dipertahankan.

CAP Terpaksa Digunakan

Ketika menjelaskan laporannya kepada Kepala Negara, ia menyebutkan, pada tahun anggaran 1993/94, terdapat defisit Rp1,8 triliun akibat menurunnya harga minyak. Akibat lebih besarnya pengeluaran dibanding penerimaan itu, maka pemerintah terpaksa menggunakan sebagian dari Cadangan Anggaran Pembangunan (CAP) yang jumlahnya mencapai Rp3,5 triliun.

Sisa CAP pemerintah yang ada pada Bank Indonesia sekarang tinggal Rp1,7 triliun. CAP Rp3,5 triliun ini merupakan tabungan pemerintah yang didapat pada saat harga minyak membaik selama beberapa tahun terakhir ini.

Mar’ie menyebutkan, target penerimaan migas pada tahun anggaran 1993/94 adalah Rp15,1 triliun. Namun akibat rendahnya harga minyak maka realisasinya hanya Rp12,5 triliun. Di lain pihak, realisasi penerimaan nonmigas Rp39,5 triliun bisa lebih besar dari pada target Rp37,6 triliun. Menkeu menjelaskan pula, penerimaan pajak yang semula ditargetkan Rp28,2 triliun realisasinya mencapai Rp28,8 triliun. Sementara itu, penerimaan dari bea cukai tidak tercapai terutama akibat penurunan bea masuk berbagai komoditi. Penerimaan sektor ini Rp5 triliun .(T.EU02/EU06/ 4/04/9413:01/RE3)

Sumber:ANTARA (04/04/1994)

______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 240-241.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.