PRESIDEN: PINJAMAN CGI BUKAN BIAYAI KEGIATAN KONSUMTIF[1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto menegaskan, pemerintah sama sekali tidak akan menggunakan pinjaman CGI untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang konsumtif karena dana itu hanya akan dipakai untuk membiayai proyek-proyek yang produktif guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.
“Semua dana pinjaman tidak akan dipakai untuk kegiatan konsumtif tapi untuk kegiatan produktif,” katan Menteri Keuangan Mar’ie Muhammad kepada pers setelah melapor kepada Kepala Negara di Istana Merdeka, Sabtu, tentang hasil sidang CGI di Paris 7-8 Juli.
Mar’ie yang didampingi Wakil Ketua Bappenas Rahardi Ramelan mengatakan, beberapa badan multilatera l memang mengurangi pinjaman mereka antara lain Bank Dunia dan ADB. Pinjaman CGI tahun 1994 adalah 5,202 miliar dolar AS dibanding 5,11 miliar dolar AS tahun 1993.
“Penurunan pinjaman ADB dan Bank Dunia sama sekali bukan mencerminkan ketidakpercayaan mereka terhadap kebijaksanaan Pemerintah Indonesia,” kata Mar ‘ie.
Pinjaman dari Bank Dunia 1994 sebesar 1,5 miliar dolar AS diban ding 1,6 miliar dolar AS pada 1993. Sementara itu pinjaman ADB juga turun menjadi 1,1 miliar dolar AS dibanding 1,2 miliar dolar AS pada 1993.
Para peserta sidang CGI menghargai berbagai langkah Pemerintah Indon esia yang konsisten misalnya dilanjutkannya kebijaksanaan deregulasi, pelaksanaan disiplin anggaran serta penanganan kredit macet.
“Mereka mengakui Indonesia yang memang memerlukan waktu untuk menyelesaikan berbagai masalahnya termasuk kredit macet seperti yang terjadi di negara-negara lain,” kata Mar’ie.
Ketika menjelaskan pinjaman Jepang yang naik dari 1,44 miliar dolar AS menjadi 1,67 miliar dolar AS, Mar’ie mengemukakan, kenaikan bantuan itu diberikan karena meningkatnya nilai tukar Yen terhadap dolar AS.
Jepang Terbesar
Hasil CGI juga memperlihatkan bahwa Jepang masih tercatat sebagai pemberi pinjaman serta hibah yang terbesar kepada Indonesia. Bantuan Jepang itu terdiri atas 170 juta dolar dalam bentuk hibah, 200 juta dolar AS untuk pinjaman yang segera dapat dicairkan dan sisanya 1,3 miliar dolar AS untuk bantuan proyek.
Darijumlah bantuan proyek Jepang yang 1,3 miliar dolar AS itu, termasuk di dalamnya bantuan sebesar 200 juta dolar AS untuk proyek Inpres Desa Tertingggal (IDT) yang dilaksankan pemerintah mulai tahun 1994/95 dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Jumlah bantuan bilateral yang diterima Indonesia dari CGI 1994/95 dari Australia 47,66 juta dolar AS, Belgia 14,66 juta dolar AS, Kanada 25,33 juta dolar AS, Finlandia 0,99 juta dolar AS, Perancis 140,57 juta dolar AS.
Kemudian Jerman 157,41 juta dolar AS, Jepang 1670,00 juta dolar AS,Korea 9,56 juta dolar AS, Selandia Baru 3,03 juta dolar AS, Spanyol 24,51 juta dolar AS, Swiss 23,41 juta dolar AS, Inggris 150,49 juta dolar dan Amerika Serikat 89,60 juta dolar AS.
Sedangkan bantuan multilateral ,ADB 1100,00 juta dolarAS, EIB 54,89 juta dolar AS, IBRD 1500,00juta dolar AS, IDB 65,00 juta dolar AS, IFAD 26,07 juta dolar AS, NIB 35,00 juta dolar AS, UN (di luar Unicef) 50,50juta dolar dan Unicef 14,00 juta dolar AS.
Semetara itu Wakil Ketua Bappenas Rahardi Ramelan menjelaskan bantuan CGI akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan sumberdaya manusia, pembangunan berbagai prasarana fisik serta upaya mengentaskan kemiskinan. Proyek SDM itu antara lain pengembangan berbagai fasilitas perguruan tinggi negeri, rehabilitasi gedung sekolah dan peningkatan kemampuan aparatur negara. Dana itu juga akan dimanfaatkan untuk membangunn berbagai PLTA dan PLTU, berbagai kanal dan perbaikan waduk, peningkatan sektor pertanian serta lingkungan hidup. (T.EU02/EU08/ 9/07/94 12:44/ru2
Sumber:ANTARA(09/07/1994)
______________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 308-308.