UTANG 60 NEGARA TERMISKIN 248 MILlAR DOLAR AS

UTANG 60 NEGARA TERMISKIN 248 MILlAR DOLAR AS [1]

 

Jakarta, Antara

Gerakan Non Blok mengharapkan negara maju dan lembaga keuangan internasional memberikan bantuan kongkret kepada negara-negara termiskin di dunia, sebab utang 55-60 negara termiskin itu sudah mencapai 248 miliar dolar AS. Seusai menemui Presiden Soeharto selaku Ketua GNB di Jalan Cendana, Jumat, Ketua Tim Ahli Utang Luar Negeri GNB, Gamani Corea, mengatakan kepada pers, GNB mengharapkan 70 persen utang setiap negara termiskin itu bisa dihapuskan.

Corea menemui ketua GNB untuk menyerahkan laporan hasil studi kelompok ini tentang upaya memecahkan utang luar negeri negara-negara termiskin itu, dan masalah ini akan dibahas dalam sebuah pertemuan di Jakarta, 13- 15 Agustus.

Ia mengatakan, hasil penelitian masalah utang luar negeri ini menunjukkan, sampai sekarang hal tersebut belum juga dapat diselesaikan secara tuntas. Pinjaman tersebut berasal dari negara maju, lembaga-lembaga keuangan internasional dan dari negara berkembang sendiri. Pertemuan di Jakarta yang akan dibuka Presiden Soeharto di Istana Negara, Sabtu, akan diikuti 29 negara peserta, dua negara peninjau, utusan Sekjen PBB, Bank Dunia serta IMF.

Negara peserta itu antara lain Benin, Bhutan , Chad, Lesotho, Niger, Sao Tome & Principe, Uganda serta Kamboja. Negara peninjau yang sudah pasti datang adalah Nikaragua, sedangkan Angola belum bisa memastikan kehadirannya. Sementara itu, Menko Ekku Wasbang Saleh Afif mengatakan, upaya Indonesia untuk membantu memecahkan masalah utang luar negri ini dilakukan karena Presiden Soeharto selaku Ketua GNB diminta untuk melakukan hal itu,berdasarkan KIT GNB di Jakarta 1992. Selain itu, Indonesia juga memiliki pengalaman yang hampir sama dengan negara­ negara termiskin itu. Saleh Afif mengemukakan, Presiden Soeharto sendiri telah membentuk sebuah tim terdiri atas para ekonom terkemuka untuk member ikan masukan tentang masalah ini.

Tim ini, yang diketuai Widjojo Nitisastro juga mencakup Emil Salim,M. Sadli, Ali Wardhana, Radius Prawiro, Rachmat Saleh serta Suhadi Mangkusuwondo. Sementara itu, Kepala Badan Pelaksana GNB, Nana Sutresna yang juga menemui Kepala Negara, mengulangi kembali sikap Indonesia yang tidak ingin mengambil alih tanggungjawab pengembalian utang luar negri negara-negara termiskin itu. Nana menjelaskan, para peserta pertemuan tiga hari ini adalah negara-negara yang paling miskin serta negara yang tunggakan utangnya lebih dari 20 persen. Pada hari Sabtu pagi, setelah pertemuan ini dibuka Kepala Negara, para peserta akan mendengarkan penjelasan Saleh Afif dan Gamani Corea mengenai langkah­ langkah kongkret yang diharapkan GNB dari negara maju serta lembaga-lembaga keuangan internasioal.  (TL.EU02/EU06/12/08/9411:25/RU1/12:35).

Sumber: ANTARA(l2/08/1994)

_______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 332-333.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.