PERANAN PERIKANAN BAGI PEMBANGUNAN PENTING[1]
Jakarta, Suara Pembaharuan
Presiden Soeharto mengatakan, lautan kita yang luas merupakan salah satu wilayah di dunia yang kekayaan ikannya sangat besar. Daratan kita pun kaya dengan sungai, danau dan rawa yang merupakan tempat yang baik bagi budidaya ikan. Semuanya itu menunjukkan betapa penting peranan perikanan bagi pembangunan bangsa kita.
Kepala Negara mengemukakan itu dalam sambutannya ketika membuka Musyawarah Nasional III Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) di Istana Negara Rabu pagi.
“Negara kita adalah negara kepulauan. Wilayah negara kita terdiri atas belasan ribu pulau. Kita memiliki banyak sekali selat. Luas lautan kita lebih dari 2/3wilayah tanah air,” kata Kepala Negara.
Kita menyadari pentingnya perikanan bagi pembangunan bangsa. “Itulah sebabnya, maka sejak memulai melaksanakan pembangunan lebih dari dua puluh lima tahun lalu pemerintah mengadakan berbagai program memajukan perikanan. Namun kita juga menyadari bahwa peningkatan usaha di bidang perikanan pada dasarnya sangat tergantug pada para nelayan yang menjadi motor utama penggerak kegiatan di bidang ini”.
Karena itu pula Presiden Soeharto menyatakan harapannya agar HNSI dapat terus menata diri agar benar-benar menjadi wadah gerakan pembangunan meningkatkan kualitas nelayan dan memajukan masyarakat melalui peningkatan kegiatan perikanan. Namun, Kepala Negara juga mengingatkan, salah satu masalah yang kita hadapi adalah merosotnya kualitas sumber daya perikanan dan perairan serta lingkungan hidup. Hal ini tetjadi bukan saja karena pencemaran perairan serta pendangkalan laut di pantai pantai kita, tetapi juga karena cara-cara yang salah dalam menangkap ikan, misalnya, dengan menggunakan bahan peledak dan bahan racun.
Selain itu, kita juga menghadapi tidak meratanya pemanfaatan sumber daya perikanan, karena sebagian besar kegiatan penangkapan ikan di laut masih berlangsung di daerah perairan pantai dan terpusat di daerah-daerah perairan pantai yang penduduknya padat seperti pantai utara Jawa, Selat Bali dan pantai Selat Malaka. Akibat kegiatan penangkapan ikan yang tinggi, maka mutu lingkungan perairannya juga terus menurun akibat pencemaran.
Kayalkan
Pada saat yang bersamaan, kata Kepala Negara. belum banyak kita manfaatkan sumber daya perikanan di perairan wilayah Indonesia sebelah timur, perairan lepas pantai dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif lndonesia. Padahal daerah ini merupakan wilayah yang kaya ikan. Hal itu terjadi, katanya, antara lain karena kurangnya modal, lambatnya pengembangan dan penerapan teknologi, kurangnya rangsangan ekonomi serta terbatasnya sumber daya manusia yang ahli dan terampil. Di samping itu, masalah ketepatan informasi dan data potensi sumber daya perikanan yang rinci juga masih sangat terbatas.
Kepala Negara mengakui, armada perikanan yang kita miliki “memang belum memadai, meskipun motorisasi dan modernisasi perahu penangkap ikan dalam PJP I berkembang dengan pesat. Saat ini, tambahnya, 6 dari 10 perahu nelayan kita adalah perahu tanpa motor. Setengah dari jumlah itu masih berupa perahu jukung yang hanya mampu berlayar di daerah perairan pantai. Dalam kerangka pencapaian sasaran pembangunan perikanan itu, strategi dasar pembangunan perikanan kita arahkan untuk mengembangkan usaha perikanan rakyat serta pengembangan agri bisnis terpadu dan berkelanjutan.
Karena itu pula, Presiden Soeharto berkata: “Saya berharap agar HNSI sebagai wadah organisasi para nelayan di Indonesia lebih aktif dan tanggap dalam membina para angggotanya, agar dapat memanfaaatkan peluang penting yang terbuka di hadapan kita”. (B7) .
Sumber: SUARA PEMBARUAN ( 28/09/1994)
__________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 526-527.