Presiden Soeharto: JANGAN HIDUP BERLEBIHAN TANPA TENGGANG RASA[1]
Jakarta, Kompas
Presiden Soeharto mengingatkan untuk waspada terhadap tantangan dan godaan dalam diri sendiri di masa pembangunan ini, misalnya kecenderungan untuk cepat menikmati hasil, untuk hidup dengan gaya berlebihan tanpa menenggang rasa pada sebagian masyarakat di sekitarnya yang masih kekurangan dan sebagainya. Seruan itu disampaikan Presiden saat mengukuhkan anggota Dewan Paripuma Pusat Legiun Veteran Republik Indonesia (DPP LVRI) di Istana Negara, Selasa (24/ 5). Acara pengukuhan dihadiri 85 anggota DPP dan Pimpinan Pusat LVRI, seperti Kharis Suhud, Ali Said, Awaloedin Djamin dan mantan Gubernur Sulut GH Mantik. Hadir juga Wakil Presiden Try Sutrisno dan Ketua Umum PP LVRI Letjen TNI (Purn) Achmad Tahir. Ada 14 anggota DPP dan PP LVRI yang berhalangan hadir, seperti Jenderal TNI (Purn) Soernitro, Jenderal TNI (Purn) Rudini dan Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar.
Perjuangan pada masa pembangunan, kata Kepala Negara, tidak lebih ringan dibanding perjuangan masa revolusi dan perang kemerdekaan. “Bahkan, tantangan dan godaan godaannya lebih besar dan lebih beranekaragam, “ujar Presiden. Karena itu, Kepala Negara mengingatkan agar semua pihak waspada, mawas diri dan berusaha mengatasi tantangan, yang dihadapi secara lahir maupun batin. Selain itu Presiden juga mengharap agar para Veteran tetap menjaga Semangat 45 dan memberi sumbangan untuk membangkitkan semangat rakyat untuk membangun bersama. “Kita semua harus sadar,disamping merniliki hak-hak, kitajuga memikul kewajiban sebagai warga negara. Keadilan dan kemakmuran hanya dapat terwujud dari usaha kita bersama, pemerintah dan seluruh rakyat,” tutur Presiden. Senada dengan Kepala Negara. Achrnad Tahir mengajak para pejuang revolusi dan perang kemerdekaan memberi perhatian lebih besar dalam mewariskan semangat perjuangan tanpa pamrih yang dilandasi cita-cita kerakyatan. “Semangat perjuangan membuat kita tak merasa kehilangan dalam memberikan sumbangan bagi bangsa. Sem angat perju angan itu mumi. Tidak dinodai kepentingan pribadi dan golongan,” katanya.
Bintang LVRI
Siang harinya di Hotel Indonesia , Ketua Umum LVRI Letjen TNI (Purn) Achmad Tahir menyerahkan Bintang LVRI kepada empat tokoh pejuang, yaitu mantan Kepala Staf1NIAngkatan Darat Jenderal TNI (Purn) Widodo (aim), mantan Menteri/Deputy Men teri Keamanan Nasional Letjen TNI (Purn) H Hidayat, serta dua mantan Pangdam Siliwangi Letjen TNI (Purn) Ibrahim Adji dan Kol lnf (Purn) Alex Kawilarang.
Bintang LVRI, kata Tahir, merupakan tanda kehormatan paling tinggi di LVRI, di atas Satya Lencana LVRI dan Surat Penghargaan LVRI. Bintang itu diberikan dengan pertimbangan tokoh terkait telah berjasa atau banyak memberi bantuan kepada LVRI tanpa pamrih.
Menyinggung pemberian tanda kehormatan kepada Alex Kawilarang yang dikenal salah satu tokoh pemberontak PRRI, Tahir mengatakan, Kawilarang menerimanya atas nama perorangan. “Ia kami kenai sebagai salah seorang tokoh pejuang yang berhasil menghindari pertumpahan darah di masa itu,” ujarnya. Diakuinya, Kawilarang ketika masa pemberontakan berada dalam kelompok pemberontak. “Tapi saat itu hatinh. tetap pada kita. Ia berupaya menghalangi pertumpahan darah, sehingga tidak terjadi pertempuran langsung dengan pasukan kita. lni jasa dia,”katanya. Ketika ditanya apa mungkin Ali Sadikin dan HR Dharsono menerima penghargaan serupa. Tahir menjawab , “ltu bisa saja. Kalau ada yang mengusulkan, tentu akan dipertirnbangkan”. (vik/fan/osd)
Sumber: KOMPAS ( 21/05/1994)
______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 530-531.