PAK HARTO MALAM INI BERANGKAT[1]
Jakarta, Republika
Presiden dan Ibu Tien Soeharto malam ini bertolak dari Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta untuk lawatan keluar negeri selama sepekan. Selain menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan Sosial (KTI PS) di Kopenhagen, Denmark, dan Kroasia, Presiden berkunjung ke Sarajevo, ibukota Bosnia Herzegovina.
Pesawat Garuda DC-10 akan tinggallandas dari Jakarta sekitar pukul 22:00 WIB, untuk penerbangan ke Kopenhagen sampai Zagreb Kroasia. Namun, khusus penerbangan dari Zagreb ke Sarajevo, 13 Maret nanti, rombongan Presiden akan menggunakan pesawat khusus milik PBB. Dengan begitu, tak semua anggota rombongan dapat ikut serta ke negara yang koyak dilanda perang etnis tersebut. Diperkirakan, Presiden hanya akan disertai sekitar 20-an anggota rombongan, termasuk di dalamnya lima orang wartawan. Sejumlah wartawan lainnya terpaksa menunggu di Zagreb. Penerbangan dari Zagreb ke Sarajevo ditempuh dalam waktu sekitar 90 menit. Presiden tak akan bennalam di kota yang dihantui dengan penembakan gelap itu. Ia akan langsung terbang ke Zagreb untuk menginap di sana sebelum esoknya kembali ke tanah air. Direncanakan, ia berada di Sarajevo hanya empat jam saja, melakukan pembicaraan dengan Presiden Bosnia Alija Izetbegovic. Kendati beberapa jam saja di Bosnia, seperti diharapkan Mensesneg Moerdiono, pertemuan dapat menghasilkan hal-hal bermanfaat bagi kedua negara. Sejumlah doa dan harapan turut mengiringi keberangkatan Presiden dan rombongan. Para ulama dan tokoh masyarakat kemarin mendoakan Kepala Negara bisa selamat hingga kembali ke tanah air. Mereka juga berharap kunjungan ke Bosnia dapat membuahkan hasil penyelesaian krisis di Bosnia. Menurut H. Aisyah Aminy SH, Ketua Komisi I DPR, kunjungan Presiden Soeharto ke Sarajevo patut dihargai. Dengan kunjungan ini, Presiden dapat menyaksikan dari dekat dan mendengar langsung krisis Bosnia, untuk kemudian diupayakan penyelesaiannya.
“Mungkin ada langkah-langkah baru yang dapat diselesaikan. Perdamaian di sana nyatanya angin-anginan. Mudah-mudahan kunjungan Presiden Soeharto bisa menemukan solusi baru untuk perdamaian di Bosnia, “ujar Aisyah, anggota Fraksi Persatuan Pembangunan.
Terlebih lagi, menurut Aisyah Aminy, Presiden berkunjung ke Sarajevo dalam kapasitasnya sebagai Ketua Gerakan Non Blok (GNB). Kepala Negara disebutnya memikul beban moral bahwa krisis di Bosnia patut mendapat perhatian ketua GNB. Apalagi Yugoslavia termasuk salah satu negara pemrakarsa GNB. Pendapat senada dikemukakan Drs. Abu Hasan Sazili M., wakil ketua Komisi I dari FKP. “Kunjungan itu mengandung makna solidaritas Indonesia dan GNB pada umumnya,” ujarnya. Ia berharap kunjungan ini dapat mendorong diadakannya perundingan secara menyeluruh tentang krisis Bosnia.
“Kita selalu memberikan dorongan kepada pemerintah baik moral maupun bantuan-bantuan kemanusiaan bagi masyarakat Bosnia. Indonesia mendukung perundingan secara damai pihak-pihak yang bertikai, “kata Abu Hasan.
Wakil Koordinator ICMI Sumut, Pro£ Dr.H. Abdullah Syah, MA., mengatakan di Medan, Selasa, kunjungan tersebut “bermakna tinggi dan mendalam” bagi peningkatan kerjasama Selatan-Selatan. Kunjungan ini juga akan meningkatkan hubungan baik Indonesia dengan kedua negara bekas anggota Federasi Yugoslavia, Bosnia-Herzegovina dan Kroasia.
“Diharapkan pula, dengan kunjungan Presiden Soeharto itu, semangat GNB kembali mewarnai wilayah Semenanjung Balkan dengan kehidupan yang penuh cinta damai di tengah perubahan kepemimpinan menjadi beberapa negara yang merdeka dan berdaulat,”katanya.
Abdullah Syah selanjutnya menilai, kunjungan Presiden secara khusus akan memberi semangat hidup kepada Muslim Bosnia yang sedang berjuang mempertahankan identitas negara dan kemuslimannya dari kebiadaban agresor Serbia Bosnia. Kunjungan Presiden di awal bulan Syawal itu diharapkan pula menjadi “setawar dan sedingin” bagi upaya penyelesaian secara menyeluruh dan adil permusuhan di sana. “Perdamaian kembali tercipta di tengah pluralitas etnis dan agama,” harapnya.
Sumber: REPUBLIKA (08/03/1995)
_______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 63-66.