INDONESIA MEMPUNYAI MEKANISME PERGANTIAN KEPEMIMPINAN NASIONAL[1]
Kopenhagen, Suara Pembaruan
Presiden Soeharto mengatakan, Indonesia sebetulnya mempunyai mekanisme kepemimpinan nasional, sehingga pergantian Presiden di sistem tersebut telah melembaga karena berada di bawah naungan UUD 1945 sudah beberapa kali berlangsung proses pergantian Presiden.
“Bahwa kebetulan yang dipilih orang yang sama, itu soal lain. Akan tetapi mekanismenya sudah berjalan mantap,”kata Kepala Negara ketika menerima PM RRC Li Peng di Bella Centre, Kopenhagen, Denmark, Sabtu (1113) pukul12.35 waktu Kopenhagen atau pukul18.35 WIB.
Mensesneg Moerdiono yang menjelaskan hasil pertemuan itu mengemukakan bahwa Presiden Soeharto kembali menjelaskan mekanisme kepemimpinan nasional ini, karena adanya penjelasan PM Li Peng mengenai kesehatan pemimpin Cina Deng Xiaping. Menurut Moerdiono, Li Peng mengatakan kesehatan Deng membaik. Mengenai proses suksesi di RRC, kata PM Cina itu, sebetulnya sudah terbentuk, sehingga di waktu-waktu yang akan datang proses pergantian pimpinan itu dipercayai berjalan dengan normal. Mendengar penjelasan PM Li Peng tersebut, Presiden Soeharto memberi tanggapan bahwa kurang lebih hal yang sama juga terjadi di Indonesia.”Jadi kita sebetulnya mempunyai pula mekanisme kepemimpinan nasional, sehingga sesungguhnya pergantian Presiden di sistem kita telah melembaga, karena dibawah naungan UUD 1945 sudah beberapa kali berlangsung proses pergantian presiden tersebut, bahwa kebetulan yang dipilih orang yang sama itu soal lain, akan tetapi mekanismenya sudah berjalan mantap,”jelasnya.
Sengketa Spratly
Selain membicarakan kesehatan pemimpin Cina, Presiden Soeharto dan PM Li Peng juga menyinggung masalah sengketa Pulau Spratly yang akhir-akhir ini mendapat perhatian luas. Mengenai penyelesaian kepulauan Spratly, menurut Moerdiono, kedua pemimpin sepakat bahwa cara-cara perundingan secara damailah yang dianggap cara yang terbaik untuk menyelesaikan kepulauan yang disengketakan itu. Pertemuan Presiden Soeharto dengan PM Cina merupakan pertemuan dua pemimpin yang saling mengenal dari dekat dan sudah cukup lama.Kedua belah pihak menyatakan rasa puas atas hubungan selama ini dan percaya bahwa di waktu yang akan datang hubungan tersebut dapat lebih ditingkatkan lagi. Tamu Presiden Soeharto lainnya yaitu Presiden Kolombia, Ernesto Samper Pizano, yang menurut rencana pada bulan Oktober 1995 akan menjadi Ketua GNB menggantikan Presiden Soeharto. Menurut Moerdiono ,dalam pertemuan itu Presiden Pizano memberikanjaminan bahwa negaranya akan melanjutkan azas serta arab baru GNB yang digariskan Indonesia sejak menjadi Ketua GNB dalam KTT di Jakarta tahun 1992.
“Presiden Soeharto menjanjikan sepenuhnya bantuan kepada Kolombia baik mengenai substansi maupun penyelenggaraan,” kata Moerdiono.
Presiden Soeharto juga menerima kunjungan kehonnatan PresidenAzerbeijan, Heydar Alirza Ogly Aliyev, yang menyampaikan mengenai sengketa wilayahnya dengan tetangga Annenia. Sengketa tersebut bersumber kepada pendudukan Annenia terhadap lebih kurang 20 persen dari wilayah Azerbaijan. Saat ini di Azerbaijan ada 1 juta pengungsi dari wilayah yang diduduki Annenia tersebut, yang menimbulkan masalah mengingat penduduk negeri itu sendiri hanya 7 juta.
“Presiden Azerbaijan minta dukungan Presiden Soeharto atas perjuangan negaranya untuk memperoleh kembali wilayahnya ,”kata Moerdiono.
Dengan Presiden Madagaskar,Francique, disinggung masalah spesiflk karena kedua negara menghasilkan sejumlah komoditi yang bisa sating bersaing di pasar internasional, yaitu cengkeh dan vanila. Presiden Soeharto setuju usul Presiden Madagaskar agar kedua belah pihak mengadakan tukar pikiran dan menyepakati langkah-langkah bersama, agar kedua produk tersebut tidak terjerumus ke dalam persaingan internasional di antara kedua negara. Dengan Presiden Sudan, Omar Hasan Achmed disepakati perlu kerjasama yang dapat dilakukan apabila kedua belah pihak memahami potensi masing-masing. Dari Sudan, Indonesia banyak membeli kapas dan kulit sedangkan dari Indonesia dikenal pupuk, mesin mesin kecil, peralatan dan sebagainya. Presiden Sudan juga mengundang modal Indonesia untuk ditanamkan di Sudan pada komoditi yang diperlukan di Indonesia, seperti kapas.
Ke Zagreb
Presiden dan ibu Tien Soeharto beserta rombongan, Minggu (12/3) meninggalkan Kopenhagen dan melanjutkan kunjungan ke Zagreb, Kroasia, untuk melakukan kunjungan resmi hingga tanggal 14 Maret 1995. Pesawat DC-10 Garuda Indonesia yang membawa rombongan Kepala Negara dari Kopenhagen tinggallandas pukull 0.00 waktu setempat atau pukul 16.00 WIB. Direncanakan tibadi Zagreb pukul 11.50 waktu setempat atau pukul 17 .50 WIB, setelah mengudara selarna 1 jam dan 50 menit. Minggu malam, Presiden dan Ibu Soeharto akan dijamu dengan santap malam oleh PM dan Ny. Nikica Valentie di Istana Dverce. Dalam acara jamuan rnakan malam tersebut tidak ada pidato dan juga tidak diperdengarkan lagu kebangsaan kedua negara. Pembicaraan empat mata antara Presiden Soeharto dengan Presiden Kroasia, Doktor Franjo Tudjman akan berlangsung hari Senin (13/3) di Istana Presiden Kroasia. Pembicaraan dijadwalkan berlangsung rnulai pukul 09.00 waktu setempat (pukul 15.00 WIB) dan berlangsung sekitar satu setengah jam. Namun, sebelum pembicaraan akan dilangsungkan upacara penyambutan Presidert Soeharto dengan upacara resmi kemiliteran dan diperdengarkan lagu kebangsaan kedua negara. Direncanakan, sesuai pembicaraan dengan Presiden Kroasia, Presiden Soeharto akan mengadakan kunjungan ke Sarajevo, Bosnia-Herzegovina. Presiden dan rombongan terbatas menuju Sarajevo dengan menggunakan pesawat PBB. Di Sarajevo, Presiden Soeharto akan disambut Presiden Bosnia-Herzegovina, Doktor Alija Izet begovic dan sekaligus mengadakan pembicaraan sekaligus santap siang bersama. Selama kunjungan ke Sarajevo tersebut Presiden Soeharto akan menggunakan mobil Land Rover anti peluru, demi pengamanan, mobil tersebut akan dikawal oleh kendaraan lapis baja di sisi kanan dan kirinya. Direncanakan dalam kunjungan yang hanya sekitar tiga jam itu Presiden Soeharto juga akan melakukan peninjauan keliling kota Sarajevo.(AI-S)
Sumber: SUARA PEMBARUAN (12/03/ 1995)
_____________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 94-96.