PEMBANGUNAN HARUS UNTUNGKAN SEMUA PIHAK SORE INI PRESIDEN MENUJU SARAJEVO[1]
Zagreb, Media Indonesia
Presiden Soeharto kemarin sore tiba di Zagreb, Kroasia setelah menempuh penerbangan satu setengah jam dari Copenhagen, Denmark. Sore ini Kepala Negara dijadwalkan melanjutkan petjalanan ke Sarajevo, Ibukota Bosnia Herzegovina. Kepala Negara dan rombongan tiba di Ibukota Zagreb pukul 11.50 waktu setempat (18.00WIB) untuk memulai kujungan resmi selama dua hari. Di bawah tangga pesawat Garuda DC 10 ikut menyambut Presiden dan Ibu Tien Soeharto adalah Perdana Menteri Kroasia dan Nyonya Nikica Valentic. Setelah menerima karangan bunga dari bocah Kroasia. Kepala Negara memeriksa barisan kehormatan atau dalam bahasa setempat disebut Gonion, sementara Ibu Soeharto langsung menuju kendaraan ke Hotel Intercontinental, Zagreb. Menurut laporan Wartawan Media Retno Indarti Dharmoyo dari Zagreb tadi malam, tampak ikut menyambut di Bandara, Panglima ABRI Jenderal TNI Feisal Tanjung yang telah tiba lebih dahulu. Pagi ini usai pembicaraan empat mata dengan Presiden Kroasia Franjo Tudjman. Presiden langsung ke bandara Zagreb kemudian dengan pesawat Yak 36 milik PBB menuju Sarajevo dan bennalam lagi di Zagreb. Menurut jadwal Presiden Soeharto dan rombongan berada di Sarajevo selama empat jam.
Mengenai pengamanan Kepala Negara dan rombongan selama di Sarajevo. Pangab Jenderal Feisal Tanjung mengungkapkan semuanya telah dipersiapkan. Persiapan pengamanan itu, lanjut Pangab, dilakukan secara terkoordinasi dengan Unprofor. Angkatan bersenjata Kroasia, dan Bosnia Herzegovina.
Dubes RI untuk Hongaria dan Bosnia Herzegovina Suleman Pringgodigdo memperkirakan Presiden Soeharto dan rombongan akan menggunakan kendaraan panser dari Bandara Sarajevo menuju Istana Presiden Alija Izetbegovic. Kantor berita Reuters melaporkan Bandara Sarajevo kemarin sempat ditutup akibat insiden penembakan terhadap pesawat utusan khusus PBB Yasushi Akashi yang nyaris merengut nyawa bodiguard Akashi.
Pidato
Sementara itu menyampaikan pidatonya pada KTT Pembangunan Sosial, di Bella Centre, Copenhagen. Sabtu (11/3). Presiden Soeharto mengingatkan agar proses pembangunan harus menguntungkan semua pihak dan kebijakan pembangunan harus menempatkan manusia sebagai pusat perhatiannya. KTT Pembangunan Sosial yang berlangsung hingga Minggu (12/3/), dibuka oleh Sekjen PBB Boutros-Boutros Ghali dan dihadiri oleh 138 kepala pemerintahan. Presiden Soeharto pada KTT Pembangunan Sosial ini mendapat kesempatan pertama untuk menyampaikan sambutannya di depan para peserta KTT. Menurut Kepala Negara, masalah kemiskinan dan meningkatnya pengangguran perlu mendapat perhatian utama karena bisa menjadi penyebab instabilitas yang akan membawa pengaruh negatif seperti longgamya ikatan-ikatan sosial serta melemahnya nilai-nilai hubungan antar manusia. Indonesia, ujar Presiden, menyadari bahwa dunia yang damai dan berkeadilan sosial masih jauh dari kenyataan. “Intoleransi antarumat beragama, konflik etnis, diskriminasi ras, dan nasionalisme sempit masih menghambat proses hubungan antarmanusia, antar bangsa, dan bahkan menjadi sebab desintegrasi negara,” ungkap Kepala Negara. Dalam kesempatan itu Kepala Negara juga menyinggung mengenai utang negara-negara berkembang yang merupakan hambatan besar bagi pembangunan sosial ekonomi. Presiden menegaskan, bahwa peringanan beban utang merupakan keharusan dan hal yang mendesak yang merupakan prioritas GNB. Untuk itu,Kepala Negara berpendapat bila masalah ini tidak segera ditanggulangi maka krisis utang akan terus menghambat proses pembangunan yang pada gilirannya akan mempengaruhi kesehatan ekonomi negara-negara berkembang serta seluruh spektrum sosial politiknya. Sementara Sekjen PBB Boutros-Boutros Ghali dalam sambutannya menyoroti masalah kejahatan, obat bius, penyakit, urbanisasi, dan menurunnya standar pendidikan sebagai penyakit sosial dunia yang parah. Semua masalah ini menurut Ghali, merupakan konsekuensi sosial bagi keamanan manusia di dunia. Pembukaan KTT ini dihadiri Ratu Margrethe II dan PM Denmark Poul Nyrup Rasmussen, yang bertindak sebagai Presiden KTT.
Sumber: MEDIA INDONESIA (13/03/ 1995)
_________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 102-104.