DIJADWALKAN SORE INI MASUK SARAJEVO: PRESIDEN GUNAKAN MOBIL ANTI PELURU

DIJADWALKAN SORE INI MASUK SARAJEVO: PRESIDEN GUNAKAN MOBIL ANTI PELURU[1]

 

Zagreb, Kompas

Jika tidak ada aral melintang dari rencana semula, maka hari Senin sore ini (13/3) WIB dengan menggunakan pesawat khusus PBB, Presiden Soeharto dijadwalkan masuk ke Sarajevo, ibu kota Bosnia-Herzegovina yang juga merupakan salah satu rnedan pertempuran etnis di sana yang bahkan semakin tegang belakangan ini, Di sana dengan menggunakan kendaraan antipeluru, Kepala Negara direncanakan akan mengadakan peninjauan keliling kota Sarajevo, yang hingga sekarang masih sering terjadi penembakan gelap oleh orang-orang bersenjata. Menyebutkannya sebagai suatu kehormatan dan panggilan tugas, demikian menurut sebuah sumber seperti dilaporkan wartawan Kompas Ansel da Lopez dari Zagreb, ibu kota Kroasia semalam, Presiden Soeharto menegaskan bahwa kunjungannya ke Bosnia-Herzegovina (Sarajevo) tersebut, demikian juga ke Kroasia, dimaksudkan untuk dapat secara langsung melihat dari dekat konflik bersenjata yang masih berkelanjutan di kawasan itu.

“Konflik bersenjata di Bosnia-Herzegovinakhususnya, merupakan keprihatinan yang dalam bagi rakyat Indonesia,” demikian penegasan Kepala Negara yang telah berada di Zagreb sejak hari Minggu siang waktu setempat (Magrib WIB), setelah mengikuti KTT Pembangunan Sosial di Copenhagen. Kedatangan Kepala Negara dan Nyonya Tien Soeharto di Zagreb atas undangan Presiden Kroasia, Franjo Tudjman.

Di tangga pesawat DC-10 Garuda di Bandara Internasional Zagreb, Kepala Negara disambut PM Kroasia beserta Nyonya Nikica Valentic dan para pejabat tinggi Kroasia serta Dubes Soelaeman Pringgodigdo. Upacara penyambutan tanpa dentuman meriam dan lagu kebangsaan kedua negara.

Bukan Penundaan

Wartawan Kompas melaporkan kekeliruan pemberitaan Reuters, yang mengatakan Presiden Soeharto memmda sehari rencana kunjungannya ke Sarajevo hari Minggu, setelah terjadinya insiden penembakan terhadap pesawat PBB sebelumnya yang ditumpangi utusan khusus PBB untuk bekas Yugoslavia, Yasushi Akashi. “Sejak awal Presiden memang dijadwalkan mengunjungi Sarajevo hari Senin, bukan hari Minggu,” ujarnya lewat telepon dari Zagreb pukul 22.15 WIB.

Pesawat Akashi terkena tembakan senapan mesin ringan hari Minggu, ketika pesawat jet ganda itu baru mendarat di Bandara Sarajevo, yang mengakibatkan sebuah lubang bekas peluru dijendela pesawat bagian belakang. Juru bicara pasukan PBB Letkol Gary Coward menyebut ini sebagai insiden terburuk sejak gencatan senjata mulai Natallalu.

Tidak ada yang cedera, namun salah seorang pengawal pribadi Akashi nyaris terkena tembakan itu, yang diduga dilakukan pihak separatis Serbia-Bosnia yang mengepung Sarajevo. Sebuah pesawat yang dioperasikan Komite Palang Merah Intemasional (ICRC) juga ditembaki hari Sabtu, yang memaksa PBB menutup Bandara Sarajevo selama satu hari itu.

Presiden Turki Suleyman Demirel dicegah pergi ke Sarajevo bulan lalu, sesudah pasukan PBB mengatakan tidak sanggup menjamin keamanan Demirel. Sebuah sumber PBB mengatakan, mereka berharap Presiden Soeharto tetap meneruskan niatnya untukmengunjungi Sarajevo. AFP melaporkan, penembakan terhadap pesawat Akashi memberi gambaran suram tentang usaha Akashi untuk mempertahankan gencatan senjata yang rapuh antara pasukan Bosnia dan pemberontak, Serbia-Bosnia. Penembak gelap dan bombardemen masih menghantui Sarajevo, di mana lima orang terbunuh dan enam luka-luka dari kedua pihak, di garis konfrontasi hari Sabtu siang dan Minggu pagi.

Antipeluru

Direncanakan terbang selama satu setengahjam dari Bandara Internasional Zagreb pada pukul 17.00 WIB (atau pagi hari pukul 11.00 waktu setempat) menggunakan pesawat khusus yang disediakan PBB, Kepala Negara diharapkan tiba di Sarajevo, yang merupakan salah satu saksi sejarah kepedihan perang Bosnia, pada pukull8.30 WIB, atau pukul 12.30 waktu setempat. Panglima ABRI Jenderal Feisal Tanjung yang sudah mendahului berada di Zagreb hari Sabtu, juga akan ikut menyertai. Anggota rombongan lainnya antara lain Duta Besar/Kepala Badan Pelaksana Ketua Gerakan Non Blok Nana Sutresna, Dubes RIuntuk Hongaria merangkap Kroasia dan Bosnia Soelaeman Pringgodigdo, Duta Besar/Wakil Tetap RIdi New York Nugroho Wisnumurti, dan Sekretaris Militer Kepresidenan Mayjen Pranowo. Tidak adanya penerbangan umum ke Sarajevo akibat perang, kecuali hanya dengan fasilitas penerbangan PBB, membuat jumlah rombongan Presiden sangat dibatasi hanya 25 orang, termasuk lima wartawan di antaranya wartawan Kompas, dari 27 wartawan cetak dan elektronik yang menyertai lawatan Kepala Negara kali ini. Kecuali mengadakan pembicaraan dengan Presiden Bosnia-Herzegovina DrAlija Izetbegovic, selama sekitar empatjam berada di Sarajevo tersebut, Presiden Soeharto juga akan mengadakan peninjauan keliling kota Sarajevo dengan kendaraan Land Rover antipeluru.

Panggilan Tugas

Ketika berkuniung ke Jakarta bulan Januari  lalu, PM Kroasia Nikica Valentic mengharapkan agar Indonesia tampil lebih aktif dalam mencari penyelesaian damai di Bosnia. Harapan itu menurut Presiden Soeharto, ia rasakan sebagai kehormatan dan panggilan tugas. Dalam rangka memenuhi harapan itulah, kata sumber itu, antara lain yang mendorong Presiden Soeharto melakukan kunjungan ke Bosnia dan Zagreb.

“Indonesia menyambut  gembira tercapainya gencatan senjata untuk kesekian kalinya di wilayah Bosnia-Herzegovina mulai 1 Januari 1995 yang lalu. Ini merupakan momentum yang menghidupkan kembali peluang bagi perundingan-perundingan damai antara semua pihak yang bersengketa,” kata Presiden.

Tanpa mengurangi arti penting upaya dan peranan yang sedang dilakukan pihak­. pihak lain, selaku Ketua Gerakan Non Blok, Presiden Soeharto kembali menyerukan pembentukan suatu mekanisme baru bagi perundingan di antara pihak-pihak yang bersengketa. Termasuk di dalamnya kemungkinan diselenggarakannya konperensi internasional yang struktumya sesuai keperluan, untuk mencapai penyelesaian yang adil dan tuntas. Penyelenggaraan konperensi internasional itu juga menurut Kepala Negara, hendaknya didasarkan atas penghormatan penuh terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah Republik Bosnia-Herzegovina. Kepala Negara menyatakan yakin bahwa penyelesaian langgeng hanya mungkin dicapai melalui perundingan yang didasarkan pada keadilan dantoleransi timbal balik yang memungkinkan rakyat di wilayah itu untuk hidup berdampingan secara damai, bebas dari dominasi dan campur tangan pihak luar. Indonesia, juga sebagai Ketua Gerakan Non Blok, lanjut Kepala Negara, akan terus mengambillangkah-langkah yang mungkin dapat dilaksanakan untuk membantu tercapainya penyelesaian menyeluruh secara damai di kawasan itu. “Indonesia mengharapkan agar malapetaka yang menimpa rakyat Bosnia­ Herzegovina dapat segera diselesaikan secara adil dan menyeluruh, melalui proses perundingan yang menghormati sepenuhnya kedaulatan dan integritas tentorial negara­ negara di kawasan itu,” tandas Kepala Negara. (AFP/Rtr/rio)

Sumber: KOMPAS (13/03/1995)

__________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 104-107.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.