EDITORIAL: MAKNA KUNJUNGAN DI BOSNIA

EDITORIAL: MAKNA KUNJUNGAN DI BOSNIA

  [1]

Jakarta, Media Indonesia

DENGAN pesawat terbang PBB JAK 40 kode RA-87439, Presiden Soeharto beserta rombongannya yang berjumlah 22 orang Seninpukul 12.00 waktu setempat tiba di Sarajevo, ibukota Bosnia-Herzegovina, setelah tinggallandas dari bandara Zagreb, satujam sebelumnya. Dalam rombongan Presiden terdapat Mensesneg Moerdiono, Menlu Ali Alatas, Pangab Jenderal TNI Feisal Tanjung, Dubes Rl di PBB Nugroho Wisnumurti, Ketua Pelaksana Harian GNB Nana Sutresna, Sekmil Mayjen TNI Pranowo, Komandan Paspamres Brigjen TNI Yasril Yakob, Dubes RI di Hongaria dan Bosnia Soelaeman Pringgodigdo, dua wartawan Indonesia, didampingi empat petugas UNPROFOR. Keberangkatan Pak Harto ke Bosnia itu sebenarnya sangat dikhawatirkan banyak pihak, termasuk pihak PBB sendiri. sehingga semua rombongan selain diharuskan memakai jaket antipeluru, juga wajib mengisi formulir yang disediakan UNPROFOR berisi penyataan, bahwa UNPROFOR tidak bertanggungjawab, jika terjadi hal-hal yang luar biasa Bisa dimengerti jika banyak pihak mengkhawatirkan keberangkatan tersebut, mengingat sehari sebelumnya pesawat PBB yang membawa utusan khusus PBB Yasuhi Akashi di Bandara Sarajevo ditembak dengan senjata berat 4,5 mm oleh penembak gelap yang diidentifikasi sebagai tentara Serbia. Dan tidak diherankan, jika Direktur Informasi UNPROFOR Michael Williarrt dalam komentarnya mengatakan kekagumannya atas keberanian Presiden Soeharto. Apalagi setibanya di Bandara Sarajevo yang sehari sebelunmya masih ditembaki pasukan Serbia, Pak Harto tetap tenang dan serius yang selanjutnya dengan panser antipeluru menuju Istana Kepresidenan, di mana sudah menanti Presiden Alija Izet begovic. Di Bandara Sarajevo yang pada saat ketibaan Pak Harto dan rombongan dinyatakan tertutup, selama 25 menit Ketua GNB mengadakan pembicaraan dengan Akashi. Selama enamjam berada di Srajevo Pak Harto mengadakan pembicaraan dengan Presiden Izetbegovic, selanjutnya dengan panser antipeluru sempat melakukan keliling kota, padahal kota tersebut tidak putus-putusnya ditembaki oleh pasukan Serbia. Namun ketika rombongan Presiden Soeharto berkeliling kota tidak terdengar adanya tembakan. Meskipun sebelum Pak Harto, sudah ada dua kepala pemerintahan yang mengadakan kunjungan ke Sarajevo yakni PM Pakistan Benazir Bhutto dan Presiden Prancis Francois Mitterrand,, namun kehadiran Kepala Negara RI tersebut di ibukota Bosnia itu memiliki arti yang sangat penting. Bukan saja bagi rakyat Bosnia yang kebanyakan Muslim sehingga merasa punya hubungan emosional dengan rakyat Indonesia, tetapi juga dalam percaturan politik global, kunjungan bersejarah Pak Harto itu dipastikan membawa nuansa tersendiri dalam usaha menciptakan perdamaian di kawasan sempalan negara Yugoslavia itu, setelah sekian banyak negara besar dan organisasi internasional seperti PBB, NATO, OKI dan Masyarakat Eropa tidak mampu menghentikan perang antara Serbia-Bosnia yang telah merenggut sekitar 200 ribu jiwa warga Bosnia. Peranan Presiden Soeharto sebagai Ketua GNB yang masa jabatannya akan selesai sekitar September/Oktober mendatang. semakin nyata bahkan pasti dicatat secara khusus dalam sejarah dunia. Soalnya, saat Pak Harto tiba di Sarajevo, pihak Serbia sehari sebelumnya memproklamasikan kota Pale sebagai pusat pemerintahan Padahal sesuai apa yang dirintis oleh mantan Presiden AS Jimmy Carter, Serbia­ Bosnia mengadakan gencatan senjata sampai 1 Mei mendatang, meskipun gencatan senjata itu selalu dilanggar oleh pasukan Serbia. Kehadiran Pak Harto di Sarajevo, membuktikan bahwa Presiden Soeharto sebagai negarawan memiliki kharisma politik yang khas dalam skaJa global, dan mampu memberi keyakinan pada masyarakat Internasional, bahwa cinta damai yang dimiliki Indonesia adalah nurani dan amanah konstitusi, sehingga kita yakin usaha mencabut embargo senjata terhadap Bosnia dan gagasan konperensi khusus tentang Bosnia akan mendapat perhatian serius politisi dunia untuk diwujudkan menjadi kenyataan.

 

Sumber : MEDIA INDONESIA ( 14/03/ 1995)

_____________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 131-132.

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.