PRESIDEN SOEHARTO: MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR BELUM SEPENUHNYA TERWUJUD

PRESIDEN SOEHARTO: MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR BELUM SEPENUHNYA TERWUJUD[1]

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto mengemukakan hasil-hasil pembangunan telah dapat dinikmati bersama namun cita-cita untuk mewujudkan masyarakat adil makmur belum sepenuhnya terwujud. Sebab itu, kata Kepala Negara, dalam pembangunan ini tetap diperlukan semangat dan gairah yang tinggi sebagaimana yang dimiliki tatkala bangsa ini merebut dan mempertahankan kemerdekaan dahulu.

“Sebab, perjuangan pembangunan kita masih panjang. Hanya dengan semangat dan gairah yang tinggi itulah kita akan dapat meneruskan pembangunan kita,”tutur Presiden dalam amanatnya pada pembukaan Munas IX Persatuan Wredatama (pensiunan pegawai negeri sipil) RI (PWRI) di Sasana Langen Budoyo, TMII, Selasa (21/8).

Untuk wredatama yang bertekad untuk terus memberikan sumbangan yang sebaik-baiknya bagi pembangunan bangsa, tahap pembangunan sekarang ini mempunyai makna yang khusus. Sebab, dengan terus ikut serta dalam pembangunan berarti para wredatama tetap bersama-sama bangsanya dalam mengamankan tahun­ tahun awal tahap tinggallandas.

“Saya berharap agar PWRI dapat mewariskan yang terbaik bagi Generasi Penerus dengan memberikan nasihat dan doa restu serta keteladanan,”demikian harapan Kepala Negara.

Sejarah, katanya, telah membuktikan ,dalam kurun waktu revolusi dan perang kemerdekaan, bangsa ini mampu menundukkan segala tantangan dan menyingkirkan segala hambatan. Banyak kalangan internasional tidak percaya, apakah bangsa ini dapat tegak sebagai bangsa merdeka dan mampu mengurus negara merdeka. “Kita telah membuktikan, bangsa Indonesia berkemampuan untuk itu,”ujarnya. Zaman, menurut Kepala Negara, banyak berubah. Di tahun-tahun mendatang, perubahan itu akan makin dinamis. Jawaban yang harus diberikankepada tantangan­ tantangan baru dan masalah-masalah baru jelas berlainan dengan masa lampau.

“Tapi pengalaman dan sikap bijaksana tetap merupakan kekuatan untuk menjawab tantangan zaman. Para wredatama memiliki pengalaman yang sangat berharga, yang ditempa oleh perjalanan waktu. Sebab itu, sumbangan para wredatama kepada pembangunan bangsa tetap mempunyai arti penting,” kata Presiden.

Kepada PWRI, Presiden juga berharap agar sebagai organisasi wadah pensiunan pejuang, ia terus berusaha meningkatkan kualitas hidup para anggotanya. Munas tiga hari ini, kata Ketua Umum Pengurus Besar PWRI Warsito Puspoyo, diikuti oleh 1.250 peserta, yang mewakili 700.000 anggota PWRI. Hingga saat ini, PWRI memiliki 3.222 ranting di kecamatan dan 315 cabang di Dati II. Ia menambahkan, Munas akan membahas berbagai masalah yang berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan anggota. Dalam kaitan ini, Warsito menyatakan bahwa PWRI masih tetap mengharapkan agar pemerintah menentukan Hari Lanjut Usia Nasional – yang khusus dipergunakan untuk mengungk apkan penghormatan dan penghargaan kepada para lanjut usia. Hadir dalam acara pembukaan Munas itu antara lain Ny Tien Soeharto, Menko Kesra Azwar Anas dan Gubernur DKJ Jakarta Surjadi Soedirdja.

Sumber:KOMPAS(23/08/I995)

____________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 257-259.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.