PRESIDEN ADAKAN PERTEMUAN BILATERAL DENGAN 7 PEMIMPIN APEC

PRESIDEN ADAKAN PERTEMUAN BILATERAL DENGAN 7

PEMIMPIN APEC[1]

 

Osaka, Suara Karya

Presiden Soeharto Jumat malam pukul 18.30 waktu setempat atau pukul 16.30 WIB. tiba di Osaka, Jepang, untuk menghadiri pertemuan informal para pemimpin APEC, Minggu (19/11).

Pesawat khusus kepresidenan DC-10 yang ditumpangi Kepala Negara bersama Ibu Tien dan rombongan setelah menempuh perjalanan 6 jam 40 menit mendarat mulus di bandara Internasional Kansai, Osaka. Dengan suhu udara 14 derajat Celcius, di tangga pesawat Kepala Negara disambut oleh Wakil Menlu Jepang dan istri Dubes RI untuk Jepang Ny Wisber Louis. Kedatangan Presiden mendapat perhatian kalangan pers asing maupun Jepang. Sekitar 1,5 jam sebelum kedatangan Presiden telah datang WapresAl Gore, mewakili Presiden Bill Clinton, melalui bandara sama.

Kepala Negara bersama rombongan  selanjutnya menuju Hotel Westin, tempat bermalam selama di Osaka. Wartawan Suara Karya Nenny Kristyawati, melaporkan dari Osaka semalam, Sabtu hari ini (18/ 11), kegiatan Kepala Negara cukup padat. Dijadwalkan selain menghadiri pertemuan para pemimpin ekonomi APEC , Kepala Negara akan melakukan pertemuan bilateral dengan 7 pemimpin APEC. Pembicaraan akan diawali PM Selandia Baru di President Suite, Hotel Westin. Setelah itu Kepala Negara melakukan pembicaraan dengan PM Australia, Paul Keating di tempat sama selama 30 menit, dari pukul 10.45-11.45 waktu setempat. Selesai itu berturut-turut Presiden bertemu dengan PM Singapura, Goh Chok Tong, PM Jepang Tomiichi Murayama, PM Meksiko Ernesto Zadillo de Leon, Ketua Delegasi Taiwan dan Sultan Brunei Hassanal Bolkiah hingga sore hari. Khusus dengan PM Murayama pertemuan di kediaman Walikota Osaka, Isamuyada.

Sementara itu Ibu Tien Soeharto berkunjung ke Taman Bunga Sukuya Kohanakan. Malamnya Kepala Negara bersama 16 pemimpin ekonomi APEC akan dijamu santap malam oleh PM Murayama di Hotel Royal. Setelahjamuan makan para pemimpin dijadwalkan melakukan pertemuan tidak resmi. Dalam pertemuan tidak resrni, para pemimpin ekonomi APEC dapat menyetujui Deklarasi Osaka danAgendaAksi , yang telah dipersiapkan oleh pertemuan tingkat pejabat tinggi (SOM) dan Konperensi Tingkat Menteri (KTM). Agenda Aksi pada intinya mengandung tiga pilar yaitu liberalisasi, fasilitasi dan kerjasama ekonorni serta teknik. Ketiga pilar ini diharapkan akan berinteraksi dengan yang lainnya dalam suatu cara yang akan memaksimalkan pertumbuhan dan kemakmuran diwilayah APEC.

Paginya para pemimpin ekonomi APEC bertemu secara informal di Gedung Geihinkan. Pada pertemuan APEC kali inipara pemimpin akan mempersembahkan sebuah paket dari program aksi yang konkret dari ukuran liberalisasi dan fasiIitasi, termasuk akselerasi, implementasi dari perjanjian WTO, dan ukuran deregulasi yang layak guna meningkatkan kredibilitas APEC. Berbeda dengan pertemuan di Bogor tahun lalu, peliputan pers lebih dibatasi, karena tidak semua wartawan yang mempunyai tanda pengenal dapat meliput jalannya acara penting selama pertemuan tersebut. Setiap negara APEC hanya diberi jatah 3 orang, masing-masing mewakili media elektronik TV, radio dan cetak. Penjagaan jalannya pertemuanAPEC tampak ketat.

Hasil pernyataan pemimpin (Leader Declaration) akan dibacakan oleh PM Murayama yang didamping 17 pemimpin lainnya. Pada kesempatan itu tidak diacarakan tanya jawab bagi pers. Sementara para pemimpin bertemu,Ibu Tien berkunjung ke Municipal Aquarium dan berlayar ke Teluk Osaka. Kemudian Ibu Tien ke Bunraku menyaksikan sandiwara boneka. Senin pagi Presiden Soeharto dijadwalkan meninggalkan Osaka dan diperkirakan tiba kembali di Tanah Air, pukul l6.00 WIB.

Konsensus

Para menteri APEC (Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik) telah mencapai konsensus yang “khas” atas Agenda Aksi bagi investasi dan perdagangan bebas di Asia­ Pasifik dengan menggabung prinsip-prinsip “kontradiktif yaitu asas komprehensivitas, fleksibilitas dan tidak mengikat. Interpretasinya kemudian, menurut para pejabat APEC, bisa berbeda-beda dan mengundang debat. Selama ini, menjelang hari-hari pertemuan puncak para pemimpin APEC di Osaka, Jepang yang dijadwalkan hari Minggu besok, debat utama APEC ialah pilihan antara sebuah Agenda Aksi yang komprehensif atau sebuah Agenda Aksi yang fleksibel atau sebuah Agenda Aksi yang bersifat tidak mengikat. Agenda Aksi itu sendiri adalah rencana pelaksanaan Deklarasi Bogor yang menetapkan bahwa negara-negara maju anggota APEC sudah harus mulai dengan investasi dan perdagangan bebas tahun 2010, dan negara-negara berkembang harus mulai di tahun 2020.

Prinsip komprehensivitas yang didukung sebagian besar anggota APEC dengan “dalang utama” AS, Kanada, Australia menghendaki bahwa penerapan investasi dan perdagangan bebas itu bersifat menyeluruh (komprehensif) atas semua  sektor perdagangan tanpa kecuali dan mengikuti jadwal waktu yang telah ditetapkan tersebut.

Sebaliknya prinsip fleksibilitas yang diperjuangkan Jepang, Cina, Korsel, menghendaki bahwa investasi dan perdagangan bebas itu mengizinkan pengecualian atas sektor-sektor sensitif tertentu, misalnya sektor pertanian, jasa dan permodalan.

Sementara Malaysia telah berkali-kali menegaskan bahwa investasi dan perdagangan bebas bagi Asia-Pasifik itu hendaknya tidak bersifat mengikat, melainkan bersifat sukarela, dan karena demikian tidak harus mempunyai jadwal waktu tertentu.

Alternatif-alternatif tersebut temyata digabung saja oleh para Mendag dan Menlu APEC , Kamis, sehingga APEC luput dari ancaman “perpecahan” yang diramalkan selama ini, dan Agenda Aksi itu sendiri mulus sampai ke tangan para pemimpin APEC yang masih harus memberikan persetujuan final Minggu besok.

Sumber: SUARAKARYA(l8/ll/l995)

______

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 305-307.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.