SERUAN PRESIDEN SOEHARTO PADA PEKAN RAYA HANNOVER 1995[1]
Hannover, Kompas
Di hadapan Kanselir Jerman Helmut Kohl dan ribuan pengusaha pada acara pembukaan Pekan Raya Hannover 1995 (Hannover Messe ’95). Presiden Soeharto menyerukan bangsa-bangsa Eropa, terutama Jerman untuk makin memperhatikan Asia, khususnya Indonesia. Sebab negara-negara di kawasan Asia-Pasifik ini kini telah tumbuh sebagai potensi investasi dan potensi pasar yang sangat terbuka terutama setelah sistem perekonomiannya makin terintegrasi pada pasar Internasional.
Seruan itu dikemukakan Kepala Negara sebelum Kanselir Kohl pada Minggu petang (tengah malam WIB) membuka dengan resmi Hannover-Messe 95 yang akan berlangsung sampai Sabtu (8/4). Kehadiran Presiden Soeharto pada pembukaan Hannover Messe kali ini berkaitan erat dengan eksistensi Anjungan Indonesia sebagai fokus utama pekan raya dengan menempati areal pameran terluas sekitar 3.100 meter persegi.
Hannover Messe merupakan pameran industri terbesar dunia dengan materi pameran berupa produk industri danjasa hasil temuan paling canggih dan mutakhir. Sehingga, para pengamat mengakui Hannover Messe merupakan barometer dari perkembangan daya cipta dan karsa manusia dalam upaya menyelesaikan berbagai isu yang harus dihadapi manusia modem dengan segala dampak yang mengiringinya. Seperti dilaporkan wartawan Kompas Taufik H Mihardja dari arena Hannover Messe semalam, tidak kurang dari 65 perusahaan Indonesia, baik swasta maupun BUMN,turut mendukung keberadaan Anjungan Indonesia dengan aneka produk dan jasa paling canggih. Mulai dari mesin tenun tercepat dan terefisien hasil temuan Texmaco hingga pesawat turboprop paling mutakhir produksi IPTN,yaitu N-250.
“Kami memang sedang meminta perhatian Eropa terhadap Asia. Adalah kepentingan kita bersama bahwa kebijakan baru dalam hubungan kerja sama kedua kawasan dapat segera terwujud dengan peningkatan secara konkret aktivitas ekonomi Pernyataan Kepala Negara itu didasari fakta bahwa pada tahun 1993, Parlemen Jerman telah menyetujui konsep baru untuk meningkatkan hubungan Jerman-Asia. Lalu pada Juli 1994, Komisi Eropa juga menyetujui kebijakan dan baru terhadap Asia untuk meningkatkan hubungan kedua kawasan.
Dijelaskan, kebijakan Indonesia di Eropa juga selalu sejalan dengan kebijakan pembangunan ekonomi .Karena itu, Indonesia juga sangat mendukung hubungan kerja sama ASEAN-Uni Eropa yang sudah terbina dengan baik selama ini. Pertemuan ASEAN-Uni Eropa ke-11 di Karlsruhe tahun lalu dan Temu Pengusaha di Stuttgart perlu tindak lanjut dengan langkah-langkah yang lebih konkret. Terlepas dari hubungan ASEAN-Uni Eropa, kata Presiden, maka Eropa tetap merupakan kawasan yang penting bagi Indonesia. Uni Eropa merupakan tujuan ekspor Indonesia terbesar kedua setelah Asia Pasifik. Perluasan secara bertahap Pasar Tunggal Eropa dari 12 negara anggota menjadi 20 anggota merupakan peluang peningkatan hubungan ekonomi antara Indonesia dengan Eropa.
Tingkatkan Investasi Jerman mengenai hubungan ekonomi Indonesia Jerman. Presiden di satu sisi menyatakan gembira karena hal itu telah terbina baik selama empat dasawarsa. Kerjasama ekonomi diarahkan pada pengembangan usaha kecil dan menengah, peningkatan prasarana dan pembangunan SDM. Yang cukup menonjol akhir-akhir ini, katanya, adalah peningkatan kerja sama di sektor maritim dengan adanya pembelian, sejumlah besar kapal penumpang, kapal keruk dan kapal peti kemas oleh Indonesia dari Jerman. Kerja sama ini, diakui Kepala Negara , telah mendorong teknologi dari Jerman ke Indonesia karena pembuatan sebagian kapal-kapal itu dilakukan di Indonesia. Penerapan sistem irnbal beli juga menjamin keuntungan tirnbal balik secara lebih baik lagi. Tapi di sisi lain, demikian Presiden, investasi Jerman di Indonesia bisa dikatakan masih sangat rendah. “Investasi Jerman di Indonesia masih rendah. Ini memerlukan perhatian khusus,” Presiden menegaskan. Dijelaskan, akumulasi Investasi Jerman di Indonesiahanya menduduki peringkat ke-9 dalam daftar urutan investasi asing. Sebagian besar dari investasi Jerman itu berasal dari perusahaan besar, seperti Siemens, Schering, Daimler Benz dan Bayer. Investasi Jerman bahkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan Inggris dan Belanda.
Padahal Indonesia, menurut Presiden, wilayah luas yang menarik bagi investasi Indonesiajuga kaya dengan sumber alam. Kondisi politiknya juga stabil dan dinamis. Tenaga kerja di Indonesia produktif dengan tingkat upah yang kompetitif Presiden lebih lanjut menjelaskan, dengan penduduknya yang 190juta lebih, Indonesia juga merupakan potensi pasar yang tidak kecil. Kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia mengarah ke pasar bebas. Iklim usaha makin cerah dengan adanya deregulasi dan debirokrati sasi yang terus-menerus. Sebagai pihak dalam Perjanjian Jaminan Investasi Multilateral (MIGA), Indonesia juga melindungi kepentingan investor asing. Bahkan pada saat ini dimungkinkan bagi investor asing untuk memiliki 100 persen dan proyek -proyek usaha mereka.
“Kami dengan senang hati mengundang para usahawan Jerman untuk menanam modal di lahan pembangunan kami,” kata Kepala Negara.
Ditambahkan, Indonesia juga sedang membangun prasarana yang mampu menopang pertwnbuhan ekonomi yang tinggi. Indonesia sedang meningkatkan dan memperluas kemampuan pelabuhan, dermaga, jalan raya dan jalur kereta api. Indo nesia juga tengah mengembangkan industri perkapalan, pesawat terbang, kereta api dan telekomunikasi. Hanya pusat pembangkit listrik, penyediaan air bersih dan pembangunan anjungan pengeboran yang memerlukan investasi.
Hannnover Messe
Sebanyak 6.949 peserta pameran dari 71 negara termasuk Indonesia- turut ambil bagian dalam gelar akbar tahunan itu. Lebih dari 350.000 pengunjung- terutama para profesional – diharapkan datang dari berbagai pelosok dunia.
Pekan raya ini selama bertahun-tahun selalu mengantisipasi dan terus-menerus mengikuti perkembangan teknologi. Hannover Messe ’95 akan mempertunjukkan teknologi otomatisasi elektrik, kontrol dan transmisi tenaga listrik, teknologi lingkungan dan energi, rekayasa pabrik, peralatan dan perlengkapan pabrik , subkontrak dan bahan-bahan industri, riset dan teknologi, dan teknologi cahaya. (*)
Sumber: KOMPAS (03/03/1995)
_______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 345-347.