KEGIATAN DAKWAH JANGAN CAMPUR ADUKKAN DENGAN POLITIK [1]
Jakarta, Suara Pembaruan
PRESIDEN SOEHARTO mengharapkan agar kegiatan dakwah tidak dicampuradukkan dengan kegiatan politik praktis. Sebab hila hal itu terjadi, keluhuran nilai-nilai dakwah akan tercemari oleh tujuan-tujuan yang lebih bersifat memperoleh kekuasaan.
Apabila hal tersebut tetap berjalan tidak: tertutup kemtmgkinan agama dijadikan alat untuk mengejar kepentingan golongan. Demikian dikemukakan Presiden dalam sambutan pada Upacara Pembukaan Muktamar IV Majelis Dakwah Islamiyah di Jakarta, Rabu (11/1).
Menurut Kepala Negara, hal-hal seperti itu perlu kita renungkan bersama. Pengalaman telah banyak memberi pelajaran kepada kita bahwa pencampuradukkan agama dan kegiatan politik praktis menimbulkan berbagai dampak negatif Tidak: saja menimbulkan kecurigaan di antara umat berbeda agama, melainkan juga perpecahan di kalangan umat se-agama.
“Karena itu saya sangat gembira mendengar bahwa Muktamar Majelis Dakwah Islamiyah sekarang ini memilih tema pokok, Memantapkan dan Meningkatkan Dakwah Pembangunan,” kata Presiden Soeharto.
Lebihjauh Presiden mengatakan, dakwah pembangunan itu menempatkan kegiatan dakwah untuk mencapai tujuan pembangunan, dakwah pembangunan merupakan kegiatan untuk berusaha menjadikan agama sebagai landasan etik,moral dan spiritual bagi pembangunan nasional kita. Sejak awal, pembangunan kita tidak hanya mementingkan kemakmuran materi dan kesejahteraan jasmani semata-mata. Cita-cita pembangunan nasional kita adalah pembangunan manusia Indonesia yang utuh. Yang kita dambakan adalah terwujudnya sebuah masyarakat yang adil dan makmur, lahir maupun batin. Sebagai lembaga sosial keagamaan Majelis Dakwah Islarniyah mengemban tugas luhur untuk ikut serta secara ak:tif membangun manusia-manusia pembangunan yang tinggi kesadaran keagamaannya, kesadaran kemanusiaannya dan kesadaran kebangsaannya. Peningkatan kualitas selaku muslim dan warga negara itu saya harapkan benar benar menjadi perhatian muktamar ini. Sebab, tingkat pembangunan bangsa kita sudah sampai pada tahap di mana kita memerlukan manusia-manusia pembangunan yang mampu membangun dirinya dan masyarakatnya.
Panggilan Setiap Agama
Menurut Presiden, dakwah adalah panggilan setiap agama bagi umatnya. Seseorang yang menganut agama tentu akan merasa terpanggil untuk menyampaikan ajaran-ajaran agamanya itu kepada orang lain, kepada masyarakat. Ia akan merasa berbahagia bila orang lain juga mengikuti keyakinan yang ia anut. Dakwah adalah kegiatan luhur, karena itu juga harus dilakukan dengan cara-cara luhur pula. Hal itu perlu kita sadari bersama karena masyarakat kita adalah masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai penganut agama dan kepercayaan yang berbeda satu dengan lainnya. Kita tidak menghalang-halangi kegiatan dakwah oleh masing-masing umat beragama. Namun adalah kepentingan kita bersama bahwa dakwah itu berjalan dengan semestinya keluhuran dakwah harus kita junjung tinggi, baik tujuan maupun cara-caranya. Hal itu perlu kita sadari sedalam-dalamnya, sebab kadang kala kegairahan dakwah membuat orang lupa terhadap tujuan mulia dari dakwah itu sendiri. Akibatnya, dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat. “Karena itu, kegiatan dakwah hendaknya dilakukan tanpa perlu merendahkan atau kurang menghargai agama dan kepercayaan orang lain,” kata Presiden. (PM!D-5)
Sumber: SUARA PEMBARUAN ( 12/01/1995 )
_________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 461-463.