PRESIDEN: PEMERINTAH TAK INGIN CAMPURI URUSAN SETIAP AGAMA [1]
Jakarta, Merdeka
Presiden Soeharto meminta agar dalam menciptakan kerukunan, majelis agama agama umumnya dan Perwalian Umat Budha Indonesia khususnya, harus mampu menjembatani perbedaan-perbedaan di dalam masing-masing umat beragama itu sendiri secara bijaksana dan dengan jiwa besar. Permintaan Kepala Negara itu disampaikan dalam sambutannya pada perayaan Dharmasanti Waisak Tahun 1995 di Balai Sidang Jakarta, Rabu malam (ISFJ). Untuk menciptakan keruktman itulah, menurut Kepala Negara, alangkah baiknya jika diadakan pertemuan silahturahmi serta dialog dan musyawarah antara sesama umat seagama, untuk membina saling pengertian dan memperkecil perbedaan perbedaan yang timbul.
“Saya percaya bahwa di tengah-tengah perbedaan antara sesama umat seagama itu sesungguhnya terdapat titik persamaan yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk membangun kebersamaan dan saling pengertian dalam suasana yang menyejukkan hati,” kata Kepala Negara.
Presiden selanjutnya menegaskan bahwa pemerintah tidak ingin mencampuri urusan masing-masing umat beragama. Malah sebaliknya, pemerintah akan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada umat beragama untuk menyelesaikan masalah-masalah diantara mereka sendiri. Pemerintah juga berkewajiban untuk membantu terciptanya kerukunan antara sesama umat seagama dengan memberikan bimbingan, dorongan dan ajakan. Oleh karena itu, Kepala Negara mengajak semua pihak hendaknya mampu menahan diri agar tidak hanyut oleh yang dapat mengganggu kerukunan sesama umat seagama dan kerukunan antara umat beragama yang berlain-lainan. Menurut Presiden, kerukunan dan seagama dan kerukunan antar umat dari berbagai agama itu penting sekali bagi umat beragama yang bersangkutan, lebih-lebih lagi bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Persatuan dan kesatuan bangsa adalah modal utama pembangunan. Kepala Negara juga mengajak bangsa Indonesia hendaknya bercermin dari pengalaman bangsa-bangsa lain, karena tidak sedikit bangsa-bangsa yang gagal dalam pembangunan disebabkan pertikaian-pertikaian di antara berbagai kalangan dalam tubuh bangsa itu sendiri yang tidak kunjung selesai. Di bagian awal sambutannya, Kepala Negara mengemukakan pula bahwa bagi bangsa Indonesia, keragaman dalam beragama bukanlah masalah, karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku,mempunyai adat istiadat yang berbeda memiliki bahasa yang berlainan dan memeluk berbagai agama yang diyakini masing-masing.
”Namun kitajuga menyadari bahwa kita adalah suatu bangsa. Itulah makna sesanti kata Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tetapi satu,” kata Kepala negara sambil menambahkan bahwa yang penting bagi bangsa Indonesia adalah upaya untuk terus menumbuhkan semangat persatuan dan kebersamaan.
Kepala Negara dalam kesempatan tersebut mengemukakan pula bahwa pembangunan yang dilaksanakan selama ini memang telah membawa hasil yang membesarkan hati, namun juga disadari bahwa di samping keberhasilan, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki .(HAR)
Sumber : MERDEKA(20/07/1995 )
_______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 504-505.