PAK HARTO UMROH KE TANAH SUCI [1]
Paramaribo, Media Indonesia
Presiden Soeharto mengakhiri kunjungan panjangnya ke luar negeri. dengan melakukan urnroh ke tanah suci. Kemarin siang dengan diantar presiden Suriname Venetiaan ke Bandara Adolf Pengel, Presiden dan rombongan meninggalkan Paramaribo menuju Jeddah.
Menurut Mensesneg Moerdiono, Presiden memutuskan untukk melakukan ibadah umroh sebagai ungkapan syukur bahwa Indonesia tahun ini genap berusia 50 tahun. “Dengan segala pasang naik dan pasang surutnya, dengan segala suka dan dukanya, dengan segala harapan dan mungkin kekecewaan, persatuan dan kesatuan,” ungkap Moerdiono.
Ibadah urnroh seperti dilaporkan wartawan Media Retno lndarti tadi malam, akan dilakukan Senin malam (30/10). Presiden selama dua minggu berada di luar negeri. Selain menghadiri KIT Non Blok XI di Kartagena, Kolombia, Presiden juga berkunjung ke New York dan Washington, AS untuk menghadiri upacara 50 tahun PBB dan bertemu dengan Presiden Bill Clinton. Setelah tiga hari di Suriname, rombongan terbang ke tanah suci, dan direncanakan tiba di tanah air hari Rabu pekan ini.
Bahasa Jawa
Selama Suriname, selain mengadakan pertemuan dengan Presiden Venetiaan, yang menarik adalah pertemuan Pak Harto dengan masyarakat Jawa di gedung Sana Budaya. Menteri Sosial Sasminta menyampaikan pidato dalam bahasa Jawa. Setelah itu Pak Harto dirninta berpidato dalam bahasa Jawa.
Mengaku tidak terlalu lancar berbahasa jawa, apalagi untuk sambutan, Pak Harto memulai pidatonya dalam bahasa Indonesia, lalu selama 30 menit Presiden berbicara dalam bahasa Jawa. Presiden mengaku tidak terlalu lancar bahasa Jawa, apalagi untuk sambutan, karena yang dipakai sehari-hari di Indonesia adalah bahasa Indonesia. “Meski begitu, hubungan batin antara rakyat Indonesia dan rakyat Suriname tetap terjalin,” tutur Presiden.
Dalam pidatonya Presiden menjelaskan sejarah bangsa Indonesia mirip ramalan Jayabaya. “Wong Jawa kari separo, Landa kari sajodo. Cinane gela-gelo. “ (Orang Jawa tinggal separo, Belanda tinggal sepasang, dan Cina geleng-geleng Indonesia sekarang, kata Presiden mirip gambaran Ki Dalang yaitu negara sing tentrem, kerta rahwja, gemah ripah loh jinawi tuwuh sing tinandur murah sakabehe sing dituku, rakyat tansah seneng lan bisa gemuyu (negara yang aman, tenteram, subur makmur, semua yang ditanam tumbuh, dan semua barang yang dibeli harganya murah, rakyat selalu gembira dan tertawa). (1-1)
Sumber: MEDLA INDONESIA ( 30/10/1995)
_____________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 544-545.