PRESIDEN : KEBERADAAN ICMI SUDAH DIRASAKAN MANFAATNYA

PRESIDEN : KEBERADAAN ICMI SUDAH DIRASAKAN MANFAATNYA[1]

 

Jakarta, Suara Pembaruan

Presiden Soeharto mengatakan, kaum cendekiawan menempati posisi yang strategis sebab mempunyai bobot pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dan lebih dalam dari masyarakat awam.

Mereka mengemban tugas dan kehomatan untuk tetap sadar, peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negaranya. Para cendekiawan juga harus lebih bijaksana dari orang biasa, kata Kepala Negara Kamis pagi ketika membuka Muktamar II Ikatan Cendekiawan Muslim se Indonesia (ICMI) di Balai Sidang Jakarta.

Dalam acara pembukaan muktamar tersebut, Presiden Soeharto juga mencanangkan proyek-proyek yang digarap ICMI, yaitu proyek Gerakan Minat Baca dan Wakaf Buku, proyek Balai Usaha Mandiri Terpadu dan proyek Gerakan Beasiswa Orang Tua Bimbing Terpadu, dan meresmikan beroperasinya Indonesia Media Network (IMN), suatu jaringan internet yang diprakarsai ICMI untuk menyebarluaskan infomasi mengenai Indonesia ke seluruh dunia dalam bahasa Inggris.

Sebagai bangsa yang sedang membangun, kata Kepala Negara, kita sangat memerlukan sumbangan pikiran para cendekiawan. Sumbangan pikiran yang kita harapkan adalah sumbangan pikiran yang cerdas dan kreatif, yang bisa diterapkan dan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masyarakat, bangsa dan negara.

Pemikiran-pemikiran yang cerdas dan kreatif itu, hanya dapat berkembang dalam suasana yang bebas dan terbuka. Pemikiran-pemikiran yang demikian sulit berkembang dalam suasana terkekang, apalagi dalam suasana yang diliputi kekhawatiran. Karena itulah kita membuka kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mengembangkan prakarsa dan kreativitasnya yang berlaku juga bagi cendekiawan dari segala aliran dan golongan.

Kebebasan

“Namun, saya juga ingin mengingatkan bahwa dalam masyarakat manapun juga tidak ada kebebasan yang mutlak. Kebebasan tanpa batas malah dapat merugikan masyarakat itu sendiri.” kata Presiden.

Kebebasan menurut Presiden paling tidak berlangsung dalam tiga keterkaitan. Pertama, keterkaitan dengan norma etika yang berlaku secara universal mengenai apa yang baik dan yang pantas untuk kita perbuat.

Kedua, keterkaitan dengan kaidah-kaidah hukum yang berlaku dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ketiga, keterkaitan dengan kesadaran akan tanggungjawab kepada Tuhan Yang Maha Esa dan hati nuraninya sendiri, tanggung jawab kepada sesama umat manusia serta tanggung jawab kepada masyarakat dan bangsanya.

Bangsa kita, kata Kepala Negara, adalah majemuk masyarakat kita adalah masyarakat majemuk. Karena itu , kaum cendekiawan kita juga mencerminkan kemajemukan tadi.

Adalah wajar para cendekiawan memerlukan mitra dan forum bertukar pikiran dan gagasan. Sebagai warga negara para cendekiawan berhak membentuk organisasi­-organisasi tempat mereka berhimpun, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sampai sejauh ini keberadaan organisasi kaum cendekiawan adalah positif dan konstruktif dalam rangka pembangunan bangsa secara keseluruhan.

Manfaat  ICMI

Keberadaan ICMI selama lima tahun terakhir ini, menurut Presiden Soeharto, telah kita rasakan manfaatnya. ICMI telah berkali-kali menyelenggarakan seminar, sirnposium, diskusi dan menerbitkan buku-buku. Semua itu merupakan sumbangan pemikiran ICMI dalam memecahkan persoalan-persoalan.

ICMI juga telah aktif mengambil prakarsa mempertemukan berbagai kalangan yang berbeda visi dan pendapatnya dalam memecahkan berbagai masalah dalam suatu forum yang bersahabat yang juga mempunyai nilai tersendiri dalam upaya mengembangkan demokrasi dan keterbukaan kata Presiden.

Laporan Habibie

Dalam laporannya Ketua Umum ICMI BJ Habibie mengatakan, Muktamar ini akan berlangsung hingga tanggal 9 Desember 1995. Habibie juga mengajak seluruh cendekiawan dari agama lain bersama-sama dengan ICMI meningkatkan pengabdian untuk menghadapi tantangan pembangunan di masa yang akan datang.

Muktamar ini sendiri selain memilih pengurus ICMI pusat periode 1995-2000 juga akan menilai laporan pertanggungjawaban, Ketua Umum/Pengurus ICMI Pusat periode 1990-1995. Selain itu juga untuk menyempurnakan Anggaran Rumah tangga, pedoman-pedoman pokok, kebijakan dan program kerja nasional ICMI periode 1995-2000 serta memilih tempat pelaksanaan Muktamar III dan Simposium Nasional tahun 2000.

Pembukaan Muktamar selain dihadiri Ibu Tien Soeharto, Wakil Presiden dan Ibu Try Sutrisno juga mantan Wakil Presiden Umar Wirahadikusuma dan Sudharmono.

Muktamar dan Simposium Nasional ini dihadiri kurang lebih 1.200 peserta berasal dari seluruh Indonesia dan wakil dari luar negeri.

Tak Berkaitan

Sementara itu, Menristek BJ Habibie menyatakan, pembicaraannya dengan Presiden Soeharto Rabu malam di Cendana tidak berkaitan dengan muktamar ICMI. Apa yang dilaporkannya kepada Kepala Negara semua berkaitan dengan tugas­-tugasnya sebagai pembantu Presiden. Namun Pak Harto sempat menanyakan bagaimana dengan Muktamar ICMI. Saya jawab,

“semua berjalan lancer.” kata Habibie ketika dicegat wartawan seusai berembuk dengan sejumlah elite ICMI di sebuah kamar di Hotel Indonesia Jakarta, Rabu tengah malam.

Wartawan mempertanyakan kepada Habibie kenapa dia tidak hadir pada malam perkenalan peserta Muktamar II ICMI di Bali Room Hotel Indonesia Rabu malam itu. Padahal dalam buku panduan acara. Habibie selaku Ketua Umum ICMI disebutkan akan hadir dan memberikan sambutannya. Malah panitia muktamar menyatakan, Habibie baru akan datang sekitar pukul 22.00 WIB.

Namun kenyataannya Habibie tidak muncul sampai malam perkenalan ditutup. Dia baru muncul beberapa menit setelah peserta meninggalkan mang acara.

“Saya tidak hadir pada acara malam perkenalan karena baru saja melapor kepada Bapak Presiden tentang pembicaraan saya dengan PM Malaysia Mahathir Muhammad di Langkawi Malaysia tadi.” kata Habibie.

Ia menyatakan baru saja datang dari Malaysia dan langsung melapor kepada Presiden Soeharto tentang hasil pertemuannya dengan Mahathir menyangkut upaya meningkatkan kerja sama di bidang sumberdaya manusia. Selain itu, katanya, dia juga melaporkan tentang rencana peresmian bandara Hang Nadim, Batam tanggal 11 Desember dan persiapan eksebisi di Thailand.

“Jadi kedatangannya saya ke Pak Harto tak ada hubungan dengan Muktamar ICMI.”  katanya.

Sumber : SUARA PEMBARUAN (07/12/1995)

________________________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 763-766.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.