ABRI YAKIN, PASCA PAK HARTO MUNCUL PEMIMPIN BERKUALITAS[1]
Jakarta, Media Indonesia
Kepala Staf Sosial Politik (Kassospol) ABRI Letjen TNI Syarwan Harrlid mengemukakan keyakinannya bahwa pasca Pak Harto nanti akan muncul pemimpinpemimpin berkualitas.
“Dari kacamata ABRI tidak ada masalah. Apa yang harus kita sangsikan? Mungkin, figur yang sehebat beliau (Pak Harto) belum muncul, tetapi untuk munculnya perrlimpin berikutnya tidak kita sangsikan.” kata Syarwan Harrlid, usai berbicara di depan para peserta Orientasi Juru Kampanye Nasional Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, kemarin.
Kepada Kassospol ABRI, wartawan menanyakan tanggapan terhadap pernyataan Ketua Umum ICMI Prof. BJ Habibie sehari sebelumnya.Menurut Habibie, bangsa Indonesia tidak perlu pesimis dan prihatin terhadap kesinambungan kehidupan politik pasca Pak Harto.
“Tidak ada alasan untuk meragukan jika Mandataris MPR dan Tokoh 45 itu (Pak Harto) sudah tidak ada lagi. Sebab yang abadi dari Generasi 45 bukan tubuhnya, bukan keberadaannya, tetapi jiwanya.” kata Habibie (Media.5/12).
Sebelumnya, menjawab pertanyaan peserta Orientasi Juru Kampanye Nasional PPP. Kassospol mengatakan,
“Memang, kita belum tahu era pasca Pak Harto, karena hingga kini Pak Harto yang memiliki legitimasi kepemimpinan yang kuat dan tangguh. Tapi, bukan berarti tidak akan muncul kepemimpinan yang baru dan kuat pula sesudahnya.”
“Bagaimana agar pemikiran pasca Pak Harto tetap berjalan?” tanya wartawan.
“Kita berjalan dengan GBHN. SayakiraPancasiladan UUD 1945 bukan milik satu generasi. Ini milik bangsa Indonesia, selamanya. Tuntunan kita Pancasila dan UUD 1945, dijabarkan dalam GBHN. Ini yang menjadi acuan-acuan dalam konsep pembangunan.” kata Kassospol.
“Apakah format politik seperti sekarang ini bisa dijalankan setelah Pak Harto?” tanya wartawan lagi.
“Pada dasarnya format disesuaikan dengan perkembangan keadaan. Konsepkonsep politik tidak akan fixed apalagi operasionalisasinya. Operasionalisasi sangat sesuai dengan situasi. Format besarnya tetap mengacu pada Pancasila dan UUD 1945, itu tidak kita ubah, tapi penjabarannya perlu disesuaikan. Kalau tidak, nanti tidak akan valid dalam menjawab tantangan.” katanya.
“Jadi, pasca Pak Harto tidak akan ada stagnasi?”
Terhadap pertanyaan itu, Syarwan menjawab,
“Kita tak bisa mengatakan seperti dua kali dua sama dengan empat. Pasti ada saja persoalan. Sekarang pun ada, tapi secara arus makro dapat dikendalikan.”
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum DPP PPP Buya Ismail Hasan Metareum menyatakan sependapat dengan Habibie.
“Saya juga tidak pesimis. Soal kepemimpinan pasca Pak Harto, saya yakin akan muncul putra terbaik bangsa yang mampu menjamin kesinambungan pembangunan.”
Ketika ditanya siapa putra terbaikitu, Buya mengatakan,
“Sekarang ini belum ada, karena masih ada Pak Harto.”
Namun, lanjutnya, Indonesia memiliki banyak kader pemimpin bangsa, sehingga soal suksesi kepemimpinan nasional tidak perlu diragukan, karena pasti ada calon yang lebih baik dari yang lain untuk menjabat Presiden. “Saya juga yakin dalam suksesi nanti tidak akan ada guncangan.” tambah Buya.
Menanggapi masalah serupa, Bung Harmoko mengatakan, sebagai Ketua Umum DPP Golkar pihaknya tidak pernah risau dan tidak pernah galau.
“Mengapa harus risau.” katanya.
Ia mengingatkan, sistem dan mekanisme kepemimpinan nasional selama ini sudah berjalan dengan baik dan mantap. Selain itu, pemerintahan Orde Baru tidak pernah mengembangkan kultus individu. “Apalagi Pak Harto sendiri tidak suka dikultuskan,” katanya.
Harmoko juga mengemukakan. Pak Harto tidak pernah memikirkan untuk menyiapkan putra mahkota. Sejak dulu Pak Harto juga tidak pernah risau dan galau dalam menghadapi sistem demokrasi Pancasila.
“Pak Harto selaku pemimpin, lebihlebih beliau sebagai bapak bangsa dan bapak pembangunan nasional, menyerahkan sepenuhnya kepada kualitas dan prestasi generasi setelah beliau.” paparnya, seraya mengingatkan, persoalannya adalah, bangsa ini harus mampu melakukan suksesi damai.
“Dapatkah suksesi itu berjalan damai?”
Pengamat politik Maswadi Rauf juga mempertanyakan hal tersebut.
Dia bertanya,
“Apabila Pak Harto tidak bersedia dipilih kembali, apakah kita mampu memilih Presiden baru tanpa berkelahi apalagi pertumpahan darah?”
Sumber : MEDIA INDONESIA (06/12/1996)
_____________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVIII (1996), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal 31-32.