1973-09-04 Presiden Soeharto Kecam “Jor-Joran Monopolis” dan “Pengkotak-Kotakan Rakyat”

Presiden Soeharto Kecam “Jor-Joran Monopolis” dan “Pengkotak-Kotakan Rakyat”

Buka Munas Golkar I, Resmikan Karangkates dan Tinjau BUUD Sumber Pucung[1]

SELASA, 4 SEPTEMBER 1973 Presiden Soeharto membuka, Munas Golkar I di Surabaya. Dalam pidato sambutannya Kepala Negara mengatakan bahwa pembinaan kesadaran politik merupakan kesadaran dan tanggungjawab bersama, dan bukan hanya urusan partai politik, Golkar dan Pemerintah saja. Pada kesempatan itu pula Presiden Soeharto mengecam “jor-joran monopolis”, mengkotak-kotakkan rakyat, dan menghimpun massa sebanyak-banyaknya hanya untuk kepentingan partai atau pimpinan saja, seperti yang dipraktekkan pada masa lalu. Juga dikatakan bahwa fanatisme terhadap golongan sendiri tidak akan mampu memantulkan kepentingan seluruh rakyat, dan malah akan menjadi bahan pemisah komunikasi antar golongan dan masyarakat. Demikian Presiden Soeharto.

Sementara itu, siang ini Presiden telah meresmikan PLTA Karangkates, Jawa Timur. Pada kesempatan itu Presiden mengatakan bahwa perhatian kita untuk memelihara apa yang telah dibangun masih sangat kurang. Dikatakannya bahwa membangun itu tidak hanya berarti membuat yang baru, melainkan juga berarti memelihara apa yang sudah dibangun itu. Dan pemeliharaan itu menjadi tanggungjawab bersama, baik instansi pemerintah yang bersangkutan maupun masyarakat luas.

Kepala Negara juga mengungkapkan bahwa dalam Pelita I ini lebih dari 9% anggaran pembangunan disediakan untuk bidang kelistrikan, yaitu sekitar 100 milyar rupiah. Dalam Pelita yang pertama ini kita berusaha menaikkan kapasitas perlistrikan kita. Untuk itu banyak kegiatan yang harus dilakukan, yaitu rehabilitasi, pembangunan-pembangunan baru, perbaikan-perbaikan organisasi, dan penelitian-penelitian yang mendalam mengenai rencana pengadaan listrik dan keadaan tarifnya agar terjangkau oleh masyarakat.

Sebelumnya, pagi ini Presiden telah pula meninjau dua BUUD, yaitu Sumber Pucung I dan II, lebih kurang 17 kilometer dari Malang. BUUD tersebut menggunakan bibit padi lokal, yaitu PB5. Di sini Presiden kembali menganjurkan agar para petani di tempat-tempat lain mau mencoba menggunakan bibit PB5, karena bibit unggul lokal ini dapat tumbuh dengan baik sampai pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. (AFR)



[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978”, hal 49. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta, Tahun 2003.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.