Presiden Soeharto Harapkan MPR-DPR mampu Saring Hati Nurani Rakyat[1]
SABTU, 1 OKTOBER 1977 Pagi ini telah diperingati hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, dimana Presiden Soeharto bertindak sebagai inspektur upacara. Dalam upacara itu telah dibacakan naskah Pancasila oleh Ketua MPR Idham Chalid, dan Pembukaan DUD 1945 oleh Menteri P dan K Sjarif Thajeb. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan dan penandatanganan ikrar oleh Ketua DPR yang diwakili oleh H Moh Sudjono. Setelah upacara resmi selesai, Presiden Soeharto beserta undangan lainnya meninjau sumur yang dua belas tahun lalu dijadikan tempat pembuangan jenazah para Pahlawan Revolusi setelah disiksa dengan sangat kejam.
Presiden Soeharto menyatakan harapannya agar MPR dan DPR benar-benar menjadi lembaga yang mampu menampung dan menyaring suara hati nurani rakyat. Dengan demikian, segala aspirasi rakyat, segala keinginan dan harapannya, mungkin juga kekecewaan dan kegelisahannya, dapat ditampung dan disalurkan secara demokratis dan konstitusional dalam lembaga-lembaga tersebut. Demikian dikatakan Presiden Soeharto dalam upacara pengambilan sumpah/janji anggota DPR/MPR di Jakarta hari ini.
Presiden Soeharto menunjuk Menteri P dan K Sjarif Thajeb sebagai Menteri Luar Negeri a.i., dan Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono sebagai Menteri Penerangan a.i. Penunjukan yang mulai berlaku hari ini dilakukan sehubungan dengan telah resminya Adam Malik dan Mashuri SH diangkat sebagai anggota DPR/MPR. Hal ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku, yang menyatakan bahwa jabatan sebagai anggota DPR tidak dapat dirangkap dengan jabatan sebagai menteri. (AFR).
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978”, hal 545. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta, Tahun 2003.