Presiden Soeharto: ABRI Harus Dorong Tumbuhnya Demokrasi Pancasila[1]
SENIN, 5 OKTOBER 1980 Presiden dan Ibu Soeharto pagiĀ ini menghadiri acara peringatan hari ulang tahun ABRI ke-36 yang dipusatkan di Cilegon, Jawa Barat. Bertindak sebagai Inspektur Upacara, dalam amanatnya Presiden antara lain mengatakan bahwa dengan segala masalah dan tantangan yang dihadapinya, Republik Proklamasi dapat tetap tegak seperti sekarang ini, antara lain adalah berkat pengawalan yang setia dari ABRI. Di sana-sini dalam sejarah pertumbuhannya, ABRI memang pernah mengalami berbagai luka pada tubuhnya. Namun secara keseluruhan ABRI tetap utuh dan setia kepada Pancasila dan UUD 1945, melindungi rakyat dan membentengi negara dari segala macam ancaman.
Selanjutnya dikatakan oleh Kepala Negara bahwa jika ABRI tetap utuh sampai sekarang, maka kekuatan pokok keutuhan itu adalah kesetiaan ABRI pada cita-cita rakyat, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan. Jika ABRI berhasil menunaikan panggilan tugasnya membela keselamatan rakyat dan melindungi kedaulatan negara, maka kekuatan pokoknya adalah kemanunggalan ABRI dan rakyat. Dengan kemanunggalan ABRI dan rakyat, dan dengan melaksanakan dwi-fungsinya, maka peranan dan kegiatan ABRI sebagai pejuang dan prajurit harus sekaligus merupakan pengamalan Pancasila dalam mewujudkan keadilan sosial bagai seluruh rakyat Indonesia.
Dalam rangka ini, demikian ditegaskan Presiden, maka peranan ABRI sebagai pejuang dan sebagai prajurit tidak akan meluncur pada kekuasaan yang militeristis, otoriter atau totaliter. Sebaliknya, ABRI justru berjuang untuk ikut mendorong pertumbuhan kehidupan Demokrasi Pancasila dan kehidupan konstitusional berdasarkan UUD 1945. Demikian Presiden. (AFR)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 29 Maret 1978 – 11 Maret 1983”, hal 475-476. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta, Tahun 2003.