ABRI DJADI SASARAN KRITIK KARENA TURUT SUKSESKAN KABINET [1]
Djakarta, Angkatan Bersendjata
Ketua MPRS Djenderal Nasution menjatakan bahwa ini logis kalau ABRI mendjadi sasaran utama kritik2 jg semakin memburuk karena ABRI dan chususnja TNI-AD turut bertanggungdjawab atas suksesnja Kabinet Ampera.
Tetapi harus disadari, demikian Pak Nas, kritik terhadap ABRI itu adalah dua matjam, jakni bersifat lawan dan kawan. Kritik di lantjarkan oleh sisa2 Orla jang memang tidak setudju atas pengkaryaan ABRI.
Sedangkan kritik jang bersifat kawan, adalah kritik2 jang beriktikad baik jang datang dari seteman Orba, dari patriot2 jang ingin menjumbang demi suksesnja pengkaryaan ABRI sebaik -baiknja.
Dwi fungsi ABRI tak perlu diperdebatkan lagi Menurut Djenderal Nasution, dwi fungsi ABRI sebagai alat Hankam dan alat revolusi tidak perlu diperdebatkan lagi, karena hal itu sudah mendjadi ketentuan sedjarah dan ketentuan konstitusionil.
Memang ada jang taktis menjerangnja, sebagai PKI cs dulu dan ada jang setjara prinsipil sebagai penganut-penganut demokrasi Barat/liberalisme, atau mereka jang tidak mengenal perdjoangan RI dari sedjak 1945.
Peristiwa-peristiwa tahun 50 an berupa pergolakan jang menentukan terhadap dwi fungsi ABRI telah dilalui dengan pembajaran biaja jang amat mahal, berupa djiwa dan raga.
Peristiwa2 tahun 50 an itulah jang telah menentukan landjut atau tidaknja dwi fungsi ABRI jang setjara defacto diamalkan selama perang kemerdekaan jaitu sebagai pembina Hanra Semesta, dan sebagai suatu kekuatan sosial revolusi 45.
Dwi fungsi ABRI tu djuga telah ditentukan oleh perdjoangan TNI melawan dua front jaitu front Junta Militer dan front Liberal/Depolitisasi TNI. (DTS)
Sumber: ANGKATAN BERSENDJATA (09/06/1967)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 518-519.