ABRI HARUS TERUS MENERUS GAIRAHKAN DINAMIKA DAN KREATIVITAS MASYARAKAT

ABRI HARUS TERUS MENERUS GAIRAHKAN DINAMIKA DAN KREATIVITAS MASYARAKAT

 

 

PRESIDEN:

Presiden Soeharto menegaskan, tugas ABRI bukan saja mencegah terjadinya gejolak-gejolak yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, melainkan juga harus terus menerus menggairahkan dinamika dan kreativitas masyarakat dalam mencapai tingkat kemandirian di segala bidang menjelang akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21.

Kepala Negara menandaskan hal itu dalam amanatnya pada upacara Prasetya Perwira ABRI tahun 1985 di halaman Istana Merdeka Jakarta Sabtu pagi.

Prasetya Perwira (Praspa) adalah suatu upacara pelantikan serta pengambilan sumpah perwira lulusan akademi angkatan/polisi oleh Presiden RI.

Presiden mengatakan, agar ABRI dapat terlaksanakan tugas-tugas tersebut sebaik-baiknya, maka ABRI perlu terus menerus mengkonsolidasikan diri dan makin menyempurnakan diri.

ABRI perlu terus menerus memperdalam kemahiran profesionalnya dan memperkukuh jiwa kejuagannya, kata Kepala Negara.

Ia mengingatkan, “Di tingkat nasional pelaksanaan tugas-tugas ABRl itu digariskan arah dan kebijaksanaannya oleh pimpinan ABRI. Namun pelaksanaannya di lapangan dan di tengah-tengah masyarakat, menjadi tanggung jawab para perwira remaja yang hari ini memulai pengabdian tugasnya kepada bangsa dan negara”.

Karena itu kata Kepala Negara, dalam melaksanakan tugas sehari-hari maka setiap perwira remaja harus selalu mendasarkan diri pada kerangka besar semangat, arah dan sasaran pembangunan nasional.

Presiden mengatakan, setiap perwira remaja mengemban dua tugas pengembangan yaitu pengembangan diri serta memberikan pengabdian pada masyarakat sekitarnya.

Menurut Presiden, para perwira remaja perlu mengembangkan dirinya, karena memang apa yang diperoleh mereka selama ini baru merupakan bekal ilmu serta dasar-dasar kemahiran prajurit profesional dan asas-asas jiwa kejuangan yang masih harus dilaksanakan dan dibuktikan di lapangan.

Ia mengemukakan, para perwira remaja perlu berusaha untuk memberikan sumbangan pengabdian kepada masyarakat di sekitar tempat tugasnya karena memang demikianlah fungsi stabilisator dan dinamisator yang diemban ABRI secara menyeluruh.

Presiden mengingatkan agar dalam melaksanakan seluruh tugas itu tetap memegang teguh “obor api semangat 45”.

Kemanunggalan ABRI

Pada bagian lain amanatnya, Presiden mengatakan, zaman memang telah berubah dan akan terus berubah. Proklamasi kemerdekaan dan perang kemerdekaan hanya terjadi sekali dalam sejarah.

Namun ada satu hal yang sangat mendasar yang tidak bisa berubah karena hal itu merupakan sumber kekuatan ABRI dan menjadi watak ABRI. Yang tidak bisa berubah dan tidak boleh berubah itu ialah kemanunggalan ABRI dengan rakyat, kata Presiden.

Ini berarti bahwa kemampuan kepemimpinan yang harus dimiliki oleh perwira ABRI harus ditujukan supaya tugas pertahanan keamanan dan tugas-tugas sosial politiknya dapat dilaksanakan dengan baik dan didukung oleh rakyat.

Presiden mengatakan, dalam tugas-tugas sosial politik peranan ABRI adalah sebagai stabilisator dan dinamisator ialah sebagai kekuatan bangsa yang memelihara kesinambungan pembangunan dan kekuatan yang mendorong pembangunan bangsa dalam arti yang seluas-luasnya.

“Hubungan kejiwaan yang sangat erat antara ABRI dan rakyat inilah yang kita maksudkan sebagai jiwa kejuangan” kata Presiden.

Ia mengingatkan, dalam melaksanakan tugas-tugas nyata dari hari ke hari para-perwira remaja harus dapat menyelesaikan tugasnya dengan kemahiran profesional serta kearifan dan pengabdian sebagai pejuang.

“Citra ABRI di mata masyarakat akan dinilai dari pelaksanaan tugas nyata dari waktu ke waktu”.

Presiden mengatakan, rakyat telah mempercayai dan menugasi ABRI mengemban tugas-tugas dwi fungsi. Karena itu tugas-tugas ini harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan dengan rasa tanggung jawab sebesar-­besarnya.

Dengan kemanunggalan ABRl dan rakyat maka ABRl dapat melaksanakan tugasnya dengan baik mengantarkan dan mengamankan rakyat dalam mencapai kemajuan dan kesejahteraan yang berkeadilan sosial dalam masyarakat Pancasila, demikian Presiden Soeharto.

Upacara Prasetya Perwira itu dihadiri Ibu Tien Soeharto, Wakil Presiden dan lbu Umar Wirahadikusumah, para menteri Kabinet Pembangunan, pimpinan lembaga tinggi/tertinggi negara serta korps diplomatik.

Presiden selaku inspektur upacara melantik 543 perwira ABRI baru terdiri dari 254 dari Angkatan Darat, 64 TNI-AL, 66 TNI-AU dan 159 dari Kepolisian.

Pada kesempatan itu, Presiden Soeharto menyematkan tanda pangkat Letnan Dua secara simbolik kepada empat perwira baru yang mewakili dari lulusan akademinya masing-masing.

Mereka itu adalah lulusan terbaik yang menerima tanda penghargaan Adhi Makayasa, yakni Letda Inf, I Made Agra Sudiantara dari Akmil (AD), Letda Laut (T) Mulyadi dari AAL, Letda Tek Suwandi Mihmja dari AAU, dan Letda Pol Sigit Sudarmanto dari Akademi Polisi.

Upacara berlangsung khidmat di halaman Istana Merdeka yang pagi itu bercuaca cerah dihadiri pula oleh para orang tua perwira remaja baru termasuk pacar-pacar mereka. (RA)

 

 

Jakarta, Antara

Sumber : ANTARA (28/09/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 209-211.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.