ABRI TIDAK BOLEH LENGAH

ABRI TIDAK BOLEH LENGAH [1]

 

Djakarta, Angkatan Bersenjata

Kursus reguler ke III Lembaga Pertahanan Nasional jang diikuti oleh 52 orang peserta, Senin pagi telah dibuka resmi oleh Presiden Soeharto selaku Menteri Pertahanan Keamanan bertempat di aula Garuda Lemhanas, Letdjen Sumitro, Pangau Laksamana (U) Rusmin Nurjadin, Pangad Djen M. Panggabean, Mentraskop M. Sarbini, Men Kehakiman Prof Oemar Senoadji SH serta para undangan lainnja.

Menteri Pertahanan Djenderal Soeharto dalam pidato pembukaan pada kursus Reguler Lemhanas ke III hari Senin di Kebon Sirih 20, telah memberikan garis2 besar tugas Lemhanas dalam hubungannja dengan Pelita, tugas Hankam, Dwi Fungsi ABRI, peranan ABRI, aspek luar negeri dsb.

Sesuai dengan skala prioritas Nasional jang telah ditetapkan maka menuntut Menhankam dalam Pelita ini HANKAMNAS membatasi daripada bidang konsepsionil, konsolidasi dan sosialiasi kekuatan serta penjempurnaan rivermission. Walaupun demikian sebagai alat pertahanan keamanan ABRI tidak boleh lengah.

Dalam hubungan ini Djenderal Soeharto menegaskan bahwa dengan ABRI merupakan unsur mutlak sehingga wudjud persatuan dan kesatuan pimpinan dan kesadaran tindak.

Semua alam pikiran maupun tindakan jang djustru dapat membawa disintegrasi harus dihindarkan djauh2. Di bidang konseptional harus diusahakan adanya perpaduan jang serasi antara strategi hankam dengan strategi Sosial, walaupun di bidang pengendalian operasionilnja diadakan pemisahan.

Usaha Penertiban Dalam Tubuh Sendiri

Selandjutnja Menteri Hankam menjatakan bahwa integrasi ABRI harus diikuti dengan tindakan penertiban ke dalam tubuh kita sendiri baik penertiban adminitratif maupun penertiban disiplin dari seluruh anggota ABRI.

Dalam hal ini Menteri Hankam menjatakan kejakinannja bahwa dengan penertiban itu kita akan lebih tjepat mentjapai sasaran2 pembangunan HANKAMNAS.

Kritik Tadjam dan Membangun Harus Dihargai

Rintisan ABRI selama ini terutama setelah pergantian dari Orla kepada Orba ini dikatakan oleh Menteri HANKAM djustru untuk mengembalikan ketahanan nasional dibidang politik dan ketatanegaraan agar terwudjud stabilisasi nasional jang dinamis, bukan sadja buat sekarang tapi jang akan datang.

Disamping keteguhan hati berpidjak tudjuan dan sumbangan ABRI bagi stabilisasi nasional tadi, maka kritik tadjam dan membangun senantiasa harus dihargai dan diterima dengan penuh kebesaran djiwa, karena kritik2 jang djujur dan membangun merupakan sumber2 kekuatan dan berkembang serta mendjunjung tinggi prinsip demokrasi.

ASEAN Untuk Djamin Stabilitas Wilajah

Sedjalan dengan usaha kita mendjamin suksesnja Pelita maka perdamaian dunia adalah kepentingan kita jang utama. Dalam rangka inilah Djenderal Soeharto mendjatakan bahwa kita telah merintis terwudjudnja Perhimpunan Bangsa2 Asia Tenggara (ASEAN), untuk mendjamin stabilitas di wilajah ini, sehingga bangsa2 di wilajah ini dapat mempercepat proses pembangunan.

Pembangunan jang mendatangkan kesedjahteraan rakjat merupakan bagian dari unsur2 ketahanan nasional masing2.

Khusus ke III ini akan berlangsung selama 8 bulan sedangkan dari djumlah peserta tsb 35 orang dari ABRI dan 17 orang lainnja dari pedjabat2 sipil berbagai instansi/departemen. Dosenl infrastruktur jang akan memberikan tjeramah kuliah pada lembaga tsb selain dari ABRI djuga dari UGM, UI, UNPAD, jang kesemuanja berjumlah 61 orang. (DTS)

Sumber: ANGKATAN BERSENDJATA (03/06/1968)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 372-373.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.