ACARA2 DILAKUKAN SECARA PROTOKOLER DAN WARTAWAN TIDAK BEBAS BERGERAK

ACARA2 DILAKUKAN SECARA PROTOKOLER DAN WARTAWAN TIDAK BEBAS BERGERAK

Disela-sela Kunjungan Presiden Soeharto di Pakistan

Oleh : Prihatin Sudiyono

Tepat jam 10.00 waktu setempat, tanggal 1 Desember 80, Presiden dan lbu Tien Soeharto naik ke tangga pesawat DC-10 Garuda Irian Jaya, setelah terlebih dahulu pamitan kepada Presiden Pakistan Zia-ul-Haq dan Begum Zia-ul-Haq serta para pejabat Pakistan lainnya.

DC-10 Garuda tinggal landas meninggalkan bumi Pakistan menuju ke India. Penerbangan Karachi-New Delhi kira2 2 jam. Dua jam dalam pesawat ini dimanfaatkan oleh Mensekneg Sudharmono untuk memberi keterangan pers tentang hasil kunjungan Presiden Soeharto ke Pakistan. Yang pokoknya kunjungan itu telah berhasil lebih meningkatkan hubungan antara rakyat Pakistan dan rakyat Indonesia.

Tiba di New Delhi

Tiba di lapangan New Delhi, Presiden dan lbu Tien Soeharto disambut oleh Presiden India dan Nyonya Sanjiva Reddy, Perdana Menteri India, Ny. Indira Gandhi serta para pejabat pemerintahan.

Suasana penyambutan dilaksanakan dengan sangat protokoler resrni. Dentuman meriam 21x terdengar ketika pintu pesawat yang membawa Presiden Soeharto terbuka, Presiden dan Ibu Tien Soeharto menuruni tangga.

Di bawah pesawat telah menunggu Presiden India dan Nyonya serta PM Ny. Indira Gandhi. Setelah berjabat tangan langsung Presiden India Sanjiva Reddy menuju ke mimbar kehormatan. Sedangkan Ibu Tien Soeharto dipersilahkan duduk di tempat yang sudah disediakan.

Wartawan tidak bisa bebas bergerak. Untuk wartawan potret telah disediakan tempat khusus semacam tangga berukuran panjang di kanan kiri mimbar kehormatan. Wartawan tulis silahkan tunggu di luar garis, yang dibuat oleh para petugas dengan merentangkan tali.

Setelah diadakan sambutan resrni oleh Presiden Reddy kemudian Presiden menyampaikan sambutan balasannya.

Dinyatakan oleh Presiden Soeharto, bahwa ia dan rombongan tidak merasa sebagai tamu tetapi betul2 merasa sebagai saudara terhadap seluruh rakyat India.

Ibu Tien Soeharto setelah mengadakan peninjauan keliling yang makan waktu kira2 30 menit itu, menyatakan penghargaannya atas ide tuan Shangkar yang dengan Museum Bonekanya ini dapat menambah pengetahuan anak2 terhadap kebudayaan antara lain cara berpakaian dari negara2 lain.

Untuk melengkapi Museum Boneka tsb, Ibu Tien Soeharto memberikan hadiah 7 pasang boneka dengan berbagai pakaian adat yang ada di Indonesia, misalnya pakaian adat Jawa, Sumatera, Sulawesi dan lain2, dan satu kotak kaca berukuran besar berisi boneka Ramadan Shinta.

Malam harinya diadakan acara Makan Malam Kenegaraan oleh Presiden India untuk menghormati Presiden dan Ibu Tien Soeharto. Kalau di Pakistan Presiden Zia memanggil hampir seluruh rombongan termasuk wartawan untuk ikut dalam State Banquet yang diadakan di Benteng Lahore, masuk State Banquet di India ini hanya rombongan resmni saja yg diundang, yaitu Presiden dan Ibu Tien Soeharto para Menteri dan pejabat tinggi saja. Wartawan boleh bebas. Tapi mau kemana.

Di India toko2 maupun shopping centre tutup pada sekitar jam 18.30. Tapi wartawan tidak kaget karena sejak di Jakarta sebelum berangkat, Pak Joop Ave, itu kepala protokol kepresidenan sudah memberi tahu bahwa di India pada malam hari "nothing can do".

Makam Ghandi & Museum Nehru

Dengan acara berziarah ke makam Mahatma Gandhi. Makam Gandhi ini terletak di luar kota New Delhi kira2 15 menit dari pusat kota berkendaraan berupa batu manner hitam berukuran panjang Iebar kira 1,5 m, panjang 1,5 m dan tinggi 0,5 ma terletak di tengah2 halaman yang luas ditumbuhi rumput hijau. Halaman ini dikelilingi dengan tembok kira2 setinggi 3 m, di atas tembok ditumbuhi pohon/tanaman.

Di sebelah pintu masuk makam terdapat semacam museum kecil tempat menyimpan barang2 peninggalan Mahatma Gandhi antara lain berupa tasbih, gamparan (sandal terbuat dari kayu), serta pakaian yang tertembus peluru. Seperti diketahui Mahatma Gandhi wafat karena ditembak orang.

Tidak ketinggalan buku2 yang banyak jumlahnya. Mahatma Gandhi terkenal dengan anjurannya untuk berswadeshi, memenuhi kebutuhannya sendiri. Hingga saat ini anjuran Gandhi itu tetap dilakukan oleh pemerintah India.

Museum Nehru adalah tempat tinggal PM Nehru pada waktu itu. Sebuah bangunan rumah bertingkat yang sangat luas dengan halaman yang luas pula. Di Museum Nehru ini disimpan misalnya saja barang2 hadiah dari berbagai negara kepada PM Nehru, foto2 koleksinya, serta barang2 yang dulunya dipergunakan oleh

Nehru. Beberapa bagian misalnya ruang ketja dan lain2 dalam keadaan seperti semula tidak berubah. Juga pengunjung museum ini dapat mendengar kembali suara almarhum Nehru.

Dalam kunjungan ke makam Mahatma Gandhi serta ke Museum Nehru, Presiden dan Ibu Tien Soeharto didampingi oleh Wakil Presiden India Shri Vikram Mahajan dan Shrimati Madhu Mahajan.

Sepanjang jalan antara lapangan terbang sampai ke istana kepresidenan Rashrapati Bhavan tidak tampak adanya masa yang menyambut, semua berjalan seperti biasa, seakan akan India tidak sedang menerima tamu agung.

Lain halnya sambutan masa di Pakistan. Masa rakyat berdiri di sepanjang jalan sambil melambai­lambaikan bendera merah putih maupun bendera Pakistan, bahkan ada atraksi kalau di Jakarta yaa…semacam ondel-ondel begitu.

Tetapi hal ini tentu saja tidak membuat kecil hati kami para tamu, karena memang begitulah cara orang India menerima tamunya, sederhana seperti halnya kehidupan dan hidup mereka sehari-hari.

Menurut beberapa orang pemilik toko bahan pakaian, PM Ny. Indira Gandhi tidak pernah membeli bahan kwalitet halus untuk sarinya, ia selalu memakai sari dari bahan katun biasa yang harganya sekitar 70-100 rupee atau kira2 Rp 6.000 satu sari yang panjangnya 6 m. Demikian pula mobil yang dipergunakan, sangat sederhana, mobil buatan dalam negeri. Bentuknyapun sangat sederhana.

Selama 4 hari di India, penulis tidak melihat ada mobil mewah berseliweran di jalan. Apalagi taksinya, waah… ketinggalan zaman kata orang Jakarta. Mobil2 yang disediakan untuk para Menteri dari Indonesia juga siangnya diadakan pembicaraan empat mata antara Presiden Soeharto dan PM India Ny. Indira Gandhi. Sedangkan Menteri2 lain mengadakan pembicaraan dengan partnemya masing2.

Sore hari, Presiden dan Ibu Tien Soeharto menerima kunjungan kehormatan. Wakil Presiden India beserta istri. Jam 17.00 selesai kemudian dilanjutkan dengan acara lain. Presiden Soeharto mengadakan peninjauan ke Pusat Penelitian Pertanian dan Ibu Tien Soeharto ke Museum Boneka.

Sejarah dari pada Museum Boneka tsb adalah bermula dari ide seorang ayah. Ayah ini senang sekali membelikan boneka untuk anak perempuannya. Sebagai seorang wartawan dan penerbit surat kabar, ayah ini yaitu tuan Shangkar, sering pergi ke luar negeri, atau ke daerah2 lain di India.

Di setiap daerah atau negara yang dikunjungi ia selalu membeli boneka untuk anaknya. Boneka2 itu disimpan dengan baik dan rapi sehingga merupakan suatu koleksi yang menarik.

Melihat anaknya asyik bermain dengan boneka2 itu timbul pikiran bagi Shangkar, alangkah bahagianya anak2 lain, terutama anak2 dari keluarga miskin yang juga bisa bermain boneka seperti anaknya. Kemudian timbullah idenya untuk mendirikan Museum Boneka.

Saat ini, Museum Boneka itu terkumpul 6.000 boneka dari berbagai daerah di India dan juga dari berbagai negara. Umumnya boneka2 dari negara2 tersebut berpakaian nasional masing2 negara. Umumnya boneka2 dari negara lain merupakan hadiah dari para Duta Besar yang bertugas di India.

Siang hari itu Ibu Tien Soeharto menyaksikan peragaan pakaian tradisional India.

Peragawati2 cantik molek menari-nari di atas panggung sambil memamerkan busana tradisional wanita Punjab, dari India bagian utara, busana wanita Gujarat dari India bagian Barat, dari Kashmir dan lain2.

Umumnya wanita India senang pada warna2 yang menyolok seperti merah, hijau tua, biru benhur, kuning emas, lila tua dengan bahan mengkilat atau tipis sama sekali.

Kalau peragawati Indonesia memperagakan busana dengan berjalan lenggak-lenggok di atas pentas, maka para peragawati India dalam memperagakan busananya sambil berjingkrak-jingkrak, lari dan menari.

Ibu Tien Soeharto yang ditemani istri Presiden India nampak memperhatikan penuh antusias. Selesai peragaan para peragawati menyerahkan rangkaian bunga kepada Ibu Tien Soeharto juga memberikan karangan bunga kepada para peragawati sebagai ucapan terima kasih atas diadakannya peragaan busana tersebut.

Sore hari adalah peninjauan ke Pusat Pameran Dagang dan Industri India, kalau di Jakarta, ya…semacam Jakarta Fair. Tetapi di India ini lebih luas acaranya. Masing2 jenis dikelompokkan, misalnya jenis kerajinan tangan dikelompokkan dalam satu bangunan luas, karpet demikian juga. Pameran hasil kerajinan tangan dan produksi India ini diadakan secara periodik misalnya 3 atau 6 bulan sekali selama 3 minggu.

Kebetulan pada waktu Presiden beserta lbu Tien Soeharto berada di India, pekan Pameran Dagang dan lndustri sedang berlangsung. Dalam pameran ini juga diadakan penjualan dengan memberikan potongan harga antara 10-20 persen.

Presiden Soeharto dan lbu Tien mengadakan peninjauan sekitar satu setengah jam, tentu saja tidak semua paviliun bisa dikunjungi karena sempitnya waktu, sebab acara lain sudah menunggu. (DTS)

Pakistan, Berita Buana

Sumber: BERITA BUANA (12/12/1980)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 732-736.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.