ADA DJALAN LAMA, BARU DAN TENGAH DALAM PKI

Sekitar Penangkapan Besar2an di Sumatera Utara

ADA DJALAN LAMA, BARU DAN TENGAH DALAM PKI [1]

 

Medan, Kompas

Menjambung berita ditangkapnja 51 anggota TNI/AD dan 41 orang sipil di Sumatera Dtara baru2 ini, dapat ditambahkan lagi, bahwa penahanan itu dilakukan dalam waktu 16 hari, jakni dari tgl 12 s/d 28 September 1967.

Pangdam II Bukit Barisan Brigdjen Sarwo Edhie menamakan kedjadian itu sebagai “big catch” dimana diantara anggota2 tentara jg ditahan itu terdapat 3 perwira, 5 bintara, sedangkan selebihnja adalah tamtama.

Diantara mereka jg ditangkap terdapat seorang tamtama jg berhasil membunuh diri dengan djalan menggantung badannja.

Seorang tamatama lain dan seorang sipil djuga berniat melakukan hal demikian, tetapi usahanja dapat ditjegah. Pembunuhan diri itu diduga erat hubungannja dengan doktrin mereka jg berbunji “siapa buka rahasia harus mati”.

Djalan Lama, Baru Dan Tengah

Dalam rangka membangun kembali PKI di Sumatera Utara dan Indonesia umumnja, maka pengikut2 PKI itu terbagi dalam 3 aliran.

Aliran pertama jakni jg biasa disebut ” Djalan Lama” fanatik sekali pada Aidit dan berusaha membangun kembali PKI melalui pola2 lama, seperti Nasakom dsbnja.

“Djalan Baru, mutlak berpedoman kepada adjaran Marxisme, Lenisme dan merupakan pengikut setia dari rezim Peking. Sedang “Djalan Tengah” berusaha mengawinkan kedua aliran jg tersebut lebih dulu, tetapi nampaknja belum berhasil.

“Djalan Lama” dipimpin oleh Isnanto dengan pembantunja orang2 PNI seperti Idris dan Rasjidin Parwadi “Djalan Baru” diketuai oleh Mustafa Margolang dan Sjamirdan. Sedangkan “Djalan Tengah “mempunjai Menutama jg bernama Dharsono.

Komite Loksi Dan Sistim Tripandji

Selandjutnja dari keterangan Brigdjen Sarwo Edhie dapat disimpulkan, bahwa pelaksana2 lapangan gerpol itu berusaha mentjari kesatuan ABRI untuk digarap guna didjadikan komite lokal. Dalam mentjari kawan itu berlaku

sistim “one plus two out-out”, artinja tiap pelaksana mentjari 2 kawan untuk meneruskan perintah-perintahnja, tetapi keduanja tidak saling kenal mengenal (djadi serupa dengan sistim Tripandji jang pernah diuraikan di Kompas beberapa waktu jl. Red).

Penggarapan mereka atas kesatuan ABRI sudah demikian djauhnja hingga dalam batalion jang akan dikirim ke Kalimantan Barat untuk menumpas gerombolan komunis PGRS terdapat orang2nja-siap sedia menikam dari belakang.

Kesimpulan Brigdjen Sarwo Edhie adalah : oknum2 PKI berusaha membangun kembali partainja dan untuk itu mereka menginfil-trir ABRI.

Mental kader2 PKI demikian kuatnja hingga sukar dirubah. Selain itu siaran Radio Peking djuga memberi pengaruh moril pada mereka. (DTS)

Sumber: KOMPAS (1/10/1967)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 842-843.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.