ADHI KARYA WANODYATAMA UNTUK IBU TIEN SOEHARTO[1]
Jakarta Suara Karya
lbu Tien Soeharto akan dianugerahi penghargaan tertinggi “Adhi Karya Wanodyatama”. Penghargaan pertama dan satu-satunya yang diberikan oleh sekitar 45 juta wanita Indonesia ini akan diserahkan Presiden Soeharto, 20 April mendatang.
Penghargaan kepada lbu Negara ini menyongsong peringatan Hari Kartini, bertepatan dengan Dekade Kunjungan Indonesia (Dekuni) yang bertema-kan “Wanita dalam Pembangunan, Pemuda dan Olahraga”. Demikian disampaikan Meneg Urusan Peranan Wanita Mien Sugandhi, seusai melapor kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka, Jakarta, Senin.
Adhi Karya Wanodyakarya berasal dari bahasa Sansekerta.Adhi Karya artinya karya yang tak ternilai harganya dan Wanodyatama yaitu wanita yang utama. Atas penghargaan itu, lbu Tien yang menurut Mien, low profile. Hanya mengucapkan terima kasih. Namun lbu Tien ketika itu berpesan , “Saya tidak bisa menerimanya kalau belum diresmikan Kepala Negara”.
Sehubungan itu, Mien menghadap dan minta Kepala Negara untuk meresmikannya. Presiden menyatakan kesediaannya dan akan menyerahkan penghargaan itu. Menurut Meneg UPW, penghargaan ini sebenarnya sudah lama akan diberikan kepada lbu Negara .Dan secara kebetulan kini waktunya bertepatan dengan Dekuni yang bertema “Wanita Tien Soeharto”dalam Pembangunan, Pemuda dan Olahraga. Dalam tahun ini, wanita dalam pembangunan mengeluarkan kegiatan-kegiatan antara lain menyampaikan penghargaan kepada lbu Negara. Penghargaan itu ditegaskan Mien,diberikan tidak secara asal-asalan dan main main. Pilihan kepada lbu Tien dilakukan melalui kriteria yang ketat sekali. Kriteria itu antara lain menyangkut segi pribadi, sebagai seorang istri pendamping suami dan sebagai orang tua.
Bagaimana Ibu Tien melaksanakan tugas ketiga fungsi itu secara cermat telah dinilai. Termasuk dalam hal ini, segala ide dasar yang merupakan karya nyata Ibu Tien seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII), “Meski pun secara politis dulu ada yang kontra dan lain-lain. Akhimya, semua menikmati hasil karya Ibu Negara ini,” kata Mien. Keberhasilan lainnya Ibu Tien lanjut Mien, adalah membangun Taman Remaja, RS Bersalin Harapan Kita, RS Jantung dan Perpustakaan Nasional. Selain itu, panti panti asuhan dan kepeduliannya terhadap masalah-masalah kemanusiaan, mendorong kemajuan wanita, buruh, KB, lingkungan hidup, dan pembinaan remaja / generasi muda. Kriteria tersebut sebelumnya diperdebatkan dan akhimya diterima sekitar 45 juta wan ita Indonesia, terdiri dari 70 organisasi nasional yang terwadahi dalam Kowani, Dharma Wanita dan Dharma Pertiwi.
Bangga
Sementara itu, ketika memberi ceramah di hadapan Korps Wanita ABRI (Kowabri) di Mabes ABRI Cilangkap Jakarta Timur, kemarin Menteri UPW Ny Mien Sugandhi menyatakan kegembiraannya karena, keberadaan wanita sebagai anggota ABRI telah mendapatkan apresiasi yang positif dari anggota ABRI lainnya, dengan mendapat pengakuan dan perlakuan sesuai dengan kedudukan dan peran tanpa diskriminasi. Keberadaan Kowabri,menurut Mien Sugandhi telah dapat menunjukkan kualitas dan kemandirian yang tangguh, serta mempunyai semangat, dedikasi dan disiplin yang dapat diandalkan.
Sementara ABRI sendiri menyadari bahwa wanita adalah sumber daya yang besar yang perlu mendapat kesempatan untuk mengaktualisasikan diri dengan berperanserta di segala bidang pembangunan, termasuk di bidang pertahanan keamanan.
“Apabila diberi kesempatan, wanita juga mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab di bidang lainnya, misalnya sebagai anggota ABRI, dengan tetap memperhatikan kodrat, martabat dan harkat sebagai seorang wanita,” ujar Mien Sugandhi.
Keinginan wanita untuk dapat berperan di segala bidang tugas itu, menurut Menteri, harus dipacu oleh pribadi wanita masing-masing. “Jika wanita ingin mengubah nasibnya, ya wanita harus berani berjuang, berani maju dan berani menghadapi apapun bentuk tantangan,” kata Menteri UPW.(N-l/L-3)
Sumber: SUARAKARYA( 19/04/1994)
______________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 40-41.