AGAMA ISLAM PENTINGKAN KERJA KERAS, RESAPI PERJUANGAN NABI AGAR TIDAK MUDAH RESAH

AGAMA ISLAM PENTINGKAN KERJA KERAS, RESAPI PERJUANGAN NABI AGAR TIDAK MUDAH RESAH

Presiden Soeharto pada Peringatan Nuzulul Qur’an

Presiden Soeharto mengatakan agama Islam yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia sebenarnya mementingkan kerja.

"Bahkan bukan sekedar kerja akan tetapi kelja keras", kata Kepala Negara sewaktu memberikan sambutan pada peringatan Nuzulul-Qur’ an di Masjid Istiqlal Jakarta, Kamis.

Dalam pendahuluan sambutannya, Presiden Soeharto mengemukakan, bahwa Nuzulul Qur’an yang merupakan peristiwa turunnya ayat-ayat Al-Quran permulaan kepada Nabi Muhammad S.A.W. itu benar-benar merupakan tonggak sejarah yang penting dalam perkembangan dan kehidupan umat manusia.

Kalau kita merenungkan ajaran-ajaran Al-Quran dan rangkaian perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. untuk mewujudkan kehidupan dalam masyarakat, menurut Kepala Negara, renungan itu sungguh-sungguh akan membuat kita memiliki ketahanan mental untuk menghadapi berbagai ujian dalam kehidupan perjuangan kita.

Dengan menguraikan perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. tersebut, Kepala Negara mengajak umat Islam supaya merenungkan dan meresapinya agar tidak mudah resah dan gelisah dalam menghadapi keadaan yang belum sesuai dengan cita-cita kita,

"Kita jangan membayangkan bahwa jalan yang akan kita tempuh itu adalah jalan yang datar dan halus tiada hambatan dan rintangan. Justru banyaknya rintangan dan hambatan itu membuat kita makin yakin betapa luhur dan besarnya konsepsi-konsepsi dan gagasan kita itu, yang harus kita perjuangkan terus menerus tanpa mengenal istirahat apalagi henti", kata Presiden.

Kemudian pada kesempatan itu, Presiden Soeharto mengingatkan kaum muslimin Indonesia saatini mempunyai tanggungjawab dan peranan yang sangat besar dalam mensukseskan peljuangan bangsa Indonesia dewasa ini, yakni melaksanakan pembangunan bangsa untuk mencapai kemajuan lahir dan batin.

"Kita ditantang untuk membuktikan bahwa keberagaman kita bukanlah penghambat melainkan justru pendorong bagi kemajuan bangsa kita", kata Presiden. Untuk itu dia mengajak supaya tantangan tersebut dijawab, bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan nyata, Al-Qur’ an pun mengajarkan kepada kita untuk membangun lingkungan kita sebaik­ baiknya, untuk mewujudkan kemakmuran rakyat, kata Presiden.

Berbicara tentang pembangunan bangsa, Presiden mengatakan, karena masalahnya sangat majemuk dan kait mengkait, diperlukan ketekunan dan waktu. Lebih dari itu masih diperlukan pula kepercayaan kepada diri sendiri, yang tidak hanya didasarkan kepada modal alam dan modal manusia yang bisa diandalkan, melainkan juga kepada modal budaya dan modal rokhani.

Dalam hubungan ini, Presiden menandaskan, sebagai umat beragama, tentu saja kaum muslimin Indonesia mempunyai modal budaya dan modal rokhani itu, baik berupa nilai maupun norma-norma. Sebagai contoh, demikian penegasan kembali dari Kepala Negara, agama Islam sangat mementingkan kerja, bahkan bukan sekedar kerja akan tetapi kerja keras.

Selain itu agama juga mengajarkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, kebersamaan dan keramahan, norma-norma baik dan buruk, halal dan haram, dan masih banyak lagi.

Semua ajaran-ajaran agama itu, demikian Presiden, sangat diperlukan dan sangat penting untuk menentukan kelancaran dan keberhasilan pembangunan.

Akhirnya Kepala Negara menyatakan tentang pentingnya penghayatan agama, agar keberagamaan kita benar-benar melahirkan kekuatan moral dan rokhani dalam diri kita masing-masing.

Agama dan keberagamaan mempunyai tempat yang sangat penting dalam usaha kita untuk membangun manusia dan masyarakat Pancasila. Demikian Presiden. (DTS)

Jakarta, Suara Karya

Sumber: SUARA KARYA (01/08/1979)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 401-402.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.