AGROINDUSTRI SUMBANG PERTUMBUHAN TERTINGGI[1]
Jakarta, Antara
Industri pedesaan dan agroindustri merupakan dua kegiatan yang memberikan sumbangan paling tinggi bagi pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mencapai setidaknya enam persen pada awal Repelita VI.
Kedua kegiatan tersebut bisa memberikan sumbangan pertumbuhan tertinggi antara lain karena keterkaitannya antara hulu-hilir dan proses transformasi struktural di sektor ketenagakerjaan, kata anggota DPR Drs. Bomer Pasaribu usai menghadiri pidato kenegaraan Presiden Soeharto pada sidang paripurna DPR di Jakarta, Senin.
Kegiatan agroindustri menurutnya berpijak pada sektor pertanian dan industri, sedangkan tingkat pendidikan di sektor ini tidak dituntut segera berlipatganda. Itu berarti proses dari pertanian ke industri melalui jalan tengah yang lebih moderat.
Dia menjelaskan, semua hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan bisa diserap langsung oleb agroindustri dan industri pedesaan tanpa harus ada yang hilang nilai tambahnya.
Hasil industri pedesaan dan agroindustri, menurut anggota Dewan ini bukan saja ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang diharapkan meningkat, tapi juga memperkuat komposisi ekspor non migas.
Bomer berpendapat, agroindustri, industri manufaktur, elektronika, industri canggih dewasa ini mempunyai prospek cerah. Tapi yang paling segera mempunyai prioritas tertinggi adalah agroindustri, mengingat pendidikan pekerja saat ini 70-80 persen terdiri tamatan SD.
“Karena itu pekerja pada tingkat ini masih bisa ditingkatkan ketrampilannya dan mudah menerima teknologi tingkat agroindustri atau industri pedesaan,”katanya.
Selain itu, untuk mendapatkan bahan agroindustri atau industri pedesaan tidak sulit sedangkan permintaannya diperkirakan akan terus meningkat, bukan hanya dari pasar dalam maupun luar negeri.
Lebih Unggul
Bomer menyatakan keyakinannya babwa di bidang agroindustri dan industri pedesaan Indonesia akan lebih unggul ketimbang Korea Selatan dan Taiwan, karena mereka meninggalkan bidang tersebut.
“Karena itu yang perlu sekarang adalab menghilangkan kendala-kendala kelembagaan seperti yang diucapkan Pak Harto, antara lain dengan memperbaiki deregulasi sektor moneter, sektor rill,”ujarnya.
Tindakan menghilangkan kendala-kendala kelembagaan tersebut menurut anggota Dewan dari F-KP itu, harus dilaksanakan habis-habisan.
Hal ini, menurut omer, sejalan dengan penanggulangan lima ketimpangan, yaitu ketimpangan antar pendapatan, ketimpangan antar pembangunan daerah/wilayah, ketimpangan antar industri dengan non industri, ketimpangan kelembagaan dan ketimpangan korelasi antar sektor-sektor ini yang selama ini kokoh.
Karena itu sifat Repelita VI adalah akselerasi habis-habisan di dalam mem acu industrialisasi dan penanggulangan lima penyakit struktural, demikian Bomer Pasaribu.
Dia mengakui kondisi sekarang ini untuk melaksanakan kebijaksanaan kebijaksanaan itu, dalam rangka mencapai pertumbuhan enam persen dan pendapatan perkapita 1.000 dolar AS pada Repelita VI tidak ringan.
“Namun saya optimis tujuan itu akan tercapai kalau prasyarat- prasyaratnya kita tangani habis-habisan,” demikian Bomer Pasaribu. Gkt-001/15:30!EU03/16.00)
Sumber: Antara (16/08/1993)
__________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 550-551.